Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

1 Tahun Menanti Asa Gencatan Senjata di Gaza

potret sebuah gedung yang hancur di Jalur Gaza.(unsplash.com/ Emad El Byed)

Jakarta, IDN Times - Satu tahun sudah Israel membombardir Gaza. Serangan tanpa henti ini dimulai pada 7 Oktober 2023, sesaat setelah Israel kewalahan menerima serangan dari kelompok Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 warganya.

Kala itu, Israel berjanji akan membalas dan memburu semua pentolan Hamas di penjuru Gaza. Tak tanggung-tanggung, sesaat setelah digempur Hamas, Israel langsung meluncurkan serangan balasan.

Namun, serangan itu juga menyasar warga sipil.

Per hari ini, dikutip Anadolu, 41.870 orang tak berdosa telah tewas di tangan Israel. Mayoritas merupakan anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 97 ribu orang juga terluka. Laporan ini dirilis secara resmi Kementerian Kesehatan Gaza.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan segera gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangannya di Jalur Gaza. Israel juga cuek terhadap seruan dunia internasional untuk segera menyetop aksinya.

Serangan Israel telah mengungsikan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut, di tengah blokade yang terus berlanjut dan menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.​​​​​​​

1. Masih ada 97 sandera Israel di tangan Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (x.com/@IsraeliPM)

Hingga sekarang, tercatat masih ada 97 warga Israel yang disandera Hamas. Setahun pula lamanya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dinilai tak mampu membebaskan para sandera tersebut.

Jumlah awal warga Israel yang disandera adalah 250 orang. Kemudian, dalam beberapa kesepakatan, 117 orang berhasil dibebaskan dan kembali ke Israel. Sedangkan 36 orang tewas.

Kepemimpinan Netanyahu pun dipertanyakan di dalam negerinya sendiri. Demo demi demo terus berlangsung di Tel Aviv dan sejumlah daerah lainnya. Rumah pribadi Netanyahu juga sempat digeruduk. Ia dituntut segera menyepakati gencatan senjata dengan Hamas, agar para sandera bisa bebas.

2. Palestina dapat kursi di Majelis Umum PBB

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Markas Besar PBB, AS. (dok. Kemlu RI)

Di tengah gempuran Israel ke Gaza, ada angin segar yang didapat Palestina agar kedudukannya bisa setara dengan negara lain di PBB, yaitu kursi di Majelis Umum PBB.

Meski haknya masih sangat terbatas, paling tidak ini adalah kemajuan. Sedangkan untuk menjadi anggota penuh PBB, Palestina memerlukam pemungutan suara oleh Majelis Umum dan memerlukan rekomendasi dari Dewan Keamanan PBB.

Dalam pemungutan suara 10 Mei 2024, 143 anggota PBB menyatakan mendukung kehadiran Palestina di PBB serta mendukung proses keanggotaan Palestina.

Sementara sembilan negara menentang, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Israel, serta 25 negara memilih abstain.

3. Gencatan senjata yang tak kunjung tercapai

sudut kota Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

Upaya para mediator, yaitu Qatar, Mesir dan AS pun nampaknya belum berhasil. Pertemuan demi pertemuan digelar namun Israel dan Hamas masih terus tawar-menawar terkait gencatan senjata Gaza.

Sepanjang gencatan senjata masih terus dinego, jumlah korban tewas dan korban luka di Gaza akan terus bertambah.

Padahal hampir seluruh pemimpin negara sekutu Israel, yang mayoritas Barat, sudah berbalik menyerukan gencatan senjata di Gaza. Minta Netanyahu akhiri serangannya.

Apakah nyawa 41 ribu orang belum cukup agar Israel bisa segera berhenti membombardir Gaza?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us