Imbas Lockdown, Fresh Graduate di China Takut Gak Dapat Kerjaan
Tingkat pengangguran anak muda di China masih tinggi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Walau Kota Shanghai dan Beijing akan segera melonggarkan pembatasan mobilitas atau lockdown, perekonomian di China masih belum menunjukkan tren positif. Kota Shanghai akan mencabut kebijakan lockdown pada 1 Juni 2022 mendatang.
Walau begitu, hal itu belum membuat para lulusan universitas di China tenang. Pasalnya, kondisi perekonomian masih di ambang ketidakpastian setelah lockdown telah memengaruhi para investor Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Shanghai Akhirnya Bakal Buka Lockdown pada 1 Juni
1. Sekitar 10,6 juta lulusan kampus akan memasuki pasar kerja pada 2022
Kementerian Pendidikan China mengatakan, terdapat 10,6 juta lulusan kampus yang akan memasuki pasar kerja pada 2022, dilansir South China Morning Post. Sayangnya, situasi perekonomian di China masih belum sepenuhnya membaik.
Semakin banyak lulusan kampus membuat sebagian dari mereka harus memilih bekerja ke luar negeri atau tetap berada di China tanpa adanya kepastian. Kebijakan lockdown memperlambat penyerapan tenaga kerja bagi para lulusan muda di China saat ini.
Dai Xiaoyan, seorang lulusan universitas dari kalangan keluarga prasejahtera, mengaku sebenarnya telah mendapatkan program magang pada Oktober 2021 lalu di Shanghai. Sayangya, perempuan itu tak bekerja lagi dalam dua bulan terakhir akibat kebijakan lockdown di kota tersebut.
Baca Juga: Warga Shanghai Marah karena Lockdown: Kami Dikurung Seperti Hewan!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.