Jika China Invasi Taipei, Ekonomi Jatuh Akan Lebih Buruk dari Sekarang
Dampaknya lebih buruk daripada perang Rusia-Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Negosiator perdagangan utama Taipei di World Trade Organisation (WTO), John Deng, memperingatkan bahwa dampak ekonomi jika militer China menyerang Taiwan akan lebih besar daripada perang Rusia-Ukraina.
Pernyataan yang disampaikan pada Selasa (14/6/2022) itu didasari posisi Taiwan sebagai salah satu produsen terbesar chip semikonduktor di dunia. Dengan demikian, kalau Beijing menginvasi Taipei, maka produksi kendaraan listrik dan telepon seluler bisa menurun drastis.
"Gangguan pada rantai pasokan internasional, gangguan pada tatanan ekonomi internasional, dan peluang untuk tumbuh kembali akan jauh, jauh (lebih) signifikan daripada yang ini," kata Deng kepada Reuters.
"Akan ada kekurangan pasokan di seluruh dunia,” tambah dia.
Baca Juga: Taiwan: Kami Ingin Bangun Hubungan Baik dengan China, Bukan Perang
1. Dunia bergantung pada chip semikonduktor buatan Taiwan
Pemerintah Taipei telah melaporkan tidak ada tanda-tanda serangan dari China dalam waktu dekat. Tetapi, Taiwan telah meningkatkan kesiagannya sejak perang Ukraina dimulai, waspada terhadap niat Beijing.
Pemerintah China berkali-kali menegaskan keinginannya untuk menyatukan kembali Taiwan. Kalau cara damai tidak bisa diwujudkan, maka China berjanji untuk menggunakan cara lain, termasuk kekerasan.
Sebagai informasi, Taiwan mendominasi pasar global untuk produksi chip paling canggih dan ekspornya bernilai 118 miliar dolar AS tahun lalu.
Deng mengatakan, dia berharap dapat mengurangi 40 persen pangsa ekspornya yang masuk ke China.
Baca Juga: Ancam Taiwan soal Kemerdekaan, China Siap Kobarkan Perang di Asia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.