TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

AS Tarik Sejumlah Pegawai Diplomatiknya dari Irak

Suhu panas hubungan AS-Iran kian menanjak dari hari ke hari

AFP/Jim Watson

Baghdad, IDN Times - Setelah sepekan terakhir mengirim sejumlah peralatan perang dan personil militer, pemerintah Amerika Serikat kembali mengambil langkah 'pencegahan' di tengah tensi diplomatik dengan Iran yang semakin tinggi.

Dilansir laman Associated Press, pemerintah AS pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat memerintahkan penarikan sejumlah staf kedutaan besar dan pegawai pemerintah dengan jabatan non-strategis agar segera meninggalkan Irak. Pengumuman tersebut dirilis oleh Kedutaan Besar AS di Baghdad, setelah mendapat perintah dari Departemen Luar Negeri AS.

Perintah tersebut berlaku di seluruh wilayah Irak tanpa terkecuali, termasuk pada para pegawai Konsulat AS di kota Erbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdi di Irak utara yang disokong AS. Konsulat AS di kota Basra sendiri telah ditutup sejak September 2018 pasca jadi sasaran penyerangan yang disinyalir ulah milisi dukungan Iran.

Baca Juga: Hubungan dengan Iran Kembali Tegang, Menlu AS Berkunjung ke Irak

1. USS Abraham Lincoln tengah melintasi Terusan Suez pada 9 Mei silam demi mencegah apa yang disebut sebagai 'ancaman Iran'

Mass Communication Specialist Seaman Dan Snow, U.S. Navy via AP

Penarikan personel diplomatik lumrah dilakukan dalam konflik, tapi apa yang menjadi motif keputusan dari Gedung Putih masih samar-samar. Kepala misi militer Inggris di Timur Tengah, Christopher Ghika, pada Selasa (14/5/2019) kemarin menyebut pihaknya sama sekali tidak mendeteksi peningkatan ancaman militer signifikan dari Iran atau sekutu-sekutunya.

Kontan saja pernyataan tersebut membingungkan para pengamat perihal status 'ancaman' yang selama ini digembar-gemborkan pihak Gedung Putih dan Pentagon. Klaim Ghika sendiri segera dibantah oleh Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) di Timur Tengah, dengan mengatakan personelnya sedang dalam status siaga tinggi, tanpa penjelasan lebih rinci.

Pekan lalu, para pejabat tingggi AS seperti Penasihat Keamanan John Bolton dan Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Patrick Shanahan mengaku telah mengantongi info jika Iran sedang bersiap menyerang pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah. Namun, tidak diterangkan serangan macam apa yang dihadapi.

2. Ketegangan AS-Iran sepekan terakhir turut berimbas pada aktivitas kontigen militer negara lain

Mass Communication Specialist 3rd Class Amber Smalley, U.S. Navy via AP

Sementara itu, ketegangan AS-Iran turut berimbas pada kontingen militer negara lain. Reuters melaporkan jika pemerintah Jerman menangguhkan rencana pelatihan tentara Irak. Juru bicara Kementerian Pertahanan Jens Flosdorff mengatakan Jerman tetap berdiri di belakang para sekutunya meskipun tidak ada 'peringatan konkret serangan yang menargetkan Jerman.

Juru bicara Kanselir Jerman, Ulrike Demmer, menyatakan rasa prihatin atas ketegangan di Timur Tengah sembari menghimbau semua pihak mencari segala opsi untuk solusi damai. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Adebahr, berujar jika pemerintah Jerman belum berniat mengurangi staf kedutaan besarnya di Irak atau Iran.

Di Belanda, Kementerian Pertahanan menunda misi militer 50 serdadu sampai terbit perintah lebih lanjut. Kontingen militer Negeri Kincir Angin itu berada di Irak untuk melatih militan Kurdi dalam perang melawan ISIS.

Baca Juga: Berada di Irak, Trump Dukung Penarikan Pasukan AS dari Suriah 

Verified Writer

Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya