Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UNICEF: Puluhan Anak Diperkosa oleh Kelompok Bersenjata di Kongo Timur

ilustrasi anak-anak di Afrika (unsplash.com/bill wegener)
ilustrasi anak-anak di Afrika (unsplash.com/bill wegener)

Jakarta, IDN Times - Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) melaporkan, para pria bersenjata telah memerkosa puluhan anak di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan meluasnya kekuasaan pemberontak dan mundurnya pasukan pemerintah.

UNICEF mengungkapkan bahwa para pelaku tampaknya berasal dari kelompok pemberontak M23 maupun pasukan pemerintah yang berperang melawan mereka.

“Di provinsi Kivu Utara dan Selatan, kami menerima laporan mengerikan mengenai pelanggaran berat terhadap anak-anak yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkonflik, termasuk pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya yang tingkatnya melebihi apa yang telah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, pada Kamis (13/2/2025).

1. Laporan pemerkosaan naik hingga 5 kali lipat

Russell mengaku sangat khawatir dengan meningkatnya kekerasan di wilayah tersebut, terutama dampaknya terhadap anak-anak dan keluarga.

“Seorang ibu menceritakan kepada staf kami bagaimana enam putrinya, yang termuda baru berusia 12 tahun, diperkosa secara sistematis oleh orang-orang bersenjata saat mencari makanan," ujarnya.

Lianne Gutcher, kepala komunikasi UNICEF di DRC, mengungkapkan bahwa total 572 kasus pemerkosaan, 170 di antaranya adalah anak-anak, dilaporkan di beberapa fasilitas kesehatan di bagian timur negara itu selama 27 Januari-2 Februari 2025. Jumlah ini naik lebih dari lima kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya.

Menurut badan tersebut, angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena ada banyak korban yang enggan melapor.

2. Kekerasan seksual dijadikan sebagai senjata perang

Dilansir dari Al Jazeera, Ramatou Toure, kepala perlindungan anak UNICEF di DRC, menyatakan bahwa kelompok bersenjata telah menggunakan kekerasan seksual sebagai senjata perang. 

“Kekerasan seksual telah menjadi sistematik,” katanya, seraya menambahkan beberapa korban adalah anak laki-laki.

Ketika pertempuran semakin intensif, ratusan anak terpisah dari keluarga mereka saat berusaha melarikan diri, menyebabkan mereka semakin rentan terhadap kekerasan. Menurut UNICEF, lebih dari 1.100 anak ditemukan tanpa pendamping di dua provinsi Kivu selama 2 pekan terakhir.

Jumlah pemuda yang direkrut oleh berbagai kelompok bersenjata juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan meluasnya serangan pemberontak. Laporan menyebutkan bahwa anak-anak berusia 12 tahun juga dipaksa untuk bertempur.

“Pihak-pihak yang berkonflik harus segera menghentikan dan mencegah pelanggaran hak berat terhadap anak-anak,” desak Russell.

3. PBB telah bentuk komisi untuk selidiki tindak kejahatan di DRC

Dilansir dari The Independent, M23, yang menurut para ahli PBB didukung Rwanda, merupakan kelompok paling menonjol di antara lebih dari 100 kelompok bersenjata yang bersaing untuk menguasai wilayah timur DRC yang kaya mineral. Saat ini, M23 bergerak menuju Bukavu, ibu kota Kivu Selatan, usai merebut Goma, ibu kota Kivu Utara, pada Januari 2025.

Pekan lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB membentuk komisi yang menyelidiki tindak kejahatan, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan, yang dilakukan oleh tentara DRC maupun M23 di wilayah tersebut sejak awal tahun.

Pada Senin (10/2/2025), 84 tentara DRC yang dituduh melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan kejahatan lainnya di bagian timur negara itu diadili di kota Bukavu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us