Kesaksian Magis Ketika Sukarno Tiba di Bali: Tapak Kering Meski Hujan

Tiba-tiba mendung pertanda Sukarno ada di Bali

Jakarta, IDN Times - Bapak proklamator bangsa, Sukarno, dikenal sebagai sosok religius. Tidak heran karena ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, merupakan gadis pingitan Pura Bale Agung. Kakeknya merupakan Jero Mangku, pemuka agama Hindu.

Sukarno, dikisahkan dalam buku autobiografi yang ditulis Cindy Adams, memiliki kekuatan magis. Ia dikenal bisa menyembuhkan penyakit hanya dengan sentuhan tangannya. Banyak juga riwayat yang menuliskan bagaimana Sukarno memiliki kekuatan yang di luar akal normal.

Baca Juga: Kisah Proklamator Ganti Nama, dari Kusno, Karno, dan Soekarno

1. Tiba-tiba mendung pertanda Sukarno ada di Bali

Kesaksian Magis Ketika Sukarno Tiba di Bali: Tapak Kering Meski HujanIDN Times/Vanny El Rahman

Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI), I Wayan Dibia, mengisahkan bagaimana ketika ia kecil mendengar sisi lain dari Sukarno. Jika ia berkunjung ke Bali, pada hari ketiga pasti akan mendung pertanda hujan akan turun.

“Sebelum keluar negeri, dia memiliki kebiasaan untuk minta izin kepada leluhurnya. Biasanya dia ke Tampaksiring di Gianyar. Setiap Bung Karno tiga hari di Bali, hari ketiga pasti mendung. Itu semua petani sudah tahu (kalau tiba-tiba mendung), pasti Bapak (Sukarno) lagi di Bali,” kata Dibia kepada IDN Times.

2. Hujan deras tidak mengguyur jalan yang akan ditapaki Sukarno

Kesaksian Magis Ketika Sukarno Tiba di Bali: Tapak Kering Meski HujanIDN Times/Vanny El Rahman

Ketika kelas tiga SD, Dibia sempat menyambut arak-arakan Presiden pertama Republik Indonesia ini. Dia menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri bagaimana hujan deras tidak mengguyur jalan yang akan ditapaki Sukarno.

“Waktu itu hujan lebat, luar biasa. Tapi rombongan Presiden yang arak-arakan itu tidak basah. Mereka hanya terpaut kira-kira 20 meter dari hujan,” tambahnya.

3. Manifestasi religiusitas terhadap Yang Maha Kuasa

Kesaksian Magis Ketika Sukarno Tiba di Bali: Tapak Kering Meski HujanIDN Times/Vanny El Rahman

Dibia percaya apa yang ia saksikan dan dengar merupakan perwujudan religius seorang Sukarno. Sejak kecil, ia dididik dengan filosofi lontar dan nilai-nilai agama Hindu serta Islam. Sukarno diajarkan bagaimana beragama secara esensial oleh kedua orangtuanya yang berbeda kepercayaan.

Bahkan, di sejumlah daerah di Jawa, masih ada yang percaya bila Sukarno sebenarnya masih hidup.

Baca Juga: Romantisme Sukarno: Malam Pertama dengan Fatmawati di Istana Presiden

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Sunariyah
  • Rochmanudin
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya