Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menerangkan, hasil pengamatan yang dilakukan pihaknya menunjukkan hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia, telah memasuki musim kemarau, yaitu 95,03 persen, sisanya 4,97 persen masih mengalami musim hujan. Musim kemarau diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018.
Herizal memaparkan pantauan BMKG terhadap deret hari tanpa hujan sebagai indikator kekeringan meteorologis awal menunjukkan, deret hari tanpa hujan (HTH) kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga ekstrim (>60 hari), umumnya terjadi sebagian besar di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, meskipun di beberapa daerah sudah terpantau terdapat jeda hari hujan.
Menurut Herizal di sebagian Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, pengaruh meluasnya musim kemarau itu juga ditunjukkan oleh munculnya beberapa daerah yang telah mengalami HTH kategori menengah (11-20 hari) hingga panjang (21-30 hari).
"Kondisi kering itu diikuti oleh kemunculan hotspot yang memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan yang pada akhirnya menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara. Jumlah hotspot di Kalimantan Barat sendiri mengalami peningkatan 17,6 persen dibandingkan pekan lalu," tutur dia.
Awal pekan ini, kata Herizal, pantauan alat kualitas udara di Stasiun Klimatologi Mempawah menunjukkan konsentrasi Particulate Matter (PM10) tertinggi 356.93 µg/m3, yang artinya masuk dalam kategori berbahaya. Pengamatan jarak pandang mendatar (visibility maksimum) tercatat kurang dari 100 meter.
BMKG memprediksi kondisi tersebut akan relatif berkurang dalam waktu beberapa hari ke depan. Namun demikian, lanjut Herizal, tetap diperlukan kewaspadaan dan langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak.
Semoga saja kebakaran hutan dan lahan bisa diantisipasi dari sekarang, supaya tidak melebar ya guys.