TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Taliban Janji Lebih Moderat, Inggris: Dunia Butuh Bukti Bukan Janji!

PM Boris Johnson menjadi sasaran cemooh oposisi Inggris

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat mengumumkan kebijakan lockdown nasional ketiga pada 5 Januari 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, masyarakat dunia akan menilai Taliban berdasarkan tindakannya, bukan janji-janjinya. Pernyataan itu merujuk pada konferensi pers Taliban pada Selasa (17/8/2021) yang berjanji untuk membentuk pemerintahan inklusif, moderat, dan tidak akan membalas perbuatan negara-negara Barat.

"Kami akan menilai rezim ini berdasarkan pilihan yang dibuatnya, dan dengan tindakannya daripada kata-katanya, pada sikapnya terhadap terorisme, kejahatan, dan narkotika, serta akses kemanusiaan, dan hak anak perempuan untuk menerima pendidikan," ucap johnson di hadapan parlemen pada Rabu (18/8/2021) sebagaimana dilaporkan AFP.

Baca Juga: Uni Eropa dan Inggris Beri Sinyal Siap Bekerja Sama dengan Taliban

1. Johnson menjadi target kritik oposisi

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat berbicara dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melalui sambungan telepon pada 8 Desember 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Sama seperti Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Johnson juga menjadi target kritik oposisi karena salah memprediksi kemampuan militer Taliban, sehingga memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.

Pemimpin Partai Buruh, Starmer, mencemooh Johnson dengan istilah kepemimpinan yang ceroboh. Kesalahan itulah yang memaksa Johnson membatalkan liburannya pada Sabtu (14/8/2021), ketika Taliban mulai mengepung ibu kota Kabul.

"Ada salah perhitungan besar tentang ketahanan pasukan Afghanistan dan Taliban yang mengejutkan pemerintahan kami,” ujar Starmer.

Mantan perdana menteri Theresa May, rekan Johnson dari Partai Konservatif, juga mempertanyakan bagaimana Inggris bisa salah mengkalkulasikan kekuatan Taliban.

"Apakah pemahaman kita tentang pemerintah Afghanistan begitu lemah? Apakah pengetahuan kita tentang posisi di lapangan begitu tidak memadai?" tanya dia kepada Johnson.

"Atau, apakah kami harus mengikuti AS seraya berdoa bahwa itu (Afghanistan) akan baik-baik saja," sambung dia.

Baca Juga: Inggris Sebut Taliban yang Sekarang Berbeda, Lebih Masuk Akal

2. Inggris akan menerima 5.000 pengungsi Afghanistan tahun ini

Warga berusaha menuju Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC/djo

Sebelumnya, intelijen Washington memprediksi kejatuhan Kabul akan terjadi dalam kurun waktu 90 hari. Realitanya, ibu kota jatuh hanya dalam beberapa pekan setelah Taliban melakukan serangan kilatnya.

Hal itu tentu mengejutkan banyak pengamat dan negara-negara Barat, terlebih AS telah menginvestasikan lebih dari 89 miliar dollar AS untuk melatih dan mempersenjatai militer Afghanistan.

Inggris berencana untuk menampung lima ribu warga Afghanistan selama tahun pertama program pemukiman baru, yang akan memprioritaskan perempuan, anak perempuan, dan kelompok minoritas lainnya.

Anggota parlemen dari Partai Buruh Chris Bryant meminta pemerintah untuk melangkah lebih jauh.

"Menteri Dalam Negeri mengumumkan pagi ini bahwa Inggris akan menerima 20 ribu pengungsi dari Afghanistan, tetapi hanya lima ribu yang bisa datang tahun ini," dia bertanya kepada Johnson.

"Apa yang harus dilakukan dengan 15 ribu orang lainnya? Berkeliaran dan menunggu sampai mereka dieksekusi?” kata dia.

Baca Juga: Janji Taliban: Burqa Tidak Wajib dan Perempuan Boleh Kuliah

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya