Epidemiolog: Cek Tiap Rumah Cari Penderita COVID untuk Tindak Lanjut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan jika dalam suatu wilayah ditemukan banyak kasus COVID-19, itu berarti upaya yang dilakukan sudah tepat. Tapi, jika suatu daerah melaporkan kasus sedikit, berarti upaya yang dilakukan tidak serius.
"Saya sampaikan tidak serius daerah itu dalam merespons terhadap pandemik, dan itu berarti pengabaian terhadap kesehatan masyarakat. Karena situasi Indonesia yang satu tahun ini sudah tidak terkendali dengan tes positivity rate di atas 5 persen, mengharuskan kita menemukan banyak kasus," ujar Dicky kepada IDN Times, Selasa (15/6/2021).
Ia juga mengatakan, agar laporan peningkatan kasus COVID-19 segera disikapi dan dilihat sebagai satu langkah positif.
"Ini harus diluruskan, jadi jangan melihatnya ke arah ini buruk karena banyaknya kasus. Tidak seperti itu, ini salah dan pemahaman ini harus diluruskan," ujar Dicky.
Baca Juga: COVID-19 DKI Alarm Keras! Jokowi Panggil Anies dan Tim ke Istana
1. Tidak perlu kaget jika kasus COVID-19 terus melonjak, bahkan bisa 100.000 kasus
Dicky sebelumnya sudah mengingatkan bahwa Indonesia akan mencapai puncak kasus COVID-19. Menurutnya, di akhir Juni ini akan terjadi akumulasi dan serangkaian proses penularan yang banyak, ditambah cluster yang mayoritas tidak terselesaikan di Indonesia.
"Kita sudah harus memperkirakan adanya banyak kasus. Bahkan kalau 100.000 pun hari ini ditemukan, itu tidak usah kaget karena memang banyak," jelas Dicky.
2. Tak cuma Jakarta, wilayah lain juga harus meningkatkan 3T untuk pencegahan COVID-19
Editor’s picks
Dicky menjelaskan, tidak hanya Jakarta, wilayah lain juga harus meningkatan 3T yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan).
Hal itu ia sampaikan karena di Indonesia hanya terdapat tiga wilayah yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memenuhi standar global dalam standar minimal testing yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatra Barat.
"Wilayah lainnya, provinsi lainnya apalagi yang berpenduduk padat akan harus sangat serius merespons situasi saat ini. Meningkatkan cakupan testingnya, dan jangan takut kalau menemukan kasus yang banyak karena itu kewajiban kita," jelas Dicky.
3. Segera lacak penderita COVID-19 dengan kunjungan ke setiap rumah
Banyaknya kasus positif COVID-19, menurut Dicky, 80 persen di antaranya kemungkinan berada di rumah-rumah. Oleh karena itu, ia meminta untuk segera ditemukan dan ditindaklanjuti.
"Dengan cara apa? Isolasi, karantina. Kalaupun misalnya tidak memadai karena keterbatasan masalah testing, ya tidak mesti testing, yang penting temukan kasusnya dengan kunjungan ke rumah," kata Dicky.
Menurutnya, jika kasus di rumah-rumah ditemukan dapat langsung dilakukan isolasi atau karantina termasuk pada kelompok yang lebih rawan.
"Sehingga bisa menghindari yang bersangkutan atau keluarganya jatuh ke dalam stadium yang lebih parah akibat komorbidnya atau penyakit yang mendasarinya tidak terkendali. Inilah pentingnya kunjungan ke rumah," jelas Dicky.
Tetapi, ia menegaskan sekali lagi bahwa program kunjungan ke rumah harus ada peran dari masyarakat juga, karena jika mengandalkan tenaga kesehatan saja tidak cukup.
Baca Juga: Waspada! Ini 5 Provinsi dengan Kasus COVID-19 Tertinggi