Tugas Pers Meliput Bencana Semakin Berat di Tengah Pandemik COVID-19

Virus corona menjadi ancaman tak kasat mata euy

Jakarta, IDN Times - Jurnalis senior Zulfiani “Uni” Lubis menuturkan bahwa tantangan bagi pewarta untuk meliput bencana di tengah pandemik COVID-19 semakin berat.

Pada kasus peliputan pesawat jatuh Sriwijaya SJY 182 misalnya. Di satu sisi, jurnalis dituntut untuk memperoleh informasi langsung dari laut, sehingga mereka harus berhadapan dengan cuaca dan ombak. Di sisi lain, jurnalis juga menghadapi ancaman tak kasat mata berupa virus corona.

“Tingkat kesulitan yang dialami teman-teman dan bahaya ngeliput ke lapangan gak pernah sebesar ini,” kata Uni yang merupakan Pemimpin Redaksi IDN Times, dalam webinar untuk menyemarakkan Hari Pers Nasional, Selasa (9/2/2021).

Baca Juga: Hari Pers Nasional, Ini 'Dosa Media' di Tengah Disrupsi Digital

1. Meliput dengan protokol kesehatan

Tugas Pers Meliput Bencana Semakin Berat di Tengah Pandemik COVID-19Petugas Satpol PP memberikan imbauan protokol kesehatan bagi warga yang berolah raga di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/6). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Berkaca dari kasus peliputan Sriwijaya SJY 182, setiap jurnalis harus menggunakan masker dan menjalani tes uji corona sebelum, misalnya, ikut bersama kapal atau pesawat yang merapat ke lokasi kejadian.

“Hari pertama kita (para pemimpin redaksi) minta semua jurnalis yang meliput untuk rapid test antigen. Kita bayar sendiri gak apa-apa, kita bayar,” kata Uni, menitipkan pesan kepada Kepala Satgas COVID-19 Doni Monardo agar menyediakan alat uji di lokasi peliputan.

2. Corona mengancam nyawa orang-orang yang beraktivitas di luar ruangan

Tugas Pers Meliput Bencana Semakin Berat di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi Reporter-Jurnalis (IDN Times/Arief Rahmat)

Jurnalis merupakan salah satu sektor pekerjaan yang menuntut aktivitas di luar ruangan. Saat ini, situasi pandemik di Indonesia masih sangat mengkhawatirkan, tercatat lebih dari 1,16 juta akumulasi kasus positif dan 31 ribu kasus kematian.

Pemimpin Redaksi Metro TV Arief Suditomo menambahkan, protokol kesehatan harus diterapkan karena bukan hanya untuk keselamatan diri sendiri, tapi juga anggota keluarga dari para jurnalis.

“Protokol kesehatan gak bisa diremehkan, semua harus cuci tangan, pakai masker. Testing agak mahal memang, tapi ya mau diapain lagi, karena ini urusannya bukan cuma kesehatan tapi urusan nyawa,” ujar dia.

Baca Juga: Janji Jokowi di Hari Pers Nasional, Vaksin Gratis hingga Hapus Pajak

3. Protokol kesehatan harus jadi SOP kantor

Tugas Pers Meliput Bencana Semakin Berat di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi Bekerja (IDN Times/Dwi Agustiar)

Terakhir, Arief mengingatkan kepada seluruh perusahaan media bahwa salah satu kewajiban mereka adalah menjamin keselamatan pegawainya ketika bertugas di lapangan.

“Kalau ditanya (bagaimana caranya), mau gak mau kita jadikan ini sebagai bagian dari SOP (standar operasional prosedur). Sehingga kalau ada anak-anak yang melanggar salah satunya itu menjadi pelanggaran yang serius,” tutup Arief.

Baca Juga: AJI-IJTI Buka Posko Pengaduan Jurnalis Alami Kekerasan Liputan Demo

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya