TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rusia Tolak Tudingan di Balik Serangan Siber di Kolombia

Rusia disebut ikut andil dalam demonstrasi di Kolombia

Bendera negara Kolombia (unsplash.com/flavia carpio)

Bogota, IDN Times - Rusia menolak tudingan Kolombia yang mengatakan jika negaranya berada di balik terjadinya demonstrasi besar sejak akhir April lalu. Bahkan Kolombia menuding Rusia telah melakukan serangan siber untuk memberikan informasi palsu kepada warganya. 

Sebelum tudingan ini, beberapa negara sekutu Rusia di Amerika Latin, yakni Kuba dan Venezuela juga dituding sebagai dalang di balik demonstrasi besar di Kolombia terkait reformasi pajak. 

1. Menolak tudingan dari Menhan Kolombia

Pada hari Jumat (21/05/2021) Kedutaan Besar Rusia di Kolombia menolak ungkapan Menteri Pertahanan Kolombia Diego Molano yang menyebutkan Rusia ada di balik aksi demonstrasi. Bahkan ia mengatakan jika Rusia melancarkan serangan siber yang membuat situs Militer dan Senat Kolombia mengalami kendala saat minggu awal demonstrasi, dikutip dari DW.

Dilansir dari laman Sputnik News, sesuai keterangan dari pihak kedutaan besar Rusia di Bogota mengatakan bahwa, "Kami menolak dengan keras tuduhan ini. Ini merupakan tuduhan yang serius terhadap negara kami, di mana tidak ada bukti sama sekali yang mendukung tudingan tersebut. Tidak mungkin kami berkontribusi buruk atas hubungan baik antara Rusia dan Kolombia."

Pihak Kedutaan Besar Rusia juga mengungkapkan belasungkawa terhadap keluarga dari pendemo yang tewas dan mengalami luka-luka saat melangsungkan aksinya beberapa waktu lalu. 

Baca Juga: Situasi Memanas, Kolombia Gagal Jadi Tuan Rumah Copa America 2021

2. Terdapat ribuan akun provokasi dari Rusia dan Venezuela

Suasana demonstrasi di Kolombia pada Mei 2021. (twitter.com/ajplus)

Berdasarkan wawancara Diego Molano pada surat kabar El Mundo dan El Tiempo mengatakan apabila terdapat lebih dari 100 berita palsu di sosial media mengenai demonstrasi di Kolombia yang mendiskreditkan polisi. Ia juga mengatakan jika, "Terdapat informasi sosial media mengenai serangan dan mobilisasi dari Rusia dan Venezuela. Sedangkan terdapat sejumlah akun palsu yang ditemukan berasal dari Bangladesh, Meksiko dan Venezuela."

Menurut SFS, tindakan ini berfungsi menggerakkan klik dari pengguna sosial media yang bisa memperburuk situasi demonstrasi dan kerusuhan. Diketahui kurang dari satu persen pengguna yang menggerakkan konten terkait fenomena sosial ini, bahkan akun tersebut tidak berasal dari negara tempat kejadian. Layaknya demonstrasi di Chile yang mayoritas cuitannya berasal dari Venezuela, Nikaragua dan Kuba. 

Menurut Menlu Marta Lucía Ramírez sejak demonstrasi di Kolombia pada 2019 lalu, sudah terdapat aktivitas digital dari Venezuela dan Rusia. Bahkan jumlahnya akun provokasi yang masih aktif tersebut mencapai 7.000, dilansir dari Semana.  

Baca Juga: Kolombia Buka Perbatasan Negara Kecuali dengan Venezuela

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya