Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling Eropa

Nama Kemal Mochtar tidak asing lagi di belantika radio RI

Jakarta, IDN Times - Nama Kemal Mochtar tidak asing lagi di belantika radio Indonesia. Sapaan hangatnya tiap pagi kerap mengiringi pejuang rezeki di tengah kemacetan Ibu Kota. Pilihan lagunya menjadi solusi atas kegundahan hati lantaran was-was terlambat tiba di ruang kerja.

Bahkan, sebelum matahari memuntahkan sinar emasnya, lelaki 38 tahun ini sudah tiba di kantor Gen FM. 

“Rutinitas gue, 5.30 WIB udah sampai kantor untuk on air jam 6 sampai jam 10. Terus di sini sampai jam 1 ngurusin jingle, konten, produksi, online, banyak deh,” kata Kemal kepada IDN Times saat ditemui di kantornya di Menara Imperium Lantai 7P, Jakarta Selatan.

Hampir separuh hidupnya dihabiskan untuk bekerja di industri radio. Masih teringat dengan jelas tatkala suara Kemal pertama kali mengudara di langit Jakarta.

“Gue pertama kali siaran itu di MTV On Sky tahun 2000-an. Nah millennial sekarang tahunya 101.4 Trax FM, itu awalnya MTV On Sky,” lanjut dia.

Di situlah Kemal pertama kali menjajal bekerja di dunia profesional. Hingga 2008, ia diajak bergabung dengan Gen FM. Tak sedetik pun alam sadarnya memiliki keinginan untuk bekerja di bidang lain.

“Karena ini passion gue. Kalau ditanya apakah gue hidup? Hidup gue. Alhamdulillah, dari radio gue bisa ajak keluarga keliling Eropa, bahkan sampai punya rumah,” tegasnya begitu semangat.

Penasaran bagaimana kiprah Kemal selama 19 tahun bekerja di industri radio?

Baca Juga: Ini Jadwal Siaran Langsung Debat Capres-Cawapres di Televisi dan Radio

1. Menjadi penyiar adalah keinginan sejak kecil

Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling EropaInstagram/@kemalmochtar

Bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. Rupanya, keinginan cuap-cuap dan menghibur orang dengan musik sudah mendarah daging sejak dini. Semasa kecilnya, Kemal sering berpura-pura menjadi penyiar radio.

“Dulu ada antena sama mini compo, nah itu gue jadiin mikrofon haha,” sambungnya.

Keinginan untuk menjadi penyiar radio akhirnya tergapai ketika Kemal duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).

“Gue SMA itu di Genewa, Swiss. Waktu itu gue bikin radio sekolah, kalau gak salah tahun 1996. Nah di situ gue menyiarkan seputar agenda sekolah. Paling sama muter musik,” kenangnya. 

Dinamika politik global, yang dihadapkan dengan Perang Teluk, membuat Kemal tidak bisa berbincang bebas. “Di sekolah ada anak Pakistan, Afganistan, ada juga Amerika. Jadi berita-berita sensitif ya,” ungkapnya.   

2. Menjadi penyiar radio di tengah gelombang reformasi

Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling EropaInstagram/@kemalmochtar

Seusai menuntaskan sekolah, Kemal melanjutkan studi sarjananya di Universitas Trisakti. Kala itu, kegiatan belajar-mengajar sering ditiadakan lantaran mahasiswa berbondong-bondong menuntut Soeharto lengser.

“Pas sering-seringnya bolos, datang tuh temen nawarin kerja jadi penyiar karena tahu gue pernah jadi penyiar pas SMA,” tandas dia.

Demi passion, besar-kecilnya gaji tidak menjadi hambatan. “Pertama kali siaran, gue digaji Rp5.000 per jam. Terus naik jadi Rp7.500 per jam,” dia mengisahkan.

Jika saja Kemal tidak sabar menghadapi segala tantangan, kelak dia tidak akan mencicipi segudang pengalaman yang amat berharga. “Gak hanya penyiar, gue jadi reporter juga pernah. Gue ngeliput Westlife empat kali, Fat Boy Slim, The First MTV Asia Awards, dan semuanya gratis,” sambungnya.

3. Standar radio di Indonesia sudah setara dengan luar negeri

Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling EropaInstagram/@kemalmochtar

Ia pernah menjalani pertukaran penyiar di Australia dan Singapura. Dengan tegas, Kemal mengatakan, kualitas bekerja radio di Indonesia semakin baik.

“Banyak orang yang bilang, ‘Mal, gue gak bisa nih kayak lo’. Pas gue tanya, lo udah berapa lama kerja emangnya? Baru tiga tahun katanya. Gue kasih tahu ya, kalau lu melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh, lu akan tiba di titik nomina kerja yang tinggi juga,” sahutnya.

Komitmen Kemal tidak perlu diragukan. Bila diminta menghadiri suatu acara yang berbenturan dengan waktu siaran, Kemal akan menolak permintaan tersebut. “Misal gue ditawarin nge-MC di Yogya. Gue minta pulang-pergi karena besok pagi mau siaran, kalau gak bisa, bye!”

“Jadi, kalau ada yang bilang kerja di radio itu gak menjamin, itu kata-kata orang dulu aja sih, kata gue mah gak,” terang dia.

4. Menghilangkan kejenuhan dengan hal-hal sederhana

Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling EropaInstagram/@kemalmochtar

Dalam setiap pekerjaan, kejenuhan adalah hal yang wajar. Kemal memiliki caranya sendiri untuk menghilangkan kebosanan bila tiba-tiba ia datang.

“Jalan-jalan aja atau ngobrol-ngobrol, kerjaan gue kan ngobrol haha. Paling juga main PUBG,” kata dia dengan tawa.

Di luar jam kerja, Kemal juga memiliki akun YouTube Kemal Food Channel. Setelah mengurangi berat badan dari 120 kilogram menjadi 64 kilogram, ini sudah saatnya untuk Kemal kembali menambah berat badan.

“Gue suka makan. Gue kan udah berhenti diet nih, sekarang waktunya ngisi lagi haha,” ujarnya.

5. Kemal optimistis masa depan radio di Indonesia masih cerah

Kemal Mochtar: Dari Radio Gue Bisa Ajak Keluarga Keliling Eropa

Di tengah era digitalisasi media, Kemal optimistis radio masih memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. Menurutnya, radio harus beradaptasi dengan internet agar bisa menjawab tantangan zaman.

“Di Gen misalnya ada Noice Apps, jadi orang bisa dengar dari internet. Tanpa harus menambah frekuensi, cakupan penyiaran jadi semakin luas. Bahkan ada yang dengerin dari Belanda,” ujarnya.

Di samping itu, radio memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki media lainnya. Seperti, komunikasi dua arah, kecepatan dalam menyampaikan informasi, dan pendengar bisa memilih musik yang ingin didengarnya.

“Satu lagi, dengarnya gak pake kuota haha,” sahut dia.

“Kultur masyarakat kita juga beda kayak di Eropa. Kita ini masyarakatnya guyub, suka kumpul, nongkrong, arisan, ngobrol. Kalau di Eropa individualitasnya tinggi, karenanya banyak radio FM mulai tutup. Gue juga yakin, selama ada macet, radio akan selalu memiliki masa depan di Indonesia,” tutup Kemal optimistis.

Baca Juga: Penyiar Radio Ini Dikritik Keras karena Menyinggung Anaknya di Twitter

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya