Banjir di Penajam Paser Utara (dok.BNPB)
Itu yang tidak dibicarakan secara terbuka. Di mana mana janji pembangunan bukan hanya di IKN ketika perusahaan perusahaan masuk, waduk-waduk dibangun, janji itu adalah janji peningkatan taraf hidup, janji lapangan kerja, janji bahwa ekonomi akan semakin membaik.
Tapi kita lihat kita cek baik-baik siapa yang mendapat peningkatan taraf hidup yang betul-betul bermakna?
Masyarakat adat yang kemudian sudah menyerahkan tanahnya pertama secara kualitas ini adalah masyarakat adat yang sudah berdekade-dekade, secara struktural dipinggirkan. Tidak punya akses terhadap pendidikan yang layak, pendidikan yang berkualitas yang mampu membuat mereka menjadi apa yang dimaksud sebagai standar pembangunan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.
Di banyak kasus-kasus di wilayah adat, pada saat masih memerlukan tenaga kerja kasar pekerjaan itu masih dipenuhi. Tetapi begitu masuk ke dalam tahap pekerjaan yang membutuhkan keahlian keahlian khusus yang hanya bisa diperoleh dari pelatihan, yang hanya bisa diperoleh dari sekolah setinggi-tingginya di situlah mulai tersingkir.
Silakan dicek, perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah adat, ada berapa persen masyarakat adat yang misalnya menjadi pegawai kantor. HRD misalnya. Apa yang menjadi top level manager sampai supervisor. Yang biasanya itu yang saya perhatikan justru masyarakat adat itu ada elitnya yang dicapture untuk menjadi humas perusahaan.
Dan inilah yang saya dengar banyak terjadi. Jadi memang direkrut banyak orang untuk keliling di kampung-kampung untuk kampanye. Jadi memang itu adalah janji-janji yang masih harus diuji kebenarannya.
Sampai pemerintah membuka proses yang secara terbuka bisa di uji asumsi asumsi itu bahwa dipastikan masyarakat adat misalnya ada kuota 30 persen untuk masyarakat adat menempati posisi posisi kunci.
Kemudian ada kuota untuk memastikan masyarakat adat anak-anaknya yang akan lahir itu bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Model beasiswa.
Ada kuota yang memastikan misalnya usaha usaha kecil masyarakat adat itu bisa disupport dan bisa diberikan layanan-layanan dan kemudahan oleh pemerintah. untuk mereka bisa memastikan bisa catching up dengan rakyat Indonesia yang lain yang jauh lebih maju.
Karena orang pas hari ini kan masyarakat adat itu dalam berbagai level, karena berbagai masalah-masalah struktural, posisinya jauh di belakang. Pendidikan rendah itu gak bisa dibandingkan dengan ASN-ASN dari Jakarta yang punya privilege. Atau anak-anak pejabat atau anak-anak dari wilayah lain yang punya privilege untuk bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Pembangunnan ibu kota di Jakarta bisa jadi pembelajaran. Kan dulu punya Betawi. Ini juga daerah yang sudah berevolusi. Diklaim juga sebagai Pasundan.
Masyarakat adatnya tampak terpinggirkan dan seolah hilang. Memang setiap ibu kota dibangun di suatu tempat akan terjadi seperti itu?
Itu tergantung dari belajar dari Jakarta kan. Pertama, memang tidak ada proteksi khusus, mekanisme proteksi khusus untuk memastikan bahwa orang-orang Betawi, masyarakat yang sudah lama berdiam di sini, sebelum Indonesia ada, bisa dipastikan untuk tidak mengalami penurunan kualitas kehidupan.
Beberapa kali saya dengar dari suara masyarakat adat Paser adalah "kami tidak mau seperti orang Betawi,"
Bagaimana supaya kami masih tetap berdaulat, masih tetap mandiri secara ekonomi, dan masih tetap bermartabat secara budaya sebagai orang Paser.
Mereka sudah berkaca dari masyarakat Betawi. Tapi itu dia, ada gerakan-gerakan, ada aksi-aksi di lapangan, di mana pemerintah banyak sekali melakukan propaganda tentang janji-janji pembangunan, janji-janji ekonomi, tidak ada informasi yang berimbang.
Informasi yang berimbang itu kan dia harus dijelaskan "oke ini akan kita lakukan di tanah mu, ini dampaknya. Kamu akan begini," jadi keuntungan dan kekurangan semua disampaikan.
Supaya masyarakat bisa secara jernih menganalisa situasinya dan kemudian berubah, ini pasti akan berubah. Tapi perubahan itu kan harus dilewati, dimasuki dan dilakukan secara sadar berdasarkan informasi yang sebenar-benarnya.
Sekarang ini kan mana pemerintah pernah mengatakan, menyampaikan informasi apa kerugiannya, jadi yang ada sekarang ini kan hanya untungnya aja yang dibicarakan tentang IKN. Tapi buntungnya tidak pernah dibicarakan.