Jelang Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diimbau Kritisi Informasi

Pemilih mudah diingatkan pentingnya kritisi infomasi

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Bahtiar, mengimbau kepada pemilih muda yakni generasi milenial dan Z, kritis terhadap berbagai informasi jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Secara khusus Bahtiar mengkritisi teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang mempengaruhi informasi di tanah air. Salah satu yang mempengaruhi kecerdasan buatan itu ialah keberadan media massa sebagai sumber informasi.

Baca Juga: Anies Baswedan: Saya Sudah Penuhi Janji Tak Nyapres di Pemilu 2019

1. Media massa harus independen

Jelang Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diimbau Kritisi InformasiDirektur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Bahtiar dalam acara peluncuran microsite #GenZMemilih dan Talkshow "Milenial dan Gen Z Kunci Kemenangan di Pemilu 2024". (IDN Times/Tata Firza)

Menurut dia, jika media massa tidak independen maka bisa memperburuk informasi yang diberikan kepada masyarakat. Apalagi jelang pemilu, masyarakat sensitif terhadap berbagai isu.

"Ada bahayanya kalau media tidak independen dalam pemilu, bayangkan kalau seluruh media tidak independen maka kebenaran akan diproduksi oleh media, apalagi dengan algoritma," kata dia dalam acara Milenial dan Gen Z Kunci Kemenangan di Pemilu 2024, di Kantor IDN Times, Jakarta Selatan, Senin (13/2/2023).

Baca Juga: IDN Times Luncurkan Gen Z Memilih, Tanya soal Pemilu Boleh Banget!

2. Generasi muda harus punya daya nalar kritis

Jelang Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diimbau Kritisi InformasiDirektur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Bahtiar dalam acara peluncuran microsite #GenZMemilih dan Talkshow "Milenial dan Gen Z Kunci Kemenangan di Pemilu 2024". (IDN Times/Tata Firza)

Bahtiar mengatakan, bahayanya kecerdasan buatan yang mampu menggiring persepsi masyarakat jelang Pemilu 2024. Dia menilai, teknologi tersebut bisa membentuk sebuah kebenaran jika masyarakat tidak kritis.

Oleh sebab itu, dia mengimbau kepada generasi muda agar memiliki daya nalar yang kritis dalam menyerap informasi.

"Algoritma ini dengan kecerdasan AI memproduksi kebenaran. Jadi harus dipahami teman-teman Gen Z, kita itu bisa dipaksa untuk menerima sebagai kebenaran oleh algoritma. Yang memproduksi algoritma ini ya salah satunya media, apakah itu benar sebenar-benarnya benar inilah perlu daya nalar kritis," ucap dia.

"Ilmu algoritma itu yang harus kita pahami, supaya menjadi pemilih cerdas. Jadi tidak semua yang diproduksi itu harus diterima sebagai kebenaran atau kebaikan. Daya nalar kritis menjadi penting," sambung Bahtiar.

3. Peluncuran microsite Gen Z Memilih dihadiri politikus hingga mahasiswa

Jelang Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diimbau Kritisi InformasiPoster Launching microsite GenZMemilih (Dok. iDN Times)

Peluncuran microsite Gen Z Memilih sejumlah politikus, pejabat pemerintah dan mahasiswa. Ketua Umum KPU Hasyim Asy'yari dan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Bahtiar menjadi pembicara utama dalam acara tersebut.

Kemudian, politikus dan mahasiswa yang menjadi panelis ada Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Putra Nababan; Anggota DPR Fraksi Golkar, Puteri Anetta Komaruddin; Wakil Bendahara Umum, PAN Rizki Aljupri; Wakil Sekjen DPP Demokrat, Irwan Fecho; Ketua DPP PSI, Isyana Bagoes Oka; Wakil Ketua Umum Gerindra, Rahayu Saraswati; dan Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama.

Sebelumnya, hasil riset IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix menunjukkan, calon pemimpin menurut Gen Z Indonesia adalah mereka yang memiliki visi yang jelas untuk negara dan berintegritas, sehingga mereka tidak akan korupsi, serta memiliki pengalaman politik.

Meskipun 61 persen Gen Z mengatakan mereka memilih pemimpin politik yang memiliki agama yang sama dengan mereka, ketika agama dikaitkan dengan faktor-faktor lain.

Hal ini menunjukkan, pada akhirnya kemampuan seorang kandidat lebih signifikan dalam menggaet suara calon pemilih, dibandingkan latar belakang agama, popularitas, etnis, dan bahkan partai politiknya.

Hasil survei ini juga menunjukkan, sebanyak 41 persen Gen Z menyatakan siap menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014, sebanyak 30 persen menyatakan netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.

Riset berjudul Indonesia Gen Z Report 2022 ini dirilis berbararengan dengan agenda tahunan Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media, yang dihelat pada 29-30 September 2022.

Riset ini dilatarbelakangi kelangkaan penelitian di ranah Gen Z, yang menimbulkan mitos dan stereotipe pada generasi ini. Selain menggali pemahaman mendalam tentang Gen Z di Indonesia, riset ini juga bertujuan untuk mengetahui pandangan politik generasi ini di tanah air. Termasuk, pilihan mereka terhadap sosok calon pemimpin mendatang, dan minat mereka untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024.

Survei ini digelar pada 27 Januari-7 Maret 2022 dengan melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Sementara, margin of error survei ini kurang dari 5 persen.

Baca Juga: Strategi PDIP Lampung Gaet Suara Milenial dan Gen Z di Pemilu 2024 

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya