TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

200 Lebih Warga Filipina Jadi Korban Perdagangan Manusia di Kamboja 

Dipekerjakan sebagai admin judi online

bendera Kamboja (pixabay.com/jorono)

Jakarta, IDN Times - Kedutaan Filipina untuk Kamboja dan Laos, pada Rabu (25/1/2023), melaporkan bahwa mereka berhasil menyelamatkan sekitar 200 warganya yang diperdagangkan di negara tersebut. Mereka telah dipaksa bekerja sebagai penipu mata uang kripto di Kamboja dan Laos.

Hal ini diungkapkan saat Senate Committee on Women melakukan audit terkait dugaan perekrutan ilegal orang Filipina di luar negeri, untuk bekerja di perjudian online dan fasilitas cryptocurrency. Sejauh ini, perdagangan manusia memang menjadi permasalahan serius bagi Kamboja yang belum terselesaikan. 

Baca Juga: Vietnam-Kamboja Resmi Perkuat Kerja Sama Antinarkoba

1. Ada 119 warga Filipina yang jadi korban di Kamboja sejak 2021 lalu

potret bendera Filipina (ipophil.gov.ph)

Pemerintah Filipina sedang menyelidiki pabrik penipuan atau pusat panggilan penipuan di negara-negara Asia Tenggara yang menargetkan orang Filipina, salah satunya Kamboja. 

Konsulat Jenderal Filipina di Phnom Penh, Emma Sarne, membenarkan bahwa banyak warga Filipina menjadi korban perdagangan manusia di Kamboja. 

"Itu benar. Kedutaan Besar Filipina ingin melaporkan peningkatan jumlah orang Filipina yang direkrut secara ilegal dan dipaksa bekerja di fasilitas penipuan online di kerajaan tersebut,” katanya, dilansir Khmer Times

“Kami telah memfasilitasi penyelamatan 119 warga Filipina dari fasilitas perjudian online yang tidak disebutkan namanya di berbagai provinsi di Kamboja terutama dari Sihanoukville pada Juli 2021,” tambahnya.

Sarne mengatakan, Kamboja telah melakukan penutupan fasilitas perjudian online sejak Oktober 2020. 

2. Para korban perdagangan manusia di Kamboja kerap disiksa hingga dibunuh

Ilustrasi Perdagangan Perempuan (IDN Times/Mardya Shakti)

Perwakilan UN Special Rapporteur tentang situasi hak asasi manusia di Kamboja, Vitit Muntarbhorn, menyampaikan bahwa korban perdagangan manusia di Kamboja berada seperti di neraka. Hal tersebut tak lepas dari fakta bahwa banyak dari mereka yang disiksa atau bahkan dibunuh.

“Negara-negara lainnya menyadari fenomena tersebut dan Kamboja perlu mengaktifkan tindakan pencegahan lebih kuat, sambil menyambut kerja sama dan dukungan internasional,” kata Vitit, dilansir DW

Selama bertahun-tahun, Kamboja telah berubah dari sumber menjadi tujuan utama perdagangan manusia di Asia Tenggara. 

Para penyelundup kebanyakan berkaitan dengan geng kriminal terorganisir. Mereka menargetkan warga negara asing melalui berbagai aplikasi media sosial, dan menawarkan pekerjaan serta akomodasi bergaji tinggi.

"Awalnya, para scammer mengatakan bahwa saya bisa datang ke Kamboja untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena saya adalah seorang insinyur dan saya dapat berbicara bahasa Inggris," kata Wei yang merupakan salah satu korban penipuan. 

"Setibanya di Kamboja, paspor dan visanya diambil oleh para penipu. Mereka meminta saya untuk bergabung dengan mereka, jika tidak saya harus membayar 30 ribu dolar AS," kata Wei, yang ditahan di kompleks selama lima bulan di luar keinginannya sebelum dia melarikan diri pada awal Desember 2022, dilasir DW.

Baca Juga: ILO Didesak Advokasikan Pelanggaran HAM Tenaga Kesehatan di Filipina

Verified Writer

Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya