Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Sanksi 20 Perusahaan AS karena Jual Senjata ke Taiwan

Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)
Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)
Intinya sih...
  • China menjatuhkan sanksi kepada 20 perusahaan pertahanan dan 10 eksekutif senior AS
  • Daftar perusahaan dan eksekutif AS yang disanksi China
  • Penjualan senjata ke Taiwan dianggap melanggar prinsip Satu China
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri China menjatuhkan sanksi kepada 20 perusahaan pertahanan dan 10 eksekutif senior Amerika Serikat (AS) pada Jumat (26/12/2025). Langkah ini diambil Beijing sebagai respons atas pengumuman penjualan senjata skala besar dari Washington ke Taiwan.

Sanksi tersebut mencakup pembekuan seluruh aset bergerak dan tidak bergerak milik perusahaan terkait yang berada di wilayah China. Pemerintah China juga melarang organisasi maupun individu di negaranya untuk melakukan transaksi atau kerja sama apa pun dengan entitas yang masuk daftar hitam tersebut.

1. Daftar perusahaan dan eksekutif AS yang disanksi China

pesawat pembom siluman B-2 Spirit buatan Northrop Grumman
pesawat pembom siluman B-2 Spirit buatan Northrop Grumman (Senior Airman Keith James, Public domain, via Wikimedia Commons)

Kementerian Luar Negeri China menerapkan Undang-Undang Anti-Sanksi Asing untuk membidik entitas yang terlibat dalam persenjataan Taiwan. Daftar perusahaan yang terkena sanksi meliputi nama-nama besar seperti Northrop Grumman Systems Corporation, L3Harris Maritime Services, dan Boeing yang berbasis di St. Louis. Perusahaan teknologi pertahanan lainnya seperti Anduril Industries dan Red Cat Holdings juga menjadi target sanksi ini.

Selain perusahaan, sanksi juga menyasar 10 eksekutif dari perusahaan-perusahaan tersebut. Nama yang tercantum antara lain Palmer Luckey selaku pendiri Anduril Industries, serta eksekutif senior dari L3Harris Technologies dan VSE Corporation. Akibat sanksi ini, mereka dilarang memasuki wilayah China.

Seluruh aset milik individu maupun perusahaan yang disebutkan akan langsung dibekukan mulai Jumat. Sanksi juga menutup akses pasar China bagi para pelaku industri pertahanan AS tersebut.

“Siapa pun yang berupaya melewati batas dan melakukan provokasi terkait masalah Taiwan akan menghadapi tanggapan tegas China, dan setiap perusahaan atau individu yang terlibat dalam penjualan senjata ke Taiwan akan membayar harga atas kesalahan tersebut,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dilansir Global Times.

2. Transaksi paket senjata AS-Taiwan tembus Rp186 triliun

misil HIMARS
misil HIMARS (U.S. Army photo, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyetujui paket penjualan senjata senilai 11,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp186 triliun ke Taiwan. Paket ini tercatat sebagai salah satu penjualan senjata terbesar dalam sejarah hubungan bilateral AS dan Taiwan.

Menurut laporan Al Jazeera, paket senjata tersebut meliputi 420 Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dan 82 Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS). Selain itu, terdapat juga drone amunisi, howitzer, dan peralatan pendukung logistik lainnya. Sistem ATACMS ini serupa dengan yang dikirimkan AS ke Ukraina untuk menghadapi Rusia.

Washington berdalih penjualan ini sesuai dengan kewajiban hukum AS untuk membantu Taiwan mempertahankan diri. Kementerian Luar Negeri AS menyatakan paket ini bertujuan menjaga stabilitas politik dan keseimbangan militer di kawasan Asia Pasifik.

Namun, analis militer China menilai penjualan senjata ini sebenarnya tidak memberikan keuntungan pertahanan yang signifikan bagi Taiwan. Pakar militer Song Zhongping menyebut motif utama AS hanyalah keuntungan finansial semata.

“Kesepakatan semacam itu sama saja dengan pembelian militer yang membuang-buang uang bagi Taiwan, yang tidak hanya gagal meningkatkan kemampuan pertahanannya tetapi juga membebani keuangan pulau itu,” ujar Song, dilansir Global Times.

3. Penjualan senjata ke Taiwan dianggap melanggar prinsip Satu China

ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)
ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)

Beijing memandang penjualan senjata ini sebagai pelanggaran serius terhadap prinsip Satu China dan tiga Komunike Bersama China-AS. Washington dinilai telah mencampuri urusan dalam negeri China serta merusak kedaulatan dan integritas teritorial negara tersebut. China mendesak AS untuk segera berhenti mengirim sinyal yang salah kepada pendukung kemerdekaan di Taiwan.

Hubungan kedua negara adidaya ini memang semakin memanas di berbagai front, mulai dari perdagangan hingga teknologi. Militer China bahkan telah meningkatkan kehadirannya di sekitar Taiwan dengan menggelar latihan gabungan rutin. Jet tempur dan kapal perang China kini beroperasi hampir setiap hari di dekat wilayah pulau tersebut.

“Kami menekankan sekali lagi bahwa masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan inti China dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS,” bunyi pernyataan kementerian tersebut, dilansir PBS News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Ongkos Politik Mahal, Gerindra Dukung Kepala Daerah Dipilih DPRD

29 Des 2025, 15:08 WIBNews