TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kyrgyzstan Usulkan Akar Beracun Sebagai Obat COVID-19

Disebut ampuh dalam melawan COVID-19

Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov. (twitter.com/SadyrJaparov)

Bishkek, IDN Times - Kyrgyzstan telah mempromosikan akar tanaman beracun sebagai obat efektif penyembuh COVID-19. Bahkan obat tersebut juga diposting dalam sosial media Presiden Sadyr Japarov, menyusul adanya kenaikan kasus penularan COVID-19 di Kyrgyzstan beberapa minggu terakhir. 

Keterangan Pemerintah Kyrgyzstan tersebut menuai kontroversi lantaran sama seperti pengakuan Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang juga mempromosikan obat herbal penyembuh COVID-19 bernama Carvativir. 

1. Promosikan obat herbal penyembuh COVID-19 dari akar beracun

Pemerintah Kyrgyzstan melalui Menteri Kesehatan Alimkadyr Beishenaliyev tengah memperkenalkan obat baru yang disebut ampuh dalam menyembuhkan COVID-19 pada Jumat (17/04/2021). Obat tersebut terbuat dari akar tanaman aconite yang dikenal beracun tapi sudah sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. 

Melansir dari Arab News, Menkes Beishenaliyev juga sudah meminum secara langsung obat tersebut di depan para jurnalis saat melangsungkan konferensi. Ia juga berkata bahwa, "Obat ini sama sekali tidak membahayakan. Kalian harus meminumnya saat panas dan diminum dua atau tiga kali setelah hasil PCR menunjukkan positif dan orang tersebut kemudian akan menjadi lebih baik."

Baca Juga: Berstatus Mantan Napi, Sadyr Japarov Menang Pilpres Kyrgyzstan

2. Postingan Japarov dicabut oleh Facebook

Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. (twitter.com/SadyrJaparov)

Mengutip dari The Diplomat, sebelum presentasi mengenai obat herbal penyembuh COVID-19 ini, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov sudah mengunggah postingan di sosial media Facebooknya mengenai obat tersebut. Pada postingan tersebut, ia mengucapkan bahwa "Kyrgyzstan telah menemukan obat penyembuhan efektif dalam melawan COVID-19." 

Namun unggahan tersebut dihapus oleh Facebook sejak 19 April lantaran disebut mengandung informasi palsu mengenai obat COVID-19. Bahkan WHO juga turut mengkritisi pengenalan obat tersebut dan menyebutkan bahwa, "Obat tersebut belum melalui uji klinis sehingga tidak dapat didaftarkan dan direkomendasikan untuk penggunaan massal."

Baca Juga: Ribuan Orang Gelar Aksi Demo Atas Hasil Pemilu di Kyrgyzstan

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya