Presiden Brasil Janjikan Rakyatnya Segera Divaksinasi

Di sisi lain, Jair Bolsonaro kukuh tak mau ikuti vaksinasi

Brasilia, IDN Times - Di tengah gelombang kedua pandemi yang mengganas, Presiden Brasil Jair Bolsonaro berjanji akan mengutamakan warganya sebagai penerima vaksin. Sebagai bentuk keseriusan, pemimpin 65 tahun itu bahkan tak ingin mendapat suntikan vaksinasi terlebih dulu.

"Eropa dan sejumlah negara di Amerika Selatan tidak memiliki persediaan vaksin. Dan kami tahu permintaan vaksin sangat tinggi. Kami telah menandatangani kesepakatan kontrak, sejak September lalu dengan berbagai perusahaan farmasi. Vaksin kini mulai berdatangan," kata Bolsonaro pada Kamis (28/1/2021) waktu setempat, seperti dilansir Reuters.

"Vaksin akan tiba dan segera disuntikkan ke semua penduduk Brasil dalam waktu singkat," lanjutnya. Reaksi yang lebih lunak ini muncul setelah Bolsonaro dihujani tudingan tak serius menangani pandemi dan menyelamatkan penduduk.

1. Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, sejak lama menolak vaksin dan berulang kali mengeluarkan pernyataan kontroversial

Presiden Brasil Janjikan Rakyatnya Segera DivaksinasiPresiden Brasil, Jair Bolsonaro, saat memeriksa barisan pengawal dalam sebuah acara kenegaraan pada September 2020. (Facebook.com/Jair Messias Bolsonaro)

Bolsonaro, yang sempat tertular COVID-19 pada Juli 2020, seolah bergeming pada pendirian awal untuk menolak vaksinasi dan saran ilmuwan. Dilansir oleh Business Insider, ia berulang kali mempromosikan anti-malaria hydroxychloroquine sepanjang tahun lalu. Padahal, berbagai penelitian menyebut obat tersebut tidak efektif dan berpotensi berbahaya.

"Jika obat tersebut efektif, tahan lama dan dapat diandalkan, maka siapa pun yang tidak meminumnya hanya akan membahayakan dirinya sendiri, dan menggunakan vaksin pun takkan tertular. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Bolsonaro pada November 2020.

Selain itu, ia turut mengkritik inisiatif beberapa gubernur yang melakukan pengujian vaksin buatan Tiongkok. Bolsonaro pada Desember lalu bahkan menyinggung vaksin buatan Pfizer-BioNTech bisa mengubah orang menjadi buaya, tumbuh janggut pada perempuan hingga laki-laki berbicara dengan suara feminin.

2. Pemerintah Brasil dikritik karena terlambat memulai program vaksinasi nasional

Presiden Brasil Janjikan Rakyatnya Segera DivaksinasiIlustrasi vaksin COVID-19. (Twitter.com/Europarl_EN)

Di sisi lain, rakyat Brasil sedang dalam situasi sulit sebab lambannya administrasi Bolsonaro merancang rencana vaksinasi untuk 210 juta penduduk. Dilansir oleh Voice of America, sebanyak 2 juta dosis buatan AstraZeneca tiba di negara tersebut pada Jumat (22/1/2021) pekan lalu.

Sebelumnya, sudah ada 6 juta dosis vaksin CoronaVac asal Tiongkok dan 2 juta dosis dari AstraZeneca-Oxford yang sedang didistribusikan. Pesanan 2 juta dosis vaksin Covishield asal India sedang dalam proses. Pusat penelitian nasional seperti Butantan Institute dan Biocruz pun tengah menunggu kedatangan bahan aktif pembuat vaksin dari Sinovac.

Pemerintah Brasil memang telah memulai program vaksinasi pada Senin 18 Januari lalu. Namun para pejabat otoritas kesehatan nasional sepakat bahwa jumlah vaksin yang sudah datang dan dipesan masih jauh dari cukup.

Baca Juga: 2 Vaksin COVID-19 Akhirnya Dapat Persetujuan di Brasil

3. Dengan varian baru COVID-19, angka kasus positif di Brasil mencapai lebih dari 9 juta

Presiden Brasil Janjikan Rakyatnya Segera DivaksinasiIlustrasi bendera Brasil. (Unsplash.com/Sergio Souza)

Brasil juga tengah menghadapi varian baru COVID-19 yakni V.1. Dilansir Washington Post, hasil penelitian menyimpulkan varian V.1 muncul dari Rio De Janeiro, kota terbesar kedua sekaligus pusat pariwisata, pada Juli 2020. Ilmuwan pun menjelaskan V.1 berpotensi menginfeksi ulang orang-orang yang sudah sembuh.

Saat mutasi virus mulai sering terjadi, para ahli khawatir negara-negara yang menderita dampak paling parah seperti Brasil bisa kian menderita. Kendati kasus positif terus meningkat, bar dan restoran tetap buka dan banyak penduduk masih abai memakai masker.

"Munculnya varian ini berbanding lurus dengan kurangnya kepedulian orang (kepada protokol kesehatan)," kata Luiz Vicente Rizzo, kepala penelitian di Rumah Sakit Albert Einstein Israel di São Paulo, kepada New York Times.

Dalam data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Johns Hopkins University, per Jumat 29 Januari 2021, jumlah total kasus COVID-19 di Brasil mencapai 9.058.687 kasus. Angka kematian yakni 221.547 jiwa, terbanyak ke dua sedunia setelah Amerika Serikat.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Tinggi, RS di Brasil Kekurangan Oksigen

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya