Hujan Turun di Puncak Es Greenland Pertama Kalinya
Perubahan iklim semakin mengkhawatirkan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Nuuk, IDN Times - Dampak perubahan iklim kembali terlihat di wilayah Arktik. Kali ini, puncak lapisan es Greenland dilaporkan telah diguyur oleh hujan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah catatan penelitian.
Melansir dari NYTimes, hujan yang turun tersebut bukan hanya sekedar gerimis biasa, melainkan mengalir selama beberapa jam karena suhu naik sedikit di atas titik beku. Sesuatu yang tidak terduga ini pun merupakan sinyal terbaru dari krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan.
1. Penyebab turunnya hujan
Turunnya hujan di puncak lapisan es besar Greenland, disebut terjadi pada hari Sabtu (14/08) di area dengan ketinggian 10.551 kaki. Para ilmuwan dari National Science Foundation Summit Station AS berkata, fenomena ini adalah yang pertama kalinya terjadi sejak pencatatan dimulai pada 1980. Akibat datang secara tidak terduga, mereka pun tidak dapat mengukur curah hujan yang turun karena ketidaktersediaan alat.
Di saat yang hampir bersamaan, kenaikan suhu yang mendatangkan hujan juga telah menyebabkan pencairan berskala besar di lapisan es Arktik hingga lebih dari 50 persen pada bulan Juli lalu.
Menurut penjelasan ringkas dari Dr. Thomas Mote, ilmuwan iklim di University of Georgia, dua peristiwa tersebut bisa terjadi akibat gelombang aliran udara yang tidak mengalir dalam pola normalnya. Alih-alih berada di jalur barat ke timur, gelombang itu justru turun ke selatan melewati aliran laut Kanada dan lantas membawa udara bertekanan rendah ke perairan yang lebih hangat, dengan kandungan panas serta kelembaban.
Ketika berputar kembali ke utara, udara hangat dan awan yang dibawa mengakibatkan kenaikan suhu dan mendatangkan hujan ketimbang salju.
Baca Juga: 6 Fakta Seputar Greenland, Pulau Terbesar di Bumi yang Gak Hijau
Laporan terbaru tentang perubahan iklim menyimpulkan, emisi karbon dari aktivitas manusia saat ini semakin memperparah kondisi alam hingga ke titik kritis. “Apa yang terjadi bukan hanya satu atau dua dekade yang hangat dalam pola iklim yang mengembara. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kita melewati ambang batas yang tidak terlihat selama ribuan tahun, dan sejujurnya ini tidak akan berubah sampai kita menyesuaikan apa yang kita lakukan dengan udara," kata Ted Scambos, seorang ilmuwan di Pusat Data Salju dan Es Nasional Colorado University, kepada CNN.
Lapisan es Greenland yang tebalnya mencapai dua mil dan mencakup sekitar 650.000 mil persegi, telah kehilangan lebih banyak es dalam jangka waktu yang cepat dibandingkan kapanpun dalam 12.000 tahun terakhir. Menurut perkiraan para ilmuwan, hilangnya es tersebut memiliki kecepatan sekitar 1 juta ton per menit sejak 2019. Itu berarti rata-rata dalam dua dekade terakhir, Greenland telah kehilangan lebih dari 300 miliar ton es setiap tahunnya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.