Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia Tenggara

Kasus kematian harian COVID di Indonesia tertinggi di dunia

Jakarta, IDN Times - Setiap hari warga Indonesia mendengar kabar duka. Ganasnya virus corona (COVID-19), yang mulai mewabah di Indonesia pada 2 Maret 2020, kini telah merenggut 72.489 nyawa.

Sejak akhir Juni 2021, di mana pemerintah mengonfirmasi kasus varian Delta, jumlah kasus harian COVID-19 terus bertambah, begitu juga kasus kematian. Bahkan, jumlah kasus harian dan kematian di Indonesia telah mengalahkan India.

Meningkatnya jumlah kasus baru akibat varian Delta ini, menurut Bloomberg, menyebabkan Indonesia kembali dinyatakan sebagai episentrum virus baru COVID-19 di Asia Tenggara.

Baca Juga: Indonesia Kembali Jadi Episentrum COVID-19 Asia Tenggara

1. Pasien membeludak di RS, sampai ada yang diobservasi di atas mobil bak terbuka alias pikap

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraSejumlah pasien beristirahat di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) tambahan di RSUD Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/6/2021). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah.

Penyebaran COVID-19 yang semakin tinggi ini menyebabkan banyak pasien kesulitan mendapat perawatan rumah sakit (RS). Di sejumlah kota, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (RS) atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien COVID-19 sudah melebihi 90 persen.

Pada 13 Juli 2021 lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada peningkatan drastis BOR sejak bulan Juni lalu.

"Dari 120.000, sebelum Lebaran yang diisi hanya 23.000. Jadi kita masih punya room cukup banyak. Tapi 6-7 minggu terakhir, sekarang sudah naik ke 90.000 tempat tidur yang terpakai untuk merawat saudara-saudara kita yang terpapar," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI. 

Di Jakarta, BOR di RS rujukan COVID-19 mencapai 91 persen. Sementara itu, BOR ICU mencapai 94 persen, hingga Jumat (16/7) lalu.

Pada 26 Juni lalu, Tanah Air juga dihebohkan dengan kondisi mengenaskan di RS Umum Daerah (RSUD) Bekasi. Sebuah video viral berdurasi 23 detik memperlihatkan sejumlah pasien tergeletak dengan dipasangi selang infus di tenda darurat yang didirikan di halaman RSUD itu.

Bukan hanya itu pemandangan yang mengenaskan, ada pasien yang tampak teronggok di luar tenda dengan hanya beralaskan terpal. Tampak pula seorang pasien di atas kursi roda, lalu ada juga yang terpaksa diobservasi di atas mobil bak terbuka alias pikap. 

2. Sejumlah wilayah alami krisis oksigen

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraInfografis jenis terapi oksigen untuk pasien COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia juga semakin mencekam dengan banyaknya wilayah yang mengalami krisis oksigen. Tragis, pada 3 Juli lalu sebanyak 33 pasien di RSUP Dr Sardjito Sleman, DI Yogyakarta mengembuskan napas terakhirnya karena pasokan oksigen di RS tersebut habis.

Hingga saat ini, masih ada sejumlah daerah yang mengalami krisis oksigen. Misalnya Kota Depok, Jawa Barat yang tak jauh dari Ibu Kota masih mengalami kelangkaan oksigen. 

Salah seorang warga Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Fitri Hasanah, mengatakan kelangkaan oksigen medis sudah terjadi selama dua pekan. 

"Keluarga saya ada yang sakit dan membutuhkan oksigen, tapi sudah saya cari ke beberapa tempat selalu habis," ujar Fitri, Rabu (14/7/2021).

Tak hanya itu, RS Bhina Bhakti Husada di Rembang, Jawa Tengah juga mengalami krisis oksigen. Komisaris dari RS tersebut pun memohon kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk memasok oksigen.

"Kami atas nama RS Bhina Bhakti Husada Rembang butuh bantuan oksigen, Pak. Oksigen tinggal untuk 3-4 hari ke depan, stok di mana-mana habis. Kami satu-satunya RS resmi pembantu RSUD dalam penanganan COVID-19 di Rembang, Pak. Tolong kami,” tulis perwakilan Komisaris PT Bhina Raharja Husada yang menaungi RS Bhina Bhakti Husada Rembang, Novita, di akun Twitternya.

3. Tak segera dapat perawatan di RS, banyak pasien meninggal saat isolasi mandiri

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraMobil Jenazah yang mengantarkan jenazah pasien COVID-19 ke TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati

Langkanya oksigen dan penuhnya kapasitas RS rujukan COVID-19 menyebabkan banyak pasien yang isolasi mandiri kehilangan nyawa. Lapor COVID-19 mencatat, ada 451 pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia per 12 Juli 2021. 

"Dari 451 total kematian pasien isoman di Indonesia, Jabar ada 160 kasus, dan Kota Bekasi merupakan kota paling banyak dengan laporan 81 kasus. Sedangkan tingkat kabupaten ada Kabupaten Sleman dengan total 44 kasus," ujar Co-Inisiator Lapor COVID-19, Ahmad Arif.

Ternyata, jumlah itu terus bertambah. Humas BPBD Kota Bekasi, Rinto Butarbutar mengaku timnya sudah mengangkut 193 jenazah pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri.

"Kalau minggu ini, kami hitung dari hari Senin (pekan lalu) sampai hari ini 190, tadi tambah tiga, jadi sudah ada 193," ujar Rinto kepada IDN Times, Selasa (13/7/2021).

Ironisnya, ada seorang pasien COVID-19 di Bekasi yang diketahui meninggal dunia di kamar mandi saat menjalani isolasi mandiri.

"Baru hari Minggu kemarin, ada warga Mustika Jaya, meninggal di kamar mandi," kata Rinto.

Baca Juga: Cerita Petugas BPBD Bekasi Jemput 193 Jenazah Pasien COVID-19 Isoman

4. Jumlah nakes yang gugur memerangi COVID-19 terus bertambah

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraPara nakes sambil mengenakan APD melepas kepergian jenazah Liza Putrie Noviana dari RSDC Wisma Atlet pada 24 Juni 2021 (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Indonesia juga harus menelan pil pahit karena semakin banyak tenaga kesehatan (nakes) yang gugur dalam memerangi COVID-19. Berdasarkan data Lapor COVID-19, hingga (13/7/2021) lalu sebanyak 1.224 nakes sebagai garda terdepan di Tanah Air, meninggal dunia usai berjuang melawan COVID-19.

Pada (24/6/2021) lalu, seorang perawat di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat dinyatakan meninggal dunia karena COVID-19. Perawat tersebut merupakan nakes pertama yang meninggal di RS rujukan COVID-19 terbesar di Indonesia itu.

"Tenaga kesehatan yang meninggal karena COVID-19 dan sudah dirawat di ICU seminggu lebih," ujar Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet, Letkol M Arifin, dalam siaran tertulis.

5. Lebih dari seribu jiwa gugur setiap hari, membuat RI jadi negara dengan kematian tertinggi di dunia

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraSuasana TPU Rorotan pada Jumat (9/7/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Pada hari ini, Minggu (18/7/2021), Satgas COVID-19 mencatat kasus kematian akibat COVID-19 bertambah 1.093 jiwa, sehingga total ada 73.582 jiwa yang gugur akibat virus tersebut. Angka itu sekaligus memperlihatkan Indonesia merupakan negara yang mencatatkan kasus kematian harian tertinggi di dunia.

Tingginya kasus kematian menyebabkan semakin banyak nisan yang ditancapkan di tempat-tempat pemakaman umum atau TPU. Bahkan, petugas harus menggunakan bantuan alat berat untuk menggali tanah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para pejuang COVID-19.

Di Kabupaten Bekasi misalnya, ada 2 TPU yang dilaporkan hampir penuh, yakni TPU Mangunjaya Tambun Selatan dan TPU Pasirtanjung Kecamatan Cikarang Pusat. Dalam sehari, petugas menguburkan puluhan jenazah yang meninggal dunia akibat terpapar COVID-19.

Pada (26/6) lalu, TPU Cikadut, Kota Bandung juga mengalami hal serupa. Kala itu, kondisi TPU ramai dengan antrean panjang ambulans maupun mobil jenazah.

Salah seorang PLH TPU Cikadut, Fajar mengatakan, antrean ambulans di TPU Cikadut terjadi hampir setiap hari. Per hari jenazah dikuburkan di sana bisa mencapai puluhan.

"Hari ini yang saya tahu ada 13 (jenazah), tetapi kata yang piket tadi sudah ada 20 jenazah barusan," ucap Fajar, Sabtu (26/6) lalu.

Suasana pilu juga bisa dilihat di TPU Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Pada (8/7) lalu, petugas menguburkan 233 jenazah dalam sehari, tertinggi selama pandemik COVID-19.

Kepala TPU Rorotan Sukino menuturkan, total jenazah yang dimakamkan dengan prosedur tetap COVID-19 hingga (8/7) mencapai lebih dari 2.000 jenazah.

"Untuk pemakaman per tanggal 7 sampai 8 itu sekitar 2.780-an, untuk tanggal 7 sekitar 200 pemakaman, dan untuk kemarin closing 233, tertinggi kemarin," kata Sukino di lokasi, Jumat (9/7).

Baca Juga: PPKM Darurat Belum Optimal, Luhut: Saya Minta Maaf

6. Vaksinasi di Tanah Air baru mencapai 20 persen dari target

Corona Renggut 73 Ribu Nyawa, RI Jadi Episentrum COVID Asia TenggaraWarga antre untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 saat Vaksinasi Massal COVID-19 dalam rangka HUT ke-75 Bhayangkara di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu, 26 JWarga antre untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 saat Vaksinasi Massal COVID-19 dalam rangka HUT ke-75 Bhayangkara di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu, 26 Juni 2021 (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Sementara itu, pemerintah menargetkan sebanyak 208.265.720 penduduk Indonesia divaksinasi, alias 70 persen dari populasi. Sayangnya, program vaksinasi yang sudah dijalankan selama sekitar 7 bulan ini baru mencapai 20,01 persen, tepatnya 41.673.464 orang yang menerima vaksin dosis pertama.

Jumlah penduduk yang telah mendapat vaksin dosis kedua bahkan lebih rendah lagi, yakni hanya 7,81 persen dari target atau 16.274.150 orang.

Vaksin pertama yang digunakan di Indonesia adalah CoronaVac, buatan Sinovac, Tiongkok. Pada 1 Juni 2021, World Health Organization (WHO) menerbitkan izin penggunaan darurat untuk CoronaVac yang memiliki efikasi 51 persen.

Dibandingkan beberapa vaksin yang sudah diterbitkan izin oleh WHO, CoronaVac memiliki efikasi paling rendah. Misalnya vaksin buatan Pfizer (Amerika Serikat) yang bekerja sama dengan BioNTech (Jerman) memiliki efikasi 95 persen, dan telah mendapatkan izin WHO sejak 8 Januari 2021. Lalu, vaksin COVID-19 buatan Moderna (AS) memiliki efikasi 94,1 persen. 

Lebih lanjut, AstraZeneca (Inggris) yang juga digunakan di Indonesia memiliki efikasi 63,09 persen. Vaksin ini diklaim bisa melawan COVID-19 varian Delta.

Lalu, vaksin Janssen buatan Johnson & Johnson (AS) dilaporkan memiliki efikasi 85,4 persen. Terakhir, vaksin COVID-19 buatan Sinopharm (Tiongkok) dilaporkan memiliki efikasi 79 persen.

Pada (13/7) kemarin, sebanyak 1,4 juta dosis vaksin Sinopharm tiba di Indonesia. Vaksin tersebut akan digunakan untuk program Vaksinasi Gotong Royong (VGR).

Negara tetangga Malaysia baru-baru ini menyatakan tak akan lagi menggunakan vaksin buatan Sinovac begitu pasokan yang tersedia habis. Dilansir dari Channel News Asia, ke depannya otoritas kesehatan Malaysia akan menggunakan vaksin produksi Pfizer-BioNTech untuk menginokulasi warganya.

Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba mengatakan, vaksin buatan Negeri Bambu itu tak lagi digunakan karena pihaknya ragu dengan kemanjurannya terhadap varian Delta, yang memiliki daya penularan tinggi dari virus corona pada umumnya.

Sementara itu, Singapura hanya memperbolehkan penggunaan vaksin Sinovac untuk layanan berbayar di klinik swasta. Vaksin Sinovac memang tak digunakan untuk program vaksinasi nasional. Pemerintah hanya menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna yang efikasinya lebih dari 90 persen.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya