Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

53 Orang Tewas akibat Penyakit Misterius di Kongo

ilustrasi virus (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)
ilustrasi virus (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 50 orang tewas akibat penyakit misterius di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam 5 pekan terakhir. Sebagian besar korban meninggal dalam waktu beberapa jam setelah jatuh sakit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hingga 16 Februari 2025, terdapat 431 kasus dan 53 kematian akibat dua wabah yang melanda desa-desa terpencil di Provinsi Équateur. 

“Wabah ini, yang menyebabkan lonjakan kasus dalam hitungan hari, menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Penyebab pastinya masih belum diketahui,” kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, pada Selasa (25/2/2025), dikutip dari The Guardian.

Ia menambahkan bahwa desa-desa tersebut memiliki kapasitas pengawasan dan infrastruktur kesehatan yang terbatas.

1. Tiga balita di desa Boloko tewas usai makan kelelawar bulan lalu

Wabah ini dimulai di desa Boloko setelah tiga balita memakan seekor kelelawar dan meninggal dalam waktu 48 jam pada Januari 2025. Lebih dari 2 pekan kemudian, wabah lainnya yang lebih besar terjadi di desa Bomate, menginfeksi 419 orang dan menewaskan 45 di antaranya. WHO mengatakan bahwa pihaknya belum menemukan hubungan antara kedua kelompok kasus tersebut.

Serge Ngalebato, direktur medis Rumah Sakit Bikoro dan salah satu pakar pemerintah yang dikerahkan untuk menanggapi wabah ini, mengungkapkan bahwa situasi di kedua desa tersebut agak berbeda.

“Kasus pertama memiliki angka kematian yang tinggi, yang masih kami selidiki karena situasinya tidak biasa. Sementara pada kasus kedua yang sedang kami tangani, kami melihat banyak kasus malaria,” ujar Ngalebato.

2. Pasien alami gejala demam, menggigil, nyeri dan diare

Menurut Kementerian Kesehatan DRC, sekitar 80 persen pasien mengalami gejala yang sama, seperti demam, menggigil, nyeri tubuh dan diare. Sementara itu, hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 13 sampel mengonfirmasi bahwa tidak ada infeksi virus Ebola atau Marburg.

WHO mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan penyebab lainnya, termasuk malaria, demam berdarah akibat virus, keracunan makanan atau air, demam tifoid dan meningitis.

"Kami sedang menyelidiki apakah ini merupakan infeksi lain atau disebabkan oleh zat beracun. Kami perlu menentukan langkah yang dapat diambil dan kapan WHO dapat memberikan dukungan," kata Jasarevic.

Sebelumnya, wabah misterius yang melanda DRC pada Desember 2024 akhirnya teridentifikasi sebagai malaria.

3. Lokasi desa yang terpencil menyebabkan para pasien sulit dijangkau

Dilansir dari ABC News, pemerintah DRC mengatakan bahwa para ahli telah dikirim ke desa-desa tersebut sejak 14 Februari untuk membantu menyelidiki wabah dan mengendalikan penyebarannya.

Namun, lokasi desa yang terpencil menyulitkan otoritas untuk menjangkau pasien, sementara keterbatasan infrastruktur layanan kesehatan menghambat upaya pengawasan dan penanganan pasien.

Ngalebato mengatakan bahwa dalam wabah terbaru ini, beberapa korban meninggal sebelum para ahli sempat menjangkau mereka.

"Perlu ada tindakan segera untuk mempercepat investigasi laboratorium, meningkatkan penanganan kasus dan kapasitas isolasi, serta memperkuat pengawasan dan komunikasi risiko," kata kantor WHO di Afrika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us