Atasi Perubahan Iklim Global, Energi Bersih Jadi Solusi Menteri ESDM
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Besarnya kontribusi sektor energi dalam mengatasi perubahan iklim global, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyikapinya dengan mengimplementasikan berbagai kebijakan strategis, terutama di subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Salah satu penyebab global warming yang paling besar itu diakibatkan (sektor) energi, terutama kelistrikan," jelas Jonan, saat menyampaikan orasi ilmiah di Bandung, awal pekan lalu.
1. Peningkatan suhu global menyebabkan ekosistem berubah
Jonan menceritakan dampak langsung dari adanya peningkatan suhu global. Sepuluh tahun lalu saat dirinya masih bertugas di Kereta Api, udara di Bandung masih sejuk. Saat ini, kondisinya sudah berubah.
"Pengaruhnya banyak sekali, pastinya ekosistem berubah," ungkap Jonan.
2. Mencegah peningkatan suhu global, kendaraan bermesin diesel akan menerapkan B30
Kesepakatan ketika di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), semua negara berusaha mencegah peningkatan suhu global rata-rata 1- 1,5 derajat celcius sampai tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah akan memegang komitmen penuh atas Kesepakatan Paris tahun 2015.
"Oleh karena itu, tahun depan untuk kendaraan bermesin diesel kita terapkan B30," jelas Jonan.
Editor’s picks
3. Pemerintah akan membangun pembangkit listrik yang meminimalisir emisi gas rumah kaca
Jonan mengakui, hingga kini porsi bauran energi nasional masih didominasi oleh energi yang berasal dari batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi kontributor terbesar penghasil listrik dengan porsi lebih dari 50%.
Untuk menekan dominasi sumber energi tersebut, pemerintah akan menggenjot pembangunan pembangkit listrik yang meminimalisir adanya emisi gas rumah kaca.
"Orang sekarang mulai protes, pembangunan kok banyak menggunakan tenaga uap dari batubara. Makanya, saya mengatakan akan banyak membangun (pembangkit) bersih dan ramah lingkungan, seperti PLT Bayu, PLT Air dan yang paling mudah adalah PLTS Atap," ungkapnya.
4. Selain memanfaatkan PLTS Atap, pemerintah akan mempercepat kehadiran kendaraan listrik
Jonan optimis PLTS Atap akan lebih mencapai harga yang efisien dan mudah dijangkau pada masa mendatang.
"Sekarang investasinya memang masih relatif mahal kira-kira Rp15 juta. Tapi kalau ini bisa ekspor impor (listrik antara pemilik rumah dengan PLN) biaya investasi solar rooftop jadi lebih terjangkau. Mudah-mudahan kita membantu mengurangi tingkat emisi dan pemanasan global," tegasnya.
Langkah lain yang diambil pemerintah adalah mempercepat kehadiran kendaraan listrik. Jonan berharap dukungan dari para generasi muda dalam mengeksekusi kebijakan tersebut.
"Kalau mayoritas anak muda sepakat, ini ada harapan. Semua penemuan baru itu tergantung dari yang eksekusi. Kalau generasi muda menerima, akan berkembang," pungkasnya.