TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Senegal Akan Intervensi Niger Usai Kudeta, Mali-Burkina Faso Marah!

Situasi di Afrika Barat kian menegang

bendera Senegal (pexels.com/aboodi)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Senegal Aissata Tall Sall, pada Kamis (3/8/2023), menegaskan bahwa negaranya akan ikut dalam intervensi militer ECOWAS ke Niger. Menyusul ultimatum ECOWAS kepada junta militer Niger untuk menyerahkan kekuasaan pada Presiden Mohamed Bazoum. 

Mendengar ancaman ECOWAS, Burkina Faso dan Mali yang dipimpin rezim militer menyatakan solidaritasnya kepada Niger. Mereka menyebut segala bentuk intervensi militer ECOWAS sama seperti deklarasi perang terhadap Niger, Burkina Faso, dan Mali. 

Baca Juga: Nigeria Putus Pasokan Listrik ke Niger usai Kudeta

1. Tidak ingin ada kudeta lagi di Afrika Barat

Tall Sall mengatakan bahwa terdapat satu kudeta yang menyulut sejumlah kudeta di kawasan Afrika Barat. Ia pun menyatakan Senegal akan terus berkomitmen di dunia internasional. 

"Tentara Senegal akan disiapkan. Mereka akan diterjunkan ke Niger bersama pasukan ECOWAS. Kudeta di sejumlah negara kawasan Afrika Barat harus dihentikan. Maka dari itu, kami akan pergi ke sana," tuturnya, dikutip Africa News.

Ia menekankan bahwa ECOWAS pasti akan mengirimkan tentaranya ke Niger setelah ketidaktegasan blok itu ketika berlangsungnya kudeta militer di Mali dan Burkina Faso. 

"Ini merupakan jawaban singkat atas banyaknya kudeta di Afrika Barat. Namun, ECOWAS menginginkan negosiasi damai untuk mengembalikan kepemimpinan ke tangan pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat," tambahnya. 

2. Warga Niger dukung kudeta militer

Pada hari yang sama, ribuan warga Niger mengadakan demonstrasi di Niamey untuk mendukung kudeta militer yang melengserkan Bazoum. Sejumlah demonstran menyuarakan slogan anti-Prancis sambil memperingati kemerdekaan Niger. 

Selain menyuarakan penolakan Prancis, sejumlah demonstran membawa bendera Rusia dan menyatakan dukungan pada Moskow. Bahkan, demonstran juga menyerukan dukungan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. 

"Keinginan kami hanyalah pada keamanan. Tidak peduli bantuan itu datang dari Rusia, China, atau Turki. Kami hanya tidak ingin Prancis. Mereka telah merampas sumber daya alam kami sejak 1960-an. Mereka ada di sini sejak saat itu dan tidak pernah berubah," tutur salah satu demonstran, Issiaka Hamadou. 

Niger merupakan basis militer utama Prancis dan negara-negara Barat untuk melawan kelompok jihadis yang telah mengakar di kawasan Sahel sejak 2012. 

Baca Juga: Harga Uranium Diprediksi Naik Imbas Kudeta Niger

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya