Abenomics, Kebijakan Shinzo Abe yang Buat Ekonomi Jepang Meroket

Jakarta, IDN Times - Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, berhasil menghidupkan kembali ekonomi Jepang saat menjabat kembali pada 2012. Kebijakan ekonomi Abe ini dikenal dengan nama Abenomics.
Abenomics mencakup peningkatan jumlah uang yang beredar, meningkatkan pengeluaran pemerintah, dan reformasi ekonomi Jepang agar lebih kompetitif. Kini, kebijakan itu menjadi warisan Abe, yang dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (8/7/2022).
“Kita harus melihat ke masa depan, dari pada mengkhawatirkan masa kini,” kata Abe, kala itu, dikutip dari Al Jazeera.
1. Abe menjabat, pertumbuhan ekonomi Jepang melesat

Selama masa jabatannya, pertumbuhan ekonomi Jepang melesat dari kelesuan tahun 1990-an dan 2000-an. Ekspor Jepang juga meningkat dan tingkat pengangguran turun.
Pada periode 2015-2017, Jepang mencatat pertumbuhan positif delapan kuartal berturut-turut. Ini merupakan rekor terpanjang sejarah Jepang dalam 30 tahun terakhir.
Strategi 'tiga panah' Abe menyerukan kombinasi pelonggaran, pengeluaran pemerintah, dan reformasi ekonomi.
Reformasi di bawah Abenomics bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memotong pajak perusahaan serta memperluas peluang kerja yang melibatkan lebih banyak perempuan, manula, dan imigran.
2. Percepatan ekonomi di bawah kepemimpinan Abe

Lewat kebijakan Abenomics, Abe berhasil membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang. Dampak positifnya bahkan dirasakan sebelum Jepang dihantam pandemik COVID-19, tepatnya sebelum Abe mengundurkan diri pada pertengahan tahun.
Para ekonom juga mengapresiasi langkah Abe yang berhasil membuat ekonomi Jepang meroket. Apalagi Abe memperhatikan sektor yang selama ini termarjinalkan, seperti perempuan dan imigran.
Tingkat pengangguran Jepang turun dari empat persen pada 2012 jadi 3,7 persen di 2013.
3. Utang pemerintah tetap meningkat

Namun, masalah tak bisa dihindari. Utang Jepang tetap meningkat meski Abe telah menerapkan kebijakan tersebut. Defisit anggaran Jepang juga ikut melonjak.
Sebelum pandemik, utang Jepang dilaporkan melebihi 200 persen dari PBD.
Saat digantikan Suga, ia berjanji akan melanjutkan kebijakan Abenomics. Namun PM Jepang saat ini, Fumio Kishida, berusaha tak mengadopsi kebijakan Abe tersebut.