TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aljazair Tolak Izin Terbang Prancis untuk Operasi Militer di Niger

Aljazair akan terdampak jika ada operasi militer di Niger

Pesawat militer Prancis. (twitter.com/SebLecornu)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Aljazair, pada Selasa (22/8/2023), menolak permintaan izin terbang pesawat tempur Prancis di wilayah udaranya. Mereka menyebut rencana itu digunakan untuk mengirim pesawat tempur dalam operasi militer di Niger.

Situasi di Afrika Barat terus memanas setelah jatuhnya pemerintahan Presiden Mohamed Bazoum di Niger. Pasalnya, negara anggota ECOWAS mengancam akan melancarkan operasi militer di Niger, apabila junta militer menolak menyerahkan kekuasaan. 

Baca Juga: Ribuan Warga Niger Antre Mendaftar Pasukan Sukarelawan Perang

1. Aljazair khawatir terdampak intervensi militer di Niger

Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, menyatakan kekhawatirannya soal ancaman serangan militer di Niger. Ia menambahkan, segala intervensi militer di Niger akan menyeret semua negara di kawasan Sahel, termasuk Aljazair. 

"Segala bentuk intervensi militer di Niger akan menyeret seluruh negara di kawasan Sahel dan Aljazair tidak akan menggunakan pemaksaan dan senjata di negara tetangga," tutur Tebboune, dikutip Arab News

Ia mengatakan, Aljazair akan terdampak dari intervensi militer di Niger dengan melonjaknya migran asal Afrika Sub-Sahara. 

"Kami menolak kudeta militer, tapi kami juga menolak intervensi militer asing yang akan membuat situasi di Niger dan seluruh Sahel makin buruk," tambahnya. 

2. Prancis mengaku tidak pernah kirim izin terbang Aljazair

Pesawat Prancis di Niger. (twitter.com/EmmanuelMacron)

Pada hari yang sama Prancis menolak tuduhan Aljazair, yang menyebut Paris meminta izin masuknya pesawat militer untuk operasi di Niger. Aljazair termasuk negara yang menolak intervensi militer asing di Niger. 

"Angkatan Udara Prancis menolak tuduhan yang menyebut telah mengajukan permintaan untuk terbang melewati wilayah udara Aljazair," tuturnya, dilansir Reuters.

Prancis diketahui memiliki 1.500 pasukan di Niger sebelum berlangsungnya kudeta militer sebulan lalu. Paris juga tidak menyatakan keinginannya untuk intervensi militer dalam mengambil alih kekuasaan dari tangan junta militer. 

Sebelumnya, pasukan Prancis juga harus pergi dari Mali dan Burkina Faso setelah dilanda kudeta militer. Bahkan, sentimen anti-Prancis semakin meningkat dan simpati kepada Rusia membesar di negara-negara kawasan Sahel. 

Baca Juga: Junta Militer Niger Segera Adili Presiden Bazoum

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya