[WANSUS] Strategi NasDem Dongkrak Elektabilitas Anies Jelang 2024

NasDem tak mau ada pertarungan politik identitas

Jakarta, IDN Times - Tuntas menunaikan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober lalu, Anies Baswedan kini semakin memantapkan langkahnya untuk mencari dukungan suara guna memuluskan jalannya meraih kursi Presiden di Pemilu 2024 mendatang.

Hal ini terlihat dari safari Anies ke Sumatra Utara pada Sabtu (5/11/2022). Tak hanya melakukan safari politik ke daerah, Anies juga berusaha menggalang dukungan dari sejumlah partai dan tokoh politik.

Selepas menjadi Gubernur DKI, Anies memang harus lebih giat lagi menyosialisasikan diri agar semakin dikenal luas oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Sebab, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pada Rabu 26 Oktober 2022, elektabilitas Anies hanya 16,5 persen, jauh di bawah Ganjar Pranowo yang meraih 23,2 persen dan juga masih di bawah Prabowo Subianto yang mengumpulkan 17,6 persen.

Anies sendiri telah resmi diusung menjadi calon presiden (capres) oleh Partai NasDem pada 3 Oktober 2022. Sedangkan untuk calon wakil presiden yang akan mendampinginya, NasDem menyerahkan sepenuhnya kepada Anies.

Ada dua nama yang ramai digadang-gadang dicalonkan jadi cawapres Anies, yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga mantan Gubernur Jawa Barat dua periode, Ahmad Heryawan. Namun, sudah lewat sebulan Anies belum memutuskan siapa yang akan digandeng untuk mendampinginya menjadi cawapres di Pemilu 2024 mendatang. 

Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan NasDem untuk terus mendongkrak popularitas dan elektabilitas Anies dan juga terkait cawapresnya, IDN Times melakukan wawancara khusus dengan Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali pada Minggu, 30 Oktober 2022 lalu. Berikut pemaparannya.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Ganjar Naik, Lewati Prabowo-Anies

Elektabilitas Anies masih di bawah Ganjar dan Prabowo, apa yang akan dilakukan NasDem untuk mendongkrak elektabilitasnya?

Kalau lihat dari survei terakhir, survei Litbang Kompas dilaksanakan hampir 3 hari setelah pencapresan Anies, terjadi peningkatan 4 sekian persen, dibandingkan pada Juni 2022.

Posisi Anies kan memang di 2022 ini tidak pernah di atas Ganjar, tidak di atas Prabowo, tapi terus kemudian terjadi lonjakan, kenaikan (elektabilitas) yang cukup signifikan.

Artinya, itu bukan sesuatu yang luar biasa menurut kita, tapi apapun itu kondisi itu tentunya tidak harus membuat kita berputus asa, berkecil hati atau berbesar hati, karena survei itu kan hanya 1 parameter untuk mengukur persepsi publik dll, tidak ada yang kemudian membuat kita harus berpuas diri atau berkecil hati dengan raihan hari ini.

Bagi Nasdem, tentunya harus memperbanyak pertemuan bagi Anies, agar masyarakat mengenal Anies secara keseluruhan

Daerah-daerah mana yang ditargetkan untuk menjadi lumbung suara bagi Anies?

Kita tidak akan bicara teknis karena itu menyangkut strategi internal, jadi tentunya semua partai mempunyai perhitungan-perhitungan tersendiri. Kita tahu Jawa itu menguasai 40 bahkan 50 persen suara dari Indonesia, artinya pertempuran itu ada di situ.

Bagaimana dengan Jawa Tengah, seperti kita ketahui merupakan basis PDIP, apakah akan menjadi "pertempuran" terberat bagi Anies di sini?

Semua orang sudah tahu bahwa PDIP adalah pemenang di Jawa Tengah, di pilpres, di pilgub juga mereka memenangkan pemilihan gubernur, Jateng itu memang daerah bentengnya PDIP, di situ kita akan berjuang. Tidak ada daerah yang pertarungannya tidak keras, semua daerah sama saja.

Baca Juga: [WANSUS] Bongkar Alasan PSI Deklarasi Ganjar Pranowo Jadi Capres 2024

Sekjen PDIP menyindir ada partai koalisi Jokowi tidak disiplin karena bergandengan dengan partai oposisi, NasDem tidak tersindir? Mengingat saat ini NasDem tengah jajaki koalisi dengan Demokrat dan PKS?

[WANSUS] Strategi NasDem Dongkrak Elektabilitas Anies Jelang 2024Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu di Nasdem Tower, Jakarta, Rabu (22/6/2022). (IDN Times/Melani Putri)

Ukuran kedisiplinan bagi NasDem itu kan, kita tidak keluar dari komitmen koalisi pemerintah. Artinya mendukung semua kegiatan program pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin dari 2019 sampai 2024, sepanjang yang dilakukan Partai Nasdem, kita telah berkomitmen untuk memegang komitmen pembangunan sampai 2024.

Bagi kita begini, koalisi Nasdem dengan PDIP itu terjadi karena faktornya Pak Jokowi, tentunya kami mengharapkan semua orang untuk saling menghargai antar partai politik, kalau tidak nanti akan terjadi kegaduhan yang akhirnya akan mengganggu stabilitas. Tapi bagi NasDem begini, komitmen kami untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin dari 2019 sampai 2024, itu tidak akan terlanggar.

Banyak yang khawatir bila Anies jadi presiden nanti tidak akan melanjutkan program Pak Jokowi, misalnya IKN?

Apa yang perlu dikhawatirkan? IKN itu kan bukan maunya Pak Jokowi, tapi maunya undang-undang. Ini kita dalam membangun persepsi ke publik, kadangkala tidak melakukan edukasi bahwa kemauan membangun IKN untuk memindahkan ibu kota negara itu bukan kemauannya Pak Jokowi. Pak Jokowi sedang melaksanakan perintah UU IKN, jadi ini mengikat siapapun.

Kalau nanti Anies jadi presiden, kebijakan itu harus dilaksankaan, karena itu adalah perintah UU. Lantas apa yang harus dikawatirkan dengan semua hal itu? Ini tidak perlu ada jawaban menurut saya, karena ini bukan maunya orang per orang, tapi itu adalah perintah UU, sehingga nanti siapa pun presiden yang terpilih akan melaksanakannya.

Kita lihat saat Anies jadi gubernur di Jakarta, apa-apa yang direncanakan oleh Pak Jokowi dilaksanakan oleh Pak Anies, katakanlah program transportasi, katakanlah rumah derek, stadion, program-program itu dilaksanakan, yang menurutnya untuk kepentingan masyarakat, harus dilaksanakan

Apakah NasDem bikin perjanjian tertulis dengan Anies, bila nanti terpilih jadi presiden harus melanjutkan program Pak Jokowi?

Baik buruknya program yang sedang dilaksanakan hari ini, itu kan menjadi kewajiban untuk dilaksanakan, yang dilaksanakan Pak Jokowi, yang belum selesai diteruskan, kemudian yang belum dilaksanakan diperbaiki, hal-hal seperti itu yang harus dilakukan dan komitmen-komitmen itu tidak perlu harus tertulis karena kita melihat kondisional, jadi kondisional hari ini

Sejak Pemilu 2014, banyak tokoh yang diusung NasDem memenangkan pemilu, tak terkecuali Pak Jokowi, dan sering NasDem lebih awal mengumumkan calon yang diusungnya, apakah pengusungan Anies untuk lanjutkan tradisi atau karena faktor lain?

Bukan hanya sekedar tradisi, tapi untuk memenuhi keinginan publik, memenuhi hak publik, memenuhi hak-hak masyarakat mengetahui lebih awal calon pemimpin.
Itu adalah hak publik yang harus diberikan parpol.

Baca Juga: [WANSUS] Alasan Mahasiswa Selalu Kritik Jokowi dan Ogah Capres Viral 

Seberapa besar keyakinan NasDem Anies akan menang di Pilpres 2024?

[WANSUS] Strategi NasDem Dongkrak Elektabilitas Anies Jelang 2024IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Kalau ditanya soal keyakinan, masa kita melakukan hal yang tidak kita yakini, pastinya dalam setiap keputusan yang diambil NasDem itu tidak berdasarkan hanya sekedar mengumumkan, tapi lewat perhitungan yang matang dan tentunya intuisi politik dari seorang ketua umum partai. Itu menjadi sangat penting, menjadi pedoman, jadi guidance untuk menentukan arah dari kebijakan partai itu sendiri.

Ketika kita memasuki kontestasi, ya mana pernah ada kontestasi pilpres yang tidak "keras", tidak berat, karena aspirasi apa pun nanti yang dicalonkan oleh parpol lain itulah kader-kader putra putri terbaik bangsa.

Pada 2014 kontestasi yang terjadi antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo, itu kan kontestasi kader-kader terbaik bangsa. Itu dilalui dengan tidak mudah, dilalui dengan pertarungan-pertarungan gagasan dengan macam-macam pendekatan yang dilakukan. Jadi pastilah memiliki tingkat kesulitan, tapi kita berharap di 2024 pertarungannya adalah pertarungan gagasan, kita ingin melihat pertarungan-pertarungan putra putri terbaik bangsa dalam kontestasi bangsa nanti

Apa strategi atau cara khusus yang akan digunakan NasDem untuk memenangkan Anies?

Sekali lagi kita berharap pertarungan di 2024 ini adalah pertarungan gagasan dari calon-calon terbaik, pertarungan orang-orang hebat yang mengedepankan gagasan, mempertaruhkan karya-karya ke masyarakat, mempertaruhkan gagasan-gagasan yang akan dilaksanakan putra putra terbaik bangsa yang telah memiliki rekam jejak masing-masing.

Anies sering dikaitkan dengan politik identitas, apakah NasDem tidak menghawatirkan hal ini?

Pada Pilkada 2017, kami saat itu menjadi bagian dari orang yang berhadapan dengan Anies Baswedan. Pada 2017 itu kami mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kami ingat betul kami dicap sebagai partai penista agama. Tapi harus jujur untuk mengatakan bahwa selama Anies jadi Gubernur DKI, dia menjadi salah satu gubernur yang sangat menjaga toleransi beragama di DKI.

Kita tahu bagaimana DKI yang agamis, yang majemuk tapi coba tunjukan kepada saya kebijakan Anies yang menguntungkan kelompok Islam yang dianggap pendukungnya, apa yang telah dilakukan Anies untuk mendiskreditkan pemeluk-pemeluk agama lain seperti Kristen, Hindu, Buddha, coba tunjukkan.

Bukankan di zaman Anies jadi gubernur semua orang di Jakarta itu diperlakukan secara adil, damai, diberi kebebasan untuk beribadah, itu yang harus dilihat. Lihat karya Anies di Jakarta lah. Makanya rekam jejak itu menjadi catatan bagi NasDem, itu menjadi salah satu pertimbangan bahwa akan menghindari politik identitas, karena Anies memang bukan politik identitas.

Kita menghindari, kita tidak mau terjadi pertarungan-pertarungan politik identitas untuk memenangkan calon.

Baca Juga: [WANSUS] Bahayanya Teror Lone Wolf yang Beraksi Secara Individu

Anies sebelumnya disebut sebagai antitesis Jokowi?

[WANSUS] Strategi NasDem Dongkrak Elektabilitas Anies Jelang 2024Presiden Jokowi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteru PUPR Basuki Hadimuljono meresmikan jalan tol enam ruas dalam kota, segmen Kelapa Gading-Pulo Gebang (Dok. Kementerian PUPR)

Nasdem sudah mengklarifikasi dan memberi penegasan, bahwa yang disampaikan itu adalah pernyataan pribadi Bang Zulfan Lindan, bukan pernyataan NasDem, bukan pernyataan partai.

Bang Zulfan juga sudah klarifikasi bahwa yang dimaksud antitesis itu bukan pada persoalan pribadi atau visinya, tapi lebih pada persoalan pendekatan persepsi ke publik.

Bagaimana soal cawapres Anies?

Kami sudah menyampaikan kami serahkan kepada Anies, bahwa ada nama AHY kita hargai juga. 

Jadi pengumuman koalisi pada 10 November?

Kita maunya begitu, tapi sekali lagi itu bukan kemauan sendiri partai, jadi kita cari hari yang baik aja, menunggu hari baik, waktu yang baik.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya