Iklan Pernikahan Anak Aisha Weddings Dicurigai Pengalihan Isu

Drone Emprit sarankan kehebohan publik tidak dilanjutkan

Jakarta, IDN Times - Wedding organizer (WO) Aisha Weddings menjadi bulan-bulanan publik karena menggunakan embel-embel Islam untuk memulai bisnis yang mendukung kawin siri, pernikahan anak, dan poligami.
 
Tidak lama setelah agensi pernikahan itu viral hingga mendapat kritik tajam dari berbagai elemen masyarakat, aishaweddings.com sebagai home page dan pusat penyedia informasi seputar Aisha Weddings pun tidak lagi bisa diakses.
 
Sejumlah warganet mulai mengendus aroma kecurigaan di tengah kejanggalan Aisha Weddings.
 
“Pernah enggak nemu WO yang enggak nyantumin nomor HP dan alamat? Yup gak ada. Oke untuk alamat bisa diwajarkan karena alasan keamanan. Kalau nomer HP atau contact medsos aja enggak ada, ini niat usaha beneran gak sih?” kata Baskoro A. S, pemilik akun Twitter @representatif, Rabu (10/2/2021).

1. Memulai bisnis di daerah dengan kecenderungan Islam puritan

Iklan Pernikahan Anak Aisha Weddings Dicurigai Pengalihan IsuSpanduk promo Aisha Wedding (Facebook.com/Aishaweddings)

Aisha Weddings juga mencetak banner dan menyebarkan selebaran sebagai kampanye marketing secara offline yang tersebar di DKI Jakarta spesifik kawasan Menteng, Kendari, dan Lombok. Baskoro menyebut basis kelompok Islam puritan sebagai titik temu dari tiga daerah tersebut.
 
Strategi kampanye seperti itu meyakinkan publik bahwa mereka benar-benar menyasar kelompok Islam untuk mendulang pundi-pundi rupiah.
 
“Sebenarnya aku ada banget kecurigaan kenapa kawasan Menteng, Kendari, dan Lombok dipilih, yaitu asosiasi ke Islam “radikal”. Menteng kurang ngerti detailnya, tapi dulu sempat ada poros Menteng Petamburan. Kendari ramai komunitas salafi. Lombok juga sejak lama terkenal sebagai provinsi Islami,” tulis dia.
 
Kecurigaan Baskoro kepada Aisha Weddings justru semakin menguat. Dia mempertanyakan, bagaimana bisa WO yang baru berdiri pada September menargetkan tiga daerah di tiga kawasan yang berbeda di Indonesia.

Baca Juga: Anggota DPR Minta Kementerian PPPA Segera Tindak Tegas Aisha Weddings

2. Menggunakan identitas anonim

Iklan Pernikahan Anak Aisha Weddings Dicurigai Pengalihan IsuSpanduk promo Aisha Wedding (Facebook.com/Aishaweddings)

Bermodalkan kata kunci “Aisha Weddings” dalam kolom pencarian Facebook, Baskoro berhasil berkomunikasi dengan pihak yang kebetulan jasanya digunakan untuk mencetak banner. Baskoro mendapati pemesan banner menggunakan Paypal untuk transaksi. Dari situ, diketahui bahwa pemesannya tidak menggunakan nama asli.  

“Nama akun Paypalnya pakai nama samaran bukan nama Arab ala kunyah orang orang salafi yang biasa pakai Abu siapa dan Ummu apa. Tapi pakai nama Barat seperti John Smith, tapi bukan John Smith tentunya,” terang dia.
 
Penelusuran whois.com untuk mengetahui siapa pihak yang membuat laman aishaweddings.com juga berujung anonim. Di sini pula Baskoro curiga, bukankah transparansi dan keterbukaan informasi menentukan kredibilitas suatu usaha?
 
“Tentu kejanggalan ini bisa dianggap wajar karena keamanan mengingat doi bisnis berdasarkan pernyataan yang sangat kontroversial. Tapi jika gitu, why in the first place bikin situs buat usaha ngancem keamanan?” katanya.
 

3. Berikut penelusuran jejak digital aishaweddings.com

Iklan Pernikahan Anak Aisha Weddings Dicurigai Pengalihan IsuDok. IDN Times

Founder Drone Emprit Ismail Fahmi juga melakukan penelusuran jejak digital aishaweddings.com. Dia mendapati, ketika laman itu diklik, ternyata diarahkan menuju domain milik laman aishaevents.com yang sudah ada sejak 2018 kemudian di-update pada 2021.
 
“Di tahun 2021, konten baru diupdate tanggal 9 Feb. Konetn belum lengkap, isi provokatif. Baru beberapa halaman yang terisi, spt Keyakinan ttg Poligami, Untuk Kaum Muda. Sedangkan bagian layanan, COVID-19, Kontak belum diisi. Sptnya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan,” terang pemilik akun Twitter @ismailfahmi itu.
 
Ismail berkelakar, seharusnya mereka sudah memiliki laman yang bagus ketika mereka sudah menyebarkan banner di beberapa kota.
 
“Kl spanduk ada, artinya sudah siap terima layanan. Apalagi ada email dg domain. Saran: Web dilengkapi dulu, yg profesional. Baru spanduk disebar, biar lebih meyakinkan,” kelakarnya.

4. Dinilai berhasil untuk mengalihkan isu atau menjadi topik pembicaraan

Iklan Pernikahan Anak Aisha Weddings Dicurigai Pengalihan IsuAisha Weddings (Website/Aishaweddings.com)

Isu Aisha Weddings yang berawal dari Facebook menjadi sorotan publik setelah isunya diperbincangkan di Twitter. Di antara akun yang cukup awal membicarakan Aisha Wedding adalah @SwetaKartika dan @Representatif.
 
Setelah itu, topik pembahasan berkelindan pemberitaan yang diangkat media. Drone Emprit mencatat beberapa media yang mendapat sorotan warganet dengan isu ini, seperti Vice, Asumsi, Tirto.id, kompas.com, CNN Indonesia, Kompas TV, dan detik.com.
 
“Kalau melihat komentar2 yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tp banyak yang isinya percaya bahwa ‘Aisha Weddings’ ini betul2 ada, shg menuding: ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis eseks2, agenda pedofilia, poligami,” cuit dia.
 
Alumni Universitas Groningen itu berani mengatakan, jika Aisha Wedding eksis hanya untuk mengalihkan isu, maka upaya itu cukup berhasil.
 
“Kalu dari peta ini, misi “Aisha Wedding” cukup berhasil membuat heboh dan viral, karena beritanya diangkat banyak media main stream, bahkan TV, meski isinya adalah pelaporan KPAI,” katanya.
 
Pada bagian akhir, Ismail menegaskan bila Aisha Weddings sebagai WO tidak jelas keberadaannya, baik secara online atau offline. Dia menyarankan agar kehebohan publik tidak dilanjutkan.
 
“Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh2 sebagai iklan Wedding profesional,” tutup Ismail.
 
 
 
 

Baca Juga: Ramai Aisha Weddings, Ini Deretan Kasus Pernikahan Anak yang Viral

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya