TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Afghanistan Dikuasai Taliban, Taiwan: Saatnya Kami Perkuat Pertahanan 

Taiwan harus mandiri agar mampu bertahan dari Tiongkok

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memberi pidato dalam sebuah upacara kenegaraan pada 10 September 2020. (Facebook.com/蔡英文 Tsai Ing-wen)

Jakarta, IDN Times – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa kebangkitan Taliban harus menjadi momentum untuk memperkuat pertahanan negara kepulauan itu. Taliban saat ini menguasai Afghanistan setelah menaklukkan ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021) dan memaksa Presiden Ashraf Ghani bersama keluarganya melarikan diri ke Tajikistan.  

Dilansir dari Channel News Asia, pernyataan Tsai merujuk pada kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan. Dia khawatir jika AS tidak lagi mendukung Taiwan, maka bukan tidak mungkin Tiongkok akan semakin agresif untuk menaklukkan Taipei.

Sekitar 23 juta warga Taiwan hidup di bawah ancaman invasi Beijing, yang memandang pulau tersebut sebagai wilayah separatis dan Tiongkok telah bersumpah untuk merebutnya suatu hari nanti, sekalipun menggunakan kekerasan dan militer.

Baca Juga: China Tarik Dubes di Lithuania Soal Konflik Taiwan

Baca Juga: Profil Tsai Ing-wen, Presiden Taiwan yang Berani Lawan Tiongkok

1. Taiwan harus mandiri dalam urusan pertahanan

antaranews.com

Lebih lanjut, kata Tsai, penarikan pasukan AS dan NATO dari Kabul memicu diskusi di Taiwan, apakah militer Negeri Paman Sam dapat diandalkan untuk melindungi Taipei. Tsai membahas kekhawatiran itu secara langsung dalam sebuah unggahan di Facebook.

"Perubahan baru-baru ini di Afghanistan telah menyebabkan banyak diskusi di Taiwan. Saya ingin memberi tahu semua orang bahwa satu-satunya pilihan Taiwan adalah membuat diri kita lebih kuat, lebih bersatu, dan lebih tegas dalam tekad untuk melindungi diri kita sendiri," tulis Tsai pada Rabu (18/8/2021).

Keterangan Tsai sekaligus menekankan keinginan Taiwan untuk menjadi entitas yang berdaulat dan mandiri, tidak menggantungkan urusan pertahanan kepada negara lain.

"Ini bukan pilihan bagi kami untuk tidak melakukan apa-apa sendiri, dan hanya mengandalkan perlindungan orang lain," tambah Tsai.

Baca Juga: Taiwan Gugat Festival Film Venesia Karena Merasa Didiskriminasi

2. Taiwan dan Afghanistan adalah dua kasus yang berbeda

Pejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Tsai juga sempat menyindir Tiongkok. Dia mengatakan bila Taipei tidak dapat mengandalkan niat baik sesaat atau bantuan dari negara yang tidak berkomitmen untuk meninggalkan kekerasan, merujuk kepada Beijing.

Media pemerintah Beijing sangat senang dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Mereka berbondong-bondong menerbitkan serangkaian editorial yang memprediksi bahwa Washington tidak akan datang membantu Taiwan pada saat dibutuhkan.

Analis telah memperingatkan bahwa Afghanistan dan Taiwan bukanlah perbandingan yang tepat.

"(Taiwan) adalah kepentingan inti bagi AS karena ia adalah demokrasi yang berfungsi dengan baik, sekutu setia, (dengan) militer yang cakap dan secara langsung menentang pesaing terpenting Amerika," ulas pakar hubungan internasional di Pusan Universitas Nasional, Robert Kelly, melalui cuitannya.

"(Sedangkan) Afghanistan berada di pinggiran kepentingan AS. Analogi yang lebih baik (untuk Taiwan) adalah Israel," tambah dia.

Baca Juga: Taliban Janji Lebih Moderat, Inggris: Dunia Butuh Bukti Bukan Janji!

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya