Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (15/5). (dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (15/5). (dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Intinya sih...

  • Australia akan mengakui Palestina sebagai negara.

  • Netanyahu menuduh Australia memalukan dan menolak ada kelaparan di Gaza.

  • Reaksi beragam di Australia, dari pengkhianatan hingga dukungan publik terhadap Palestina.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu 'tutup mata' terhadap dampak perang di Gaza. Pernyataan ini muncul sehari setelah Albanese mengumumkan bahwa Australia akan mengakui negara Palestina pada sidang Majelis Umum PBB, September mendatang.

Langkah Negeri Kanguru ini mengikuti jejak Inggris, Prancis, dan Kanada yang lebih dulu mengambil posisi serupa. Albanese mengaku frustrasi dengan kebijakan Israel yang menurutnya memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

“Australia ingin melihat pembunuhan dan siklus kekerasan ini berhenti,” tegasnya, dikutip dari BBC, Rabu (13/8/2025).

1. Australia bakal akui Palestina sebagai negara

ilustrasi bendera Australia (pixabay.com/RebeccaLintzPhotography)

Keputusan Australia ini langsung memicu reaksi keras dari Israel. Netanyahu menyebut langkah Canberra dan negara-negara sekutunya 'memalukan' serta menuduh pengakuan negara Palestina sebagai bentuk penghargaan terhadap terorisme.

Dalam konferensi pers akhir pekan lalu, Netanyahu membandingkan situasi Israel dengan skenario serangan di kota-kota Australia.

“Mereka tahu apa yang akan dilakukan jika tepat di sebelah Melbourne atau Sydney terjadi serangan mengerikan seperti ini. Saya pikir, kalian akan melakukan setidaknya apa yang kami lakukan,” ujarnya.

2. Krisis kemanusiaan Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. twitter.com/netanyahu

Netanyahu dan pemerintahannya semakin terpojok di tengah laporan kelaparan di Gaza. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan lima kematian akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir, termasuk satu anak. Total korban meninggal karena kelaparan kini mencapai 222 jiwa, dengan 101 di antaranya anak-anak.

Israel membantah ada kelaparan di Gaza dan menuding lembaga-lembaga PBB gagal mengambil bantuan di perbatasan. Sebaliknya, PBB menolak tuduhan ini, menyebut pihaknya menghadapi hambatan dan keterlambatan saat mengumpulkan bantuan dari zona perbatasan yang dikendalikan Israel.

Albanese mengatakan, dirinya sudah berbicara langsung dengan Netanyahu pada Kamis lalu untuk memberitahukan keputusan pengakuan Palestina.

“Saya berbicara dengan PM Netanyahu. Ia kembali mengulangi apa yang dia sampaikan secara publik, yakni menutup mata terhadap konsekuensi yang dialami warga sipil tak berdosa,” kata Albanese kepada ABC.

3. Reaksi dalam negeri Australia

ilustrasi kota Sydney, Australia (pexels.com/Allyson Fernando)

Di Australia, langkah Albanese menuai respons beragam. Executive Council of Australian Jewry menyebut keputusan ini sebagai 'pengkhianatan', sementara sejumlah aktivis pro-Palestina menilai kebijakan ini belum cukup progresif.

Oposisi yang dipimpin Sussan Ley menganggap keputusan tersebut 'tidak menghormati' Amerika Serikat, sekutu utama Australia. Di sisi lain, dukungan publik terhadap Palestina terlihat dalam aksi protes besar-besaran yang diikuti lebih dari 90 ribu orang di Jembatan Pelabuhan Sydney awal bulan ini, sehari setelah pengadilan mengizinkan demonstrasi.

Sejak 7 Oktober 2024, lebih dari 61.000 orang tewas akibat serangan militer Israel di Gaza, menurut data Kementerian Kesehatan Hamas. Israel melancarkan ofensif ini setelah serangan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Editorial Team