TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hanya 4 Persen Perempuan Lajang di Korea Selatan yang Berpikir Menikah

Pemerintah Korea Selatan coba meningkatkan fertilitas

wanita asal Korea Selatan (pixabay.com/yimnao)

Jakarta, IDN Times - Sebuah survei baru menunjukkan bahwa hanya empat persen perempuan muda Korea Selatan menganggap pernikahan adalah suatu keharusan. Hal tersebut dirilis oleh sebuah makalah akademis yang diposting di jurnal Korean Association for Social Welfare Studies.

Makalah yang dirilis pada Minggu (26/2/2023) itu, mengungkapkan hasil survei terhadap 281 pria dan wanita lajang berusia 20 hingga 34 tahun. Di antara yang disurvei, hanya empat persen wanita yang setuju bahwa pernikahan dan melahirkan adalah “penting” dalam hidup mereka, sementara 12,0 persen pria juga menyatakan hal yang sama.

Baca Juga: 5 Fakta Cowok Korea Utara dan Korea Selatan, Beda Banget!

1. Ada 53 responden yang setuju pernikahan bukan merupakan hal yang penting

ilustrasi pernikahan (pixabay.com/StockSnap)

Dalam survei tersebut, lebih dari 53 persen perempuan setuju bahwa "pernikahan dan persalinan tidak penting dalam kehidupan perempuan," dilansir The Korea Times. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan 26 persen pria yang menyetujui gagasan tersebut.

Menurut data Badan Statistik Korea Selatan terbaru, tingkat kesuburan total negara itu- turun menjadi 0,78 tahun lalu. Angka ini merupakan angka terendah sejak negara itu mulai mengumpulkan data yang relevan pada tahun 1970-an.

Rata-rata tingkat kesuburan total negara-negara anggota OECD adalah 1,59 pada tahun 2020. Korea Selatan adalah satu-satunya negara OECD dengan tingkat kesuburan lebih rendah dari satu.

Baca Juga: Korea Selatan Resmi Akui Pernikahan Sesama Jenis

2. Pemerintah Korea Selatan sudah habiskan banyak uang untuk tingkatkan fertilitas

Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol (instagram.com/sukyeol.yoon)

Ketika ditanya apakah pernikahan dan persalinan itu “penting” dalam kehidupan perempuan, 42,9 persen perempuan mengatakan demikian. Angka yang jauh lebih rendah daripada laki-laki yang mengatakannya sebesar 61,3 persen, dilansir KBS World.

Selama ini, terdapat upaya Pemerintah Korea Selatan selama bertahun-tahun mendorong pasangan untuk memiliki lebih banyak anak. Selama 16 tahun terakhir, pemerintah setempat menghabiskan sekitar 280 triliun won (210 miliar dolar AS) sebagai tanggapan atas penurunan tingkat kesuburan.

Choi Seul-ki, pakar kebijakan kependudukan di Korea Development Institute, melihat kebijakan pemerintah sebagai bumerang. Dia mengatakan mendorong kaum muda untuk menikah mungkin membuat mereka lebih skeptis tentang pernikahan.

Verified Writer

Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya