[WANSUS] Strategi Sayap Pemuda Gerindra Gaet Suara Pemilih Muda 2024

Begini sosok ideal pendamping Prabowo menurut Tidar

Jakarta, IDN Times - Pemilih muda dari generasi milenial dan Z diprediksi akan mendominasi Pemilu Serentak 2024. Kini, partai politik (parpol) merlomba-lomba menarik suara pemilih pemula agar bisa memenangkan pemilu mendatang, yang terdiri dari pemilihan legislatif (Pileg), pemilihan kepala daerah (Pilkada), hingga pemilihan presiden (Pilpres).

Terkait hal tersebut, sayap organisasi kepemudaan parpol membuat strategi dan program yang mampu menjaring suara pemilih muda, salah satunya yang dilakukan Tunas Indonesia Raya (Tidar). Tidar merupakan salah satu sayap organisasi tertua dari Partai Gerindra yang sudah ada sejak 2008.

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana strategi Tidar menarik suara pemilih muda jelang Pemilu 2024, IDN Times melakukan wawancara khusus dengan Ketua Umum Tidar, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, dalam acara Ngobrol Seru, Jumat, 26 Oktober 2022.

Yuk Sobat Milenial and Gen Z simak wawancara lengkap IDN Times bersama Ketua Umum Tidar, Rahayu Saraswati, Djojohadikusumo.

Baca Juga: [WANSUS] Strategi NasDem Dongkrak Elektabilitas Anies Jelang 2024

Awal mula Ketua Umum Tidar masuk ke dunia politik?

[WANSUS] Strategi Sayap Pemuda Gerindra Gaet Suara Pemilih Muda 2024Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (Tidar) Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Waketum Tidar Kawendra Lukistian bersama jajarannya (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Kalau bicara politik sebenarnya saya sejak awal gak tertarik, saya gak suka dengan dunia politik. Jadi kenapa kok bisa masuk ya? Karena latar belakang saya sebagai aktivis anti-perdagangan orang sejak 2009, waktu masuk sebagai kader itu pun sebenarnya lagi merasa terpaksa.

Kakak saya waktu itu lagi bangun Tidar, saya pikir ya sudahlah sebagai anak muda. Saya juga dari kecil dibesarkan dengan nilai-nilai bahwa kita tuh punya tanggung jawab sebagai warga negara, sebagai anak muda, sebagai orang yang dalam tanda kutip punya previlege untuk beri yang terbaik buat bangsa dan negara.

Jadi aku melihat itu sebagai kesempatan untuk melayani, sedikit melakukan pengorbanan atas diri sendiri untuk masuk ke dunia politik. Tapi itu waktu awal masuk politik, tapi kalau masuk politik praktis dalam arti aktif dan maju sebagai caleg ya itu, karena sebagai aktivis anti-perdagangan orang. Melihat kalau mau bawa perubahan secara nasional, kita pemikirannya harus masuk ke sistem.

Itu yang aku pelajari dari orang tua dan kakak yang mengingatkan, bahwa kalau misalnya sebagai aktivis, kasarnya seperti anjing menggonggong dari luar, tapi kalau misalnya kita mau bawa perubahan, mau gak mau kita harus masuk dalam sistem. Di situ makanya berpikir bahwa saya harus keluar dari zona nyaman, saya harus masuk ke dalam dunia yang saya gak suka sama sekali, semuanya demi untuk bawa perubahan.

Baca Juga: IDN Research Institute: Mayoritas Gen Z Suka Akses Berita Politik

Sebagai perempuan dan juga seorang ibu, bagaimana membagi waktu untuk untuk keluarga dan dunia politik, khususnya jelang Pemilu 2024?

Untungnya ini bukan sesuatu hal yang baru untuk saya. Tapi ini sudah sesuatu yang puji Tuhan saya punya relatif yang cukup panjang dengan pengalaman. Karena saya kan hamil dan melahirkan dua kali selama saya ada di DPR, jadi pastinya selalu saya bilang ke teman-teman semua, anak-anak muda bahwa work life balance is a myth, itu mitos banget, seperti saya yang perannya banyak banget.

Tapi saya lebih melihatnya adalah atur prioritas, jadi misalnya saat ini prioritaskan untuk pekerjaan. Kayak misalkan kemarin, anak saya lagi demam, saya mau gak mau minta semuanya datang rapat secara virtual. Itu bagusnya pandemik sekarang, kita bisa minta untuk tetap hadir tapi secara virtual misalnya.

Ini yang kadang-kadang anak muda itu lupa bahwa dalam melakukan segala-galanya perlu membuat batasan untuk mental health kita. Supaya kita bisa melakukan apa yang perlu kita lakukan tanpa harus healing terlalu sering, itu artinya batasan. Saya harus bisa mengatur, kapan saya bisa (ikut kegiatan), kapan tidak.

Tujuan dari sayap kepemudaan partai, seperti Tidar ini untuk apa?

Dari awal mandatnya jelas, jadi kita sebagai sayap partai yang memang fokusnya adalah kepemudaan. Di mana kita fokusnya untuk merangkul anak-anak muda dan memenangkan suaranya pemilih pemula, memberikan pendidikan politik kepada anak-anak muda. Karena 2008-2008 waktu itu awal mula berdirinya Tidar, masih rendah banget partisipasi politik anak muda, apatisnya masih tinggi banget.

Kita betul-betul mencoba mencari cari untuk merangkul mereka, memberikan pendidikan politik tanpa memberatkan. Karena sering kali anak muda mikir politik seperti sesuatu yang kaku, yang old school. Tapi kita dari awal coba menunjukkan bahwa politik itu sederhananya menyuarakan aspirasi kita tentang apa yang kita pedulikan, mau itu di bidang apapun. Semuanya bersangkut paut dengan yang namanya politik, dan kita hanya bisa membawa perubahan kalau kita ada di dalam politik sendiri.

Pemilih muda di 2024 jadi mayoritas, Tidar melihatnya seperti apa, apakah angka golput dan polarisasinya juga tinggi?

[WANSUS] Strategi Sayap Pemuda Gerindra Gaet Suara Pemilih Muda 2024Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Itu yang jadi tantangan saya berikan kepada semua pengurus Tidar, terutama pengurus daerah, provinsi, dan pengurus cabang di level kabupaten/kota. Saya bilang kalau misalnya pemuda sering dibilang apatis, saya mematahkan itu, saya mencoba untuk menantang asumsi tersebut.

Karena menurut saya, terutama Pilwalkot Tangerang Selatan, sejak 2019 saya melihat gak benar juga kalau dibilang apatis karena di media itu politik dianggap hot isu. Pasti tiap hari ada saja, apapun yang berkaitan dengan politik pasti jadi trending dan hot issue.

Artinya, berarti kan ada kepedulian, bukan berarti mereka apatis, apatis itu kan istilahnya seperti tidak peduli. Hanya sering kali jadinya frustasi karena mereka bersuara tapi gak didengar aspirasinya, kayaknya relevansinya antara pengambil kebijakan dengan mereka itu jauh banget.

Kita coba menunjukkan di Tidar, contohnya ya adalah dengan kita ada di Tidar, kita punya akses kepada mereka pengambil kebijakan. Di Tidar pun saat ini sekjen (sekretaris jenderal) saya anggota DPRD, bendum (bendahara umum) saya anggota DPR RI. Jadi kita punya akses kepada pengambil kebijakan. Jangan kita hanya mengkritisi atau bersuara tanpa tahu lobinya seperti apa, itu adalah bagian dari pendidikan politik.

Program Tidar jelang 2024 seperti apa, bagaimana cara Tidar gaet suara anak muda supaya tertarik pilih Gerindra?

Saya jauh lebih optimis sekarang karena melihat mulai ada kesadaran anak-anak muda. Kalau dari segi program, kita mencoba untuk lebih memastikan adanya benang merah antara politik dengan keseharian anak muda. Apakah itu berkaitan dengan ketenagakerjaan, lapangan pekerjaan, tranformasi digital, dan isu relevan lainnya.

Kita mau memastikan anak-anak muda di seluruh Indonesia ini mereka kader atau bukan, kita mau menunjukkan bagaimana kita berada di dalam organisasi kepemudaan ini, kita bisa aktif untuk perjuangkan aspirasi anak muda. Saya selalu bilang Tidar ini key performance indicators (KPI) harus jelas. Kita ini bukan yayasan sosial. Soalnya, banyak organisasi kepemudaan mikirnya bahwa kita ini yayasan sosial atau bahkan EO (event organizer), karena mengadakan acara-acara tapi KPI-nya gak jelas.

Saya selalu mengingatkan KPI-nya harus jelas, apakah mereka yang hadir mendapatkan manfaat atau tidak, apakah mereka terus jadi simpatisan atau tidak. Itu harus jelas, karena kita adalah organisasi kepemudaan yang idealisme dan ideologinya jelas bahwa kita hadir untuk bawa perubahan dengan jalur politik, dengan ideologi di bawah Partai Gerindra.

Cara Tidar ajak anak muda supaya bergabung dan aktif di dunia politik?

[WANSUS] Strategi Sayap Pemuda Gerindra Gaet Suara Pemilih Muda 2024Ketua Umum Tidar, Rahayu Sarasvati Djojohadikusumo (Dok.Istimewa)

Paling gampangnya harus menunjukkan bahwa programnya relevan dengan anak muda sekarang. Jangan hanya mengadakan acara politik. Tapi kalau misalnya kita ada momentum, ada kegiatan untuk menunjukkan justru kita yang muda ini artinya kita punya andil yang sangat besar. Kita harus mengingatkan kepada mereka, kalau diam saja, ya kita kehilangan kesempatan untuk bisa memberikan dampak masa depan kita seperti apa.

Kita menunjukkan bahwa dengan kita yang aktif nih harus dimulai dari kita dulu. Kita gak usah kayak menggurui, kita cuma perlua menunjukkan, kita ada di sini, kita bisa bersuara bertemu dan berdiskusi dengan banyak tokoh, tentu kita having fun. Jadi ini bukan hal yang berat, kita justru having fun dengan menggunakan otak kita menunjukkan intelektualitas bahwa anak muda itu punya kapasitas untuk bisa sama dengan pemimpin manapun untuk menyuarakan.

Baca Juga: Elektabilitas Prabowo Anjlok, Gerindra: Kan Belum Mulai Kampanye

Karakter pemimpin di 2024 yang ideal menurut Tidar seperti apa?

Saya gak tutup-tutupi, jelas kan tadi saya bilang Tidar ini sayap organisasi Gerindra. Jadi kalau sudah Gerinda jelas, kita pasti memilih dan mendukung secara sah dan resmi menyeluruh dari seluruh Indonesia, kader-kader Tidar mendukung Prabowo Subianto. Mungkin banyak ya yang menanyakan bahwa ini kan waktunya anak muda. Harusnya yang lebih muda dong, kalau kita misalkan bicara anak muda, milenial dan Gen Z, itu di bawah 40 tahun, gak ada yang siap.

Bukan berarti gak ada kemampuan, tapi jelas kita gak bisa anggap ini bukan waktu yang normal, karena ini kan pasca-pandemik, ada konflik yang terjadi di Eropa. Ini secara internasional Indonesia punya kekuatan luar biasa, tapi juga kita punya kelemahan, sebagaimana yang disampaikan Pak Prabowo selama ini.

Kalau misalnya kita bicara harapannya anak muda (jadi capres), ya tapi itu one day. Saat ini yang kita butuhkan adalah pengalaman dan wawasan. Itu gak bisa dibeli, gak bisa dibuat, gak bisa istilahnya cuma punya teori. Jadi buat saya ketegasan juga perlu. Kalau bicara soal peduli lingkungan, jadi isu yang paling banyak dibahas anak muda, Gerindra mungkin satu-satunya partai yang didalam manifesto sejak berdiri, salah satu poinnya tentang lingkungan hidup.

Ini juga sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, bahwa Pak Prabowo mau memperjuangkan kita untuk bisa perjuangkan itu. Di mana segala kekayaan alam di Indonesia harus sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Sempat muncul usulan syarat minimal capres berusia 21 tahun, bagimana tanggapan Tidar?

Saya pribadi tak ada masalah dengan usia minimal capres berapa, dibuat lebih muda ya why not. Tapi apakah dengan usai minimal 21 tahun itu artinya bakal kepilih? Ya gak juga kan, maksudnya harus kembali lagi kita lihat dari segi pengalaman, wawasan, dan intelektualitas yang luar biasa.

Ibaratnya you can be Einstein, tapi apakah Einstein punya kemampuan untuk memimpin? Ya kan gak juga, mungkin dia gak punya kemapuan itu. Karena itu yang harus kita lihat, gak bisa kita hanya bisa lihat dari segi kemampuan otaknya saja.

Sekali lagi, saya terbuka, terserah mau dibuat usia berapa, tetapi belum berarti kita memilih anak muda semuda itu. Saya pun ingatlah, usia 21 tahun baru selesai kuliah, kayaknya merasa sudah tahu segala-galanya, sudah tahu dunia. Pada akhirnya di umur 25 tahun, rupanya saya gak tahu apa-apa soal dunia ini. Maksudnya dunia itu sangat berbeda dari yang dipelajari di kampus, buku, dan teori.

Karakter cawapres ideal menurut Tidar seperti apa?

Cawapres-nya si tentu yang bisa komplementer terhadap Pak Prabowo. Karakter Pak Prabowo ini kan sebenarnya, kalau saya kenal beliau sebagai orang yang humoris, jadi kadang-kadang orang lihat dia humoris ada yang kaget.

Pak Prabowo itu humoris banget, kalau ngobrol sama beliau pasti ada saja guyon yang dikeluarkan. Orangnya sebenarnya kalau lagi kumpul keluarga gak suka ngomong yang serius-serius amat, secara tiap hari dia ngomong yang serius gitu kan.

Tapi beliau kan dikenal akan ketegasannya ya, jadi harapan kita sebagai cawapres itu orang yang bisa mewakili suara dari yang belum beliau wakili. Jadi beliau bicara tentang kebijakan, ketegasan untuk membawa kita ke ekonomi kerakyatan yang sejatinya.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya