LSI Denny JA Ungkap Dilema para King Maker Tentukan Capres 2024

Ada empat tokoh yang dinilai sebagai king maker capres 2024

Jakarta, IDN Times - Peneliti Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Fitri Hari mengungkap setidaknya ada empat tokoh yang jadi 'king maker' dan mempengaruhi calon presiden (capres) pada 2024 mendatang.

"Di bulan Desember 2022, LSI Denny JA mencatat tumbuhnya empat king maker yang akan menentukan maksimal tiga pasang capres," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, pada Selasa (20/12/2022).

Baca Juga: Zulhas Sebut Ganjar Layak Jadi Capres PAN, Beri Sinyal Erick Cawapres

1. Empat king maker di Pilpres 2024

LSI Denny JA Ungkap Dilema para King Maker Tentukan Capres 2024ilustrasi capres dan cawapres (IDN Times/Aditya Pratama)

Fitri menuturkan, ada empat king maker yang mempengaruhi capres pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

"Empat king maker tersebut adalah Megawati Soekarno Putri, Airlangga Hartarto (AH), Prabowo Subianto, dan Surya Paloh," ucap dia.

Baca Juga: Survei LPK: Prabowo, Ganjar dan Anies Capres Terkuat di 2024

2. Surya Paloh sebagai antitesa Jokowi

LSI Denny JA Ungkap Dilema para King Maker Tentukan Capres 2024Surya Paloh (ANTARA/Abdu Faisal)

Pihaknya menjelaskan, tiga king maker yakni Megawati, Airlangga, dan Prabowo memiliki gagasan untuk meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

Sementara, Surya Paloh yang partainya sudah mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres dinilai pihak yang bertentangan dengan Jokowi.

"Megawati, AH, dan Prabowo membawa spirit meneruskan Jokowi, hanya Surya Paloh yang potensial menjadi antitesa Jokowi," tutur dia.

Baca Juga: Capres Diprediksi Akan Tiru Gaya Merakyat Jokowi, Efektifkah di 2024?

3. Dilema keempat king maker

LSI Denny JA Ungkap Dilema para King Maker Tentukan Capres 2024ilustrasi Calon Presiden (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski Pilpres 2024 di depan mata, Fitri menilai para king maker tersebut memiliki dilemanya masing-masing dalam menentukan sosok bakal capres yang bakal diusung.

Pertama, Surya Paloh dengan partai NasDem mengajukan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Dilemanya, NasDem kuat di basis suara yang beroposisi dengan Jokowi, namun mereka masih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. 

"Dilemanya Surya Paloh, NasDem tetap di pemerintahan atau keluar dari pemerintahan agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan. Kemudian dalam mengusung Anies Baswedan akan membawa slogan penerus Jokowi atau antitesa Jokowi," tutur Fitri.

Kemudian kedua, dilematis Megawati di mana elektabilitas dua kader PDIP dan Prabowo jika diurut, peringkat pertama ada Ganjar dengan elektabilitas sebesar 25,8 persen, Prabowo dengan 23,9 persen, dan Puan Maharani sebesar 2,9 persen. 

Fitri menuturkan, dilema Megawati membuat kader PDIP menjadi cawapres Prabowo (bagi Puan atau Ganjar), atau meninggalkan Prabowo, dan kader PDIP maju sebagai capres. 

"Jika menyerahkan Puan sebagai cawapres Prabowo, Ganjar akan dipinang partai lain sebagai Capres. Sementara jika menyerahkan Ganjar menjadi cawapres Prabowo, bukankah elektabilitas Ganjar lebih tinggi dan PDIP partai lebih besar dibandingkan Gerindra," tutur dia.

Ketiga, Airlangga Hartarto dilema karena jika maju sebagai capres atau cawapres, elektabilitasnya masih rendah. 

"Jika Airlangga memilih cawapres dari Ganjar, bagaimana jika Ganjar dijodohkan dengan cawapres lain, Airlangga harus hidupkan kartu alternatif. Data menunjukan jika tidak dengan Ganjar, berpasangan dengan Anies Baswedan menjadi pilihan kedua," ucap Fitri.

Airlangga juga dilema jika berpasangan dengan Anies akan membuatnya keluar dari gerbong Jokowi, karena Anies lebih membawa suara perubahan.

Terakhir atau kempat, dilema Prabowo Subianto di mana tingkat popularitasnya sudah maksimal mencapai angka 96 persen. Namun elektabilitas Prabowo jauh menurun dibanding Pilpres 2019. 

"Pada saat Pilpres 2019, elektabilitas Prabowo – Sandi mencapai 44,5 persen. Saat ini elektabilitas Prabowo berada di angka 23,9 persen," kata Fitri.

Dia menilai, hampir mustahil jika Prabowo maju sebagai cawapres. Namun dilemanya dia sudah sulit menang Pilpres 2024 karena elektabilitasnya sudah berada di puncak, tapi masih bisa dikalahkan Ganjar Pranowo.

Dilema lain yang dialami Prabowo kesulitan mencari cawapres diluar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin cawapresnya.

"(Dilema) Prabowo, pilihan pertama Prabowo mendapat cawapres dari PDIP (Ganjar atau Puan). Tapi pasangan dari PDIP semakin sulit di dapat karena PDIP sebagai partai terbesar jika memungkinkan tetap akan memilih capres dari partainya sendiri," ucap dia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya