Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wamen Stella Christie Kritik Skripsi Tebal dan Terlalu Prosedural

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie dalam sambutannya saat agenda kuliah umum bertajuk “Why We Explore?” di acara United In Diversity Bali Campus, Kamis (28/11/2024). (dok. Humas Kemendiktisaintek)
Intinya sih...
  • Stella Christie kritik penelitian skripsi di Indonesia terlalu prosedural dan tebal
  • Perguruan tinggi Indonesia terlalu berpatokan pada cara prosedural saat penelitian, mengorbankan kualitas dan mengurangi dampak setelah penelitian
  • Stella mempertanyakan jumlah halaman skripsi yang harus 100 lembar, menekankan outcomenya yang akan dicapai

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri (Wamen) Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mengkritik penelitian skripsi di Indonesia terlalu prosedural dan tebal. 

Stella mengatakan fisikawan jenius Albert Einstein mungkin tidak dikenal dunia jika ia harus menempuh pendidikan tinggi di Indonesia apabila Einstein diminta menulis skripsi setebal 100 halaman seperti kewajiban mahasiswa di Indonesia, besar kemungkinan karyanya tentang The General Theory of Relativity tidak akan dibaca siapa pun.

“Sebagai kita enggak lupa aja, paper-nya (Albert) Einstein, The General Theory of Relativity, itu cuman 9 halaman mengubah dunia. Coba bayangin kalau waktu itu Einstein belajarnya di Indonesia dan diharuskan menulis skripsi 100 halaman, enggak akan ada yang baca,” ucap Stella kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk, dikutip Minggu (6/4/2025).

1. Terlalu prosedural

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie meninjau pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur (10/2/2025) (Dok. Humas Kemendiktisaintek)

Menurutnya, sebaiknya perguruan tinggi Indonesia terlalu berpatokan dengan cara prosedural saat penelitian. Sebab cara seperti itu nantinya akan mengorbankan kualitas dan akan mengurangi dampak setelah penelitian.

"Janganlah kita terlalu berfokus kepada prosedural. Prosedural itu enggak ada gunanya. Misalnya, kalau bikin skripsi di universitas, biasanya disyaratkan harus 100 halaman. Itu prosedural, bukan ukuran dari hasilnya," katanya.

2. Jurnal ilmiah internasional batasi halaman

Skripsi di bulan Ramadan (freepik.com/freepik)

Stella mempertanyakan jumlah halaman skripsi yang harus 100 lembar. Dia membandingkan standar jurnal ilmiah internasional seperti Nature dan Science membatasi jumlah halaman.

"100 halaman buat apa? Di jurnal-jurnal yang paling top, nature, science, cuman boleh satu halaman kalau publikasi. Itulah yang harus kita pikirkan. Kita harus menjauh dari atau bergeser dari yang namanya syarat prosedural,” ujarnya.

3. Fokus pada apa yang akan diukur

Ilustrasi mahasiswa di perguruan tinggi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Stella mengatakan prosedural atau syarat sebaiknya hanya berada di awal namun harus menekankan outcome-nya yang akan dicapai.

"Bagaimana kita mengukur bahwa sesuatu itu akan tercapai atau tidak., dan itu harus ada diawal, sebelum berbuat sesuatu, sehingga setelah kita berbuat sesuatu itu kita bisa lihat yang kita buat itu sungguh mencapai ukuran yang kita capai atau tidak," katanya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
Dwifantya Aquina
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us