TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siap Merapat ke Rusia, Pemimpin Zaporizhzhia Bakal Gelar Referendum

Ingin gelar referendum pada September

tanda memasuki wilayah Zaporizhzhia, Ukraina (twitter.com/nexta_tv)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin wilayah Zaporizhzhia yang diduduki oleh Rusia, Yevgeny Balitsky, mengumumkan rencana referendum untuk bergabung dengan Rusia, Senin (8/8/2022). Pernyataan tersebut diungkapkan dalam acara pertemuan yang digelar di Kota Melitopol. 

Beberapa hari belakangan, serangan di Zaporizhzhia semakin intensif sebab Rusia berniat mencaplok wilayah tersebut. Bahkan, Rusia dan Ukraina saling tuding atas serangan yang mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di wilayah tersebut yang disebut terbesar di Benua Eropa. 

Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina Tembaki Lagi Pembangkit Nuklir di Zaporizhzhia

1. Balitskiy ingin Zaporizhzhia menjadi salah satu provinsi Rusia

Pernyataan referendum dari Balitskiy diungkapkan dalam acara bertajuk 'We Are Together with Russia' yang digelar di Melitopol pada Senin. Hal ini dilakukan sesuai dengan keinginannya agar wilayah Zaporizhzhia dapat menjadi salah satu provinsi di Federasi Rusia. 

Dalam pertemuan tersebut ia sudah menandatangani pengorganisasian rencana referendum. Bahkan, disebut terdapat lebih dari 700 perwakilan dari berbagai wilayah di Ukraina yang menyetujui ide penggabungan dengan Rusia tersebut. 

Balitskiy juga menambahkan bahwa referendum akan dilakukan secepatnya, paling tidak pada pertengahan September. Meski sebagian teritori Zaporizhzhia sudah diambil alih oleh Rusia, tapi Kota Zaporizhzhia di tepi Sungai Dnipro masih dikuasai oleh pasukan Ukraina sampai saat ini, dilaporkan dari RT.

Pemimpin di Kherson yang diduduki oleh Rusia juga sudah menyuarakan keinginan yang sama untuk menggelar referendum. Mereka berniat untuk memisahkan diri dari Kiev dan ingin bergabung dengan Rusia. 

2. Zelenskyy ancam tidak ada dialog damai jika ada referendum di Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy (instagram.com/zelenskiy_official)

Pernyataan ini diungkapkan Balitskiy, setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyebut apabila ada teritori Ukraina yang ingin bergabung dengan Rusia. Maka, pihaknya tidak akan bersedia menjalani dialog perdamaian dengan Rusia. 

"Posisi negara kami tetap dan akan selalu seperti sebelumnya. Kami tidak akan menyerahkan apa yang sudah kami miliki" tutur Zelenskyy, dikutip dari RFE/RL.

Pada 8 Agustus, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membalas pernyataan Zelenskyy salah jika menuding ke warga atau pemimpin Rusia. Ia menegaskan bahwa referendum adalah keinginan dari warga di teritori Ukraina yang dicengkeram oleh Rusia. 

Baca Juga: AS Janjikan Paket Bantuan Militer Baru untuk Ukraina Senilai Rp14,8 T

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya