TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menlu Austria Tolak Ukraina Jadi Anggota Tetap Uni Eropa

UE-Ukraina bisa bersahabat tanpa menjadi anggota

Menlu Austria, Alexander Schallenberg. (twitter.com/m_holman)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg, pada Sabtu (23/4/2022) menolak proposal Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE). Menurut dia, ada alternatif lain yang bisa dilakukan terkait krisis di Ukraina hari ini. 

Komentar Schallenberg diucapkan usai pertemuan antara Kanselir Austria, Karl Nehammer, dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Moskow pada 11 April lalu. Sayangnya, pertemuan itu tidak menghasilkan keputusan apapun dan Rusia tetap melanjutkan agresinya ke Donbass. 

Dilansir Fox News, Nehammer yang mengungkit terkait masalah kejahatan perang di Bucha itu menyebut bahwa pertemuan itu tidak menghasilkan impresi yang optimistik. 

Baca Juga: AS Sebut Rusia Makin Lemah Lawan Ukraina 

1. Schallenberg menginginkan cara alternatif bagi Ukraina selain anggota UE

Schallenberg mengatakan bahwa Uni Eropa dan Ukraina seharusnya dapat mencari jalur alternatif untuk memperkuat hubungan di tengah invasi Rusia, tapi bukan dengan menjadikan Kiev anggota tetap UE. 

"Sebuah hubungan negara seperti Ukraina tidak mendesak untuk mendapatkan keanggotaan tetap Uni Eropa. Terdapat beberapa opsi untuk menghubungkan Ukraina tanpa harus memasukkannya sebagai anggota UE," ungkap Schallenberg dalam tabloid Heute.

Menteri berusia 52 tahun itu tidak menyebutkan alasan utamanya menolak Ukraina, tetapi ia menyinggung soal negara lain yang mencoba untuk bergabung dalam UE selama bertahun-tahun. 

"Seperti halnya Serbia yang sudah mengajukan untuk masuk sebagai anggota Uni Eropa pada 2009. Namun, negosiasi keanggotaan masih terus berjalan sampai sekarang," sambungnya, dilansir Business Insider

2. Ukraina mengaku kecewa atas ucapan Schallenberg

Bendera Ukraina. (instagram.com/usa.hanna)

Menanggapi komentar Schallenberg, Ukraina mengaku kecewa atas penolakan tersebut. 

"Kami menganggap komentar tersebut hanya pandangan jangka pendek dan tidak berkeinginan untuk menyatukan Eropa. Pernyataan tersebut mengabaikan kenyataan bahwa mayoritas populasi negara pendiri UR setuju untuk membantu percepatan keanggotaan UE," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, dilansir Ukrinform. 

Ia juga mengatakan, Menteri Luar Ukraina Dmytro Kuleba sudah menegaskan bahwa warga sipil Ukraina telah membayar mahal kesalahan yang dilakukan pemerintah negara di Eropa.

Mereka memiliki ketidakjelasan persepsi yang melemahkan politik dan ekonomi Eropa, sehingga Rusia dapat merusak stabilitas di UE dan melangsungkan agresi hybrid melawan negara Eropa. 

"Seperti peperangan yang baru terjadi ini, korban, dan kerusakan tidaklah cukup bagi mereka. Menunda masuknya Ukraina dalam UE dengan berbagai alasan atau mencari alternatif berarti menuruti rencana Putin dan melambatkan UE dalam memperkuat kapabilitas Ukraina," sambungnya. 

Nikolenko juga menyampaikan, Ukraina memiliki kemampuan untuk menuruti semua standar yang diterapkan UE dan mempunyai peran strategis yang diakui oleh UE. 

"Terima kasih kepada keberanian dari Presiden Ukraina dan warga Ukraina, karena itu Eropa dapat hidup damai sekarang. Tanpa melebih-lebihkan, negara kita sudah menjadi area terluar dari keamanan UE, kebebasan Eropa, dan nilai-nilai budaya Eropa," tegas Nikolenko. 

Baca Juga: Polandia Kirim Tank ke Ukraina Demi Pukul Mundur Rusia

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya