COVID-19 Mengganas, Epidemiolog: Penanganan Seperti Pemadam Kebakaran

Pemerintah diminta tutup WNA masuk atau karantina mandiri

Jakarta, IDN Times - Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, mengatakan kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini sudah terjadi selama sembilan minggu, yaitu sebelum Lebaran, namun kenaikannya perlahan.

"Ini adalah minggu ke-10. Kenaikan kasus ini berjalan perlahan-lahan mulai dari 4.000, 5.000, 6.000 per minggu dan tidak ada satu ribu pun yang tertinggal. Sampai kemarin yang tertinggal 11.000. Dari 9.000 naik ke 12.000 itu ada yang tertinggal," ujar Masdalina melalui webinar bertajuk COVID-19 Meradang Pasca Libur Panjang yang digelar Polemik Trijaya dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube, Sabtu (19/6/2021).

Masdalina mengatakan pihaknya telah menyerukan kenaikan kasus COVID-19 sebelumnya. Menurutnya, ada hal yang membuat kondisi saat ini semakin memburuk, salah satunya adalah Surat Edaran Satuan Tugas Nomor 8. 

Baca Juga: Epidemiolog UI: Kenapa DPR Ngotot Tetap Dukung Vaksin Nusantara?

1. Pengendalian seperti pemadam kebakaran

COVID-19 Mengganas, Epidemiolog: Penanganan Seperti Pemadam KebakaranIlustrasi Tes Usap/PCR Test (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Masdalina mempertanyakan mengapa karantina hanya berlaku lima hari di pintu masuk dari daerah lain, padahal idealnya berdasarkan ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karantina harus dilakukan 14 hari. 

Bahkan, Masdalina mengatakan, pengendalian di hulu jauh lebih baik dibandingkan pengendalian di hilir, dan menyebut pengendalian COVID-19 di Indonesia seperti pemadam kebakaran. 

"Selalu kalau sudah lonjakan kasus seperti ini tergopoh-gopoh mempersiapkan ini, mempersiapkan itu, padahal kita punya rencana kontigensi. Ke mana semua rencana kontigensi kita?" tanya dia.

2. Ketidakpatuhan masyarakat adalah kesalahan pemerintah

COVID-19 Mengganas, Epidemiolog: Penanganan Seperti Pemadam KebakaranJarak duduk antar masyarakat juga dibatasi sesuai protokol kesehatan. (IDN Times/Zulkifli Nurdin)

Dalam epidemiologi, Masdalina menyebutkan, ada istilah iceberg phenomenon atau fenomena gunung es, dan menurutnya pengendalian yang dilakukan pemerintah saat ini hanya berada di puncak, sedangkan transmisi di bawah terus berjalan.

"Jadi menutup semua celah untuk terjadinya transmisi itu adalah hal utama. Pandemik ini sudah berjalan 1,5 tahun tetapi selalu menyalahkan masyarakat terhadap ketidak patuhan mereka mematuhi protokol kesehatan. Menurut saya juga menjadi tidak bijak," ujar dia.

Menurut Masdalina, kesalahan masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan adalah kesalahan pemerintah. "Jadi ketika masyarakat kita tidak pintar, mereka tidak patuh, mereka bodoh, misalnya seperti itu. Maka ke mana kita sebagai pemerintah yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan mereka?" kata dia. 

3. Cegah tangkal COVID-19 varian baru melalui dengan karantina

COVID-19 Mengganas, Epidemiolog: Penanganan Seperti Pemadam KebakaranIlustrasi lokasi karantina. IDN Times/Istimewa

Varian baru yang berasal dari luar negeri, menurut Masdalina, bisa dicegah tangkal di pintu-pintu masuk negara melalui karantina selama 14 hari. Ia juga mengatakan jika pemerintah tidak mampu melakukan karantina, tutup pintu masuk negara dari luar negeri.

"Singapura, Amerika, Inggris menutup pintu masuk mereka dari warga negara India. Bahkan, Amerika menutup dari enam negara di wilayah Asia Selatan. Tetapi ketika mereka sudah masuk, maka kita harus menutup pintu kedua. Apa itu? Karantina rumah," ujar dia. 

Dibandingkan dengan mengunci wilayah, menurut Masdalina, mengunci rumah jauh lebih efektif. Ia menjelaskan mengunci rumah yang dimaksud adalah dengan melakukan isolasi dan karantina bagi mereka di rumah, tetapi dimonitor dengan ketat selama 14 hari. 

"Sehingga mereka yang terkonfirmasi, mereka yang kontak erat, mereka yang suspek dapat langsung di-lock," kata Masdalina. 

Baca Juga: Epidemiolog: Cek Tiap Rumah Cari Penderita COVID untuk Tindak Lanjut

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya