Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/CARLOS DE SOUZA)
Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/CARLOS DE SOUZA)

Intinya sih...

  • China menggelar latihan militer 'Justice Mission 2025' di sekitar Taiwan sebagai peringatan keras terhadap kekuatan separatis dan campur tangan eksternal.

  • Taiwan mendesak China untuk hentikan provokasi, mendorong latihan respons cepat, dan ingin mempertahankan status quo.

  • Latihan militer China bertujuan untuk mencegah intervensi militer asing, berdampak pada penerbangan, dan sebagai respons terhadap ancaman.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - China menggelar latihan militer di sekitar Taiwan yang mensimulasikan perebutan dan blokade wilayah-wilayah penting di pulau itu. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberi peringatan keras terhadap kekuatan separatis dan campur tangan eksternal.

Militer China mengatakan bahwa angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara, dan pasukan roket telah diturunkan dalam latihan tersebut. Ini juga mencakup latihan tembak langsung, serta pengerahan kapal perang, jet tempur, dan artileri.

Latihan militer yang diberi kode nama 'Justice Mission 2025' ini berlangsung beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan penjualan salah satu paket senjata terbesarnya ke Taiwan senilai 11 miliar dolar AS (sekitar Rp184,5 triliun). Langkah ini menuai protes keras dari Beijing yang kemudian memberikan sanksi kepada perusahaan pertahanan AS, dilansir BBC, Senin (29/12/2025).

Upaya Taiwan untuk meningkatkan pertahanan tahun ini juga telah membuat marah Beijing. Bagi China, pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu adalah wilayahnya. Namun, Taiwan menolak klaim kedaulatan China, dan menegaskan bahwa hanya rakyatnyalah yang dapat menentukan masa depan pulau tersebut.

1. Pernyataan China atas latihan militer Justice Mission 2025

Dalam sebuah unggahan di media sosial Weibo, Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menggambarkan latihan militer yang akan datang sebagai perisai keadilan. Komando tersebut bertanggung jawab atas Selat Taiwan.

"Semua orang yang merencanakan kemerdekaan akan dimusnahkan saat berhadapan dengan perisai!," demikian pernyataan dalam unggahan tersebut.

Kementerian Luar Negeri China menyebut latihan militer tersebut sebagai hukuman berat bagi kekuatan separatis yang berupaya meraih kemerdekaan melalui kekerasan. Pihaknya juga memperingatkan kekuatan eksternal agar tidak menggunakan Taiwan untuk membendung China.

"Segala rencana jahat untuk menghalangi reunifikasi China pasti akan gagal," kata juru bicara kementerian tersebut, Lin Jian, dalam konferensi pers pada 29 Desember 2025.

China telah lama menyerukan penyatuan kembali secara damai dengan Taiwan. Negeri Tirai Bambu juga memiliki undang-undang yang menyatakan bahwa mereka akan menggunakan cara-cara non-damai, guna mencegah pemisahan pulau tersebut.

Di sisi lain, Beijing menuduh Presiden Taiwan Lai Ching-te berupaya mewujudkan kemerdekaan Taiwan. Lai mengatakan bahwa Taiwan sudah menjadi negara berdaulat dan oleh karena itu tidak perlu secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan.

2. Taiwan mendesak China untuk hentikan provokasi

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)

Dilansir Al Jazeera, pejabat Taiwan mengatakan dalam konferensi pers pada Senin, bahwa pihaknya mendeteksi setidaknya 14 kapal angkatan laut China, 14 kapal penjaga pantai, dan 89 pesawat, di mana 67 diantaranya memasuki zona respons Taiwan.

Seorang juru bicara kantor kepresidenan mendesak China untuk tidak salah menilai situasi dan merusak perdamaian regional. Ia juga menyerukan agar Beijing segera menghentikan provokasi yang tidak bertanggung jawab tersebut. Latihan tersebut mendorong Taiwan untuk mengerahkan tentara dan peralatan, guna mensimulasikan penanggulangan serangan.

3. Taiwan gelar latihan respons cepat

Ilustrasi pasukan militer. (pexels.com/Pixabay)

Disebutkan, militer Taiwan berada dalam keadaan siaga tinggi dan siap untuk melakukan latihan respons cepat. Latihan khusus ini dirancang, guna memindahkan pasukan dengan cepat jika Beijing tiba-tiba mengubah salah satu latihan rutinnya di sekitar pulau itu menjadi serangan.

"Seluruh anggota angkatan bersenjata kita akan tetap sangat waspada dan siaga penuh, mengambil tindakan nyata untuk membela nilai-nilai demokrasi dan kebebasan," kata Kementerian Pertahanan Taiwan.

Kementerian tersebut juga mengunggah video di Facebook yang menampilkan berbagai senjata. Ini termasuk sistem roket HIMARS buatan AS. Sistem artileri HIMARS sangat mobile dengan jangkauan sekitar 300 km, yang dapat menghantam target pesisir di Provinsi Fujian selatan China di seberang Selat Taiwan jika terjadi konflik.

Taiwan juga mengerahkan penjaga pantai untuk mengirimkan kapal-kapal besar sebagai reaksi terhadap aktivitas penjaga pantai China di dekat perairannya. Langkah tersebut untuk meminimalkan dampak latihan terhadap jalur maritim dan area penangkapan ikan.

4. Warga Taiwan ingin pertahankan status quo

Panorama kota Taipei, Taiwan. (Unsplash.com/Lisanto 李奕良)

Baru-baru ini, Presiden Lai mengatakan bahwa pemerintahannya berkomitmen untuk mempertahankan status quo dan tidak akan memprovokasi China. Namun, menurutnya perdamaian bergantung pada kekuatan nyata.

Berdasarkan jajak pendapat, sebagian besar warga Taiwan menginginkan status quo. Ini berarti mereka tidak ingin bersatu dengan China, maupun secara resmi menyatakan kemerdekaan.

Menanggapi latihan militer China, warga Taiwan mengatakan bahwa Beijing bermaksud mengintimidasi mereka.

"Tujuan China adalah untuk mempertahankan pulau itu, bukan rakyatnya. Tetapi rakyat Taiwan tidak melihatnya seperti itu, kami adalah kami, dan mereka adalah mereka. Kedua sisi Selat Taiwan sama sekali tidak tunduk satu sama lain. Kami adalah negara kami sendiri," kata Stephanie Huang, seorang desainer interior.

5. Sinyal kuat China untuk AS dan Jepang

Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi (kanan) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Tokyo, pada 28 Oktober 2025. (x.com/kantei)

The Straits Times melaporkan, para analis mengatakan bahwa latihan militer Beijing semakin mengaburkan batas antara latihan militer rutin dan apa yang bisa menjadi persiapan serangan.

Menurut para pengamat, latihan militer China secara terbuka menyatakan bahwa latihan di sekitar pulau itu bertujuan untuk mencegah intervensi militer asing.

"Bahasa yang digunakan sekarang sangat eksplisit mengenai tujuan untuk meningkatkan kemampuan anti-akses dan penolakan wilayah," kata William Yang, analis senior untuk Asia Timur Laut di Crisis Group.

"Bahasa tersebut merupakan sinyal yang sangat kuat kepada sekutu tidak resmi Taiwan, seperti AS dan Jepang, bahwa mereka akan dihalangi untuk memberikan bantuan eksternal selama konflik," sambungnya.

Untuk diketahui, hubungan Beijing-Tokyo telah merosot ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Ini menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang mengatakan bahwa pihaknya akan mengerahkan militernya jika China menyerang Taiwan.

6. Latihan militer China akan berdampak pada 100 ribu penumpang pesawat

Sebelumnya, otoritas penerbangan Taiwan mengatakan China telah menetapkan zona bahaya sementara di wilayah udara Taiwan pada latihan tembak langsung selama 10 jam yang dijadwalkan pada 30 Desember 2025.

Kementerian Perhubungan Taiwan mengatakan bahwa penerbangan internasional dan domestik akan dialihkan dari daerah-daerah berbahaya selama latihan berlangsung.

Administrasi Penerbangan Sipil Taiwan mengatakan lebih dari 100 ribu penumpang pesawat akan terpengaruh oleh latihan tembak langsung yang diluncurkan China di sekitar Taiwan pada Senin.

"Besok, penerbangan terjadwal, termasuk sekitar 296 keberangkatan internasional, sekitar 265 kedatangan internasional, dan kurang lebih 296 penerbangan transit akan terpengaruh," kata pihak administrasi, dikutip dari France24.

7. Latihan militer China di Selat Taiwan sebagai respons terhadap ancaman

Ilustrasi peta Tiongkok. (Unsplash.com/Liam Read)

Latihan militer ini menandai putaran latihan perang besar keenam China sejak 2022. Ini setelah Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan. Latihan militer di Selat Taiwan biasanya sebagai respons terhadap apa yang dianggapnya sebagai ancaman, seperti pelantikan Presiden Lai pada 2024.

Terakhir China melakukan latihan tembak langsung di Selat Taiwan adalah pada April 2025. Pada saat itu, PLA mengatakan latihan untuk mensimulasikan serangan terhadap pelabuhan-pelabuhan utama dan fasilitas energi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team