Forum Anak Soroti Kecanduan Ngelem di Kalangan Millennial Papua

Lebih pilih beli lem daripada makanan

Tomohon, IDN Times – Forum Anak Merauke menyoroti kasus kecanduan lem di kalangan anak-anak Papua. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang rela bekerja sebagai tukang parkir agar memiliki uang untuk membeli lem.

Sorotan di atas merupakan rencana tindak lanjut (RTL) Forum Anak Merauke yang disampaikan langsung di hadapan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Bintang Puspayoga.

“Kami ingin membantu rehabilitasi anak yang kecanduan terhadap lem. Ini banyak sekali anak muda di Papua, khususnya Merauke, yang kecanduam lem,” kata Ketua Forum Anak Merauke, Darwis Eka Setyadi, di Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu (19/11/2022).

Baca Juga: Menteri PPPA: Investasi Paling Berharga Bukan Migas, tapi Anak-Anak

1. Kebiasaan ngelem mengancam kualitas manusia Indonesia

https://www.youtube.com/embed/MWYcIoe9NPM

Tidak kalah meresahkan, anak-anak tersebut bahkan lebih memilih membeli lem daripada makanan.

“Bayangkan, mereka tidak makan tapi ngelem. Itu sangat berdampak bagi kesehatan,” kata Darwis.

Dia juga resah karena kebiasaan ngelem dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

“Jika hal ini (kebiasaan ngelem) dibarkan, maka sumber daya manusia akan rendah. Nanti berakibat banyaknya pengangguran dan masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. Kita sebagai pemilik tanah Indonesia mau gimana? Masa mau diam di negara kita sendiri. Kita mau jadi apa nanti?” tutur Darwis, yang disambut sorak sorai dari ratusan anak.

2. Pernikahan anak di Papua meningkat imbas pandemik COVID-19

Forum Anak Soroti Kecanduan Ngelem di Kalangan Millennial Papuailustrasi virus corona (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagai informasi, ratusan delegasi dari berbagai forum anak daerah berkumpul di Tomohon untuk menyemarakkan Hari Anak Sedunia (HAS) 2022. Mereka saling berdiskusi seputar permasalahan yang hadir di daerahnya dan apa solusi yang bisa mereka berikan.

Selain ngelem, Darwis juga menyoroti angka pernikahan anak di Papua yang meningkat karena pandemik COVID-19. Dia mengatakan bahwa ada 99 kasus perkawinan anak di Merauke pada 2020-2022. Secara lebih detail, ada 19 kasus terjadi pada 2020, sekitar 23 kasus terjadi pada 2021, dan angkanya naik tajam hingga November 2022 menjadi 57 kasus.

“Itu kenapa sih? Karena orangtua berpikir dampak ekonomi yang makin sulit akibat pandemik. Jadi untuk mengurangi beban keluarga, bagaimana kalau anaknya dinikahi. Padahal pernikahan anak itu bahaya bagi anak, karena sistem reproduksinya yang belum siap,” kata dia, yang juga menyoroti dua kasus pernikahan anak saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Baca Juga: Hari Anak Sedunia: Ratusan Anak dari 8 Negara Kumpul di Sulawesi Utara

3. Berdoa lintas agama

Forum Anak Soroti Kecanduan Ngelem di Kalangan Millennial PapuaMenteri PPPA Bintang Puspayoga (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Terakhir, Forum Anak Merauke juga ingin mengajak anak-anak Papua lebih dekat dengan Tuhan dengan menggelar kegiatan berdoa lintas agama.

Darwis ingin anak-anak Papua berkumpul untuk mendoakan anak-anak lainnya yang menjadi korban kekerasan dan penindasan.

“Khususnya anak-anak Papua yang mengalami penembakan. Kita doakan mereka. Hal ini kami angkat karena kalau kita berusaha secara sosial tanpa melibatkan Tuhan, maka itu akan sia-sia. Karena Tuhanlah yang menolong segalanya,” papar Darwis.

Topik:

  • Rendra Saputra
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya