AS Setujui Penjualan Senjata Rp185 T ke Taiwan

- Paket senjata AS senilai Rp185,5 triliun untuk Taiwan mencakup 8 item utama termasuk sistem roket HIMARS dan rudal anti-tank Javelin.
- Kementerian Pertahanan Taiwan mengapresiasi dukungan keamanan dari AS berdasarkan Taiwan Relations Act dan Six Assurances.
- Penjualan senjata dilakukan setelah kunjungan Menlu Taiwan ke Washington pekan lalu untuk bertemu dengan pejabat AS.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan Taiwan, pada Kamis (18/12/2025), mengumumkan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) melanjutkan penjualan senjata senilai 11,1 miliar dolar AS (Rp185,5 triliun) ke Taiwan. Paket pertahanan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah hubungan kedua pihak.
Penjualan tersebut menjadi yang kedua di bawah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, dan diumumkan di tengah meningkatnya tekanan militer dari China terhadap Taiwan.
1. Rincian paket pertahanan untuk Taiwan
Paket penjualan senjata senilai 11,1 miliar dolar AS (Rp185,5 triliun) itu mencakup delapan item utama, antara lain sistem roket HIMARS, howitzer M109A7, rudal anti-tank Javelin, rudal TOW 2B, drone munisi mengintai Altius, serta berbagai suku cadang dan peralatan pendukung lainnya. Kementerian Pertahanan Taiwan menyampaikan bahwa paket tersebut saat ini berada pada tahap pemberitahuan kepada Kongres AS, yang memberi waktu sekitar 30 hari bagi Kongres untuk meninjau sebelum kontrak resmi ditandatangani.
Pentagon menyatakan bahwa penjualan senjata ini bertujuan mendukung modernisasi militer Taiwan dan memastikan kemampuan pertahanannya tetap kredibel, tanpa mengubah keseimbangan militer di kawasan. Dari delapan item tersebut, lima di antaranya merupakan bagian dari anggaran pertahanan khusus Taiwan senilai 1,25 triliun dolar baru Taiwan (Rp662,6 triliun) yang diajukan pada bulan lalu.
"Penjualan senjata ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya Taiwan memodernisasi angkatan bersenjatanya," ujar pernyataan Pentagon, dilansir Channel News Asia.
2. Apresiasi Taiwan atas dukungan keamanan dari AS
Kementerian Pertahanan Taiwan menyampaikan apresiasi atas dukungan berkelanjutan dari AS berdasarkan Taiwan Relations Act dan Six Assurances, yang menjadi landasan bagi upaya Taiwan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai.
"AS terus mendukung Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai serta memperkuat kekuatan pencegah melalui strategi perang asimetris," menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan, dilansir Focus Taiwan.
Juru bicara Kantor Presiden Taiwan, Karen Kuo, turut menyampaikan terima kasih atas penjualan senjata terbaru tersebut, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah untuk terus melaksanakan reformasi sektor pertahanan.
"Negara kami akan terus mendorong reformasi pertahanan, memperkuat ketahanan pertahanan seluruh masyarakat, menunjukkan tekad membela diri, dan menjaga perdamaian melalui kekuatan," ujar Karen Kuo, dilansir Channel News Asia.
Sementara itu, Presiden Taiwan, Lai Ching-te, baru-baru ini mengumumkan alokasi anggaran tambahan sebesar 40 miliar dolar AS (Rp669,2 triliun) untuk periode 2026–2033. Ia menegaskan bahwa keamanan nasional merupakan prioritas utama dan tidak ada ruang untuk kompromi dalam upaya melindungi kedaulatan Taiwan.
3. Penjualan senjata dilakukan setelah kunjungan Menlu Taiwan ke Washington
Penjualan senjata ini berlangsung setelah kunjungan tidak diumumkan Menteri Luar Negeri Taiwan, Lin Chia-lung, ke Washington pekan lalu untuk bertemu dengan sejumlah pejabat AS, meskipun rincian agenda pertemuan belum diungkapkan. Lin menyampaikan terima kasih atas dukungan AS yang dinilai sejalan dengan Strategi Keamanan Nasional terbaru negara tersebut.
Presiden US-Taiwan Business Council, Rupert Hammond-Chambers, menilai bahwa sistem senjata seperti HIMARS, akan berperan penting bagi Taiwan dalam menghadapi kemungkinan invasi dari China.
"Paket ini merupakan bentuk bantuan keamanan terbesar yang pernah diberikan AS kepada Taiwan, sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman dari China serta sejalan dengan seruan Presiden Donald Trump agar sekutu-sekutu AS memperkuat kemampuan pertahanannya sendiri," kata Hammond-Chambers, dilansir Dubai Eye.














