TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Amnesty Internasional Minta Kamboja Izinkan Pengiriman Bantuan

Kamboja saat ini sedang berada dalam situasi lockdown

Kamboja saat ini sedang menghadapi lockdown setelah kasus harian COVID-19 meningkat drastis. (Twitter.com/noansereiboth)

Phnom Penh, IDN Times - Amnesty International meminta kepada pemerintah Kamboja untuk mengizinkan pengiriman bantuan kepada warga Kamboja. Saat ini, Kamboja sedang menghadapi situasi lockdown di tengah kasus COVID-19 yang terus mengalami peningkatan. Bagaimana awal ceritanya?

1. Sekitar 300 ribu orang berada dalam situasi zona merah 

Situasi di Kamboja yang sedang mengalami lockdown akibat lonjakan kasus COVID-19 yang meningkat drastis. (Twitter.com/rhalynisms)

Dilansir dari Thestar.com.my, Amensty Internasional meminta pemerintah Kamboja harus mengizinkan pengiriman bantuan kepada ribuan orang yang terkena dampak lockdown untuk mencegah krisis kemanusiaan. Sekitar 300 ribu orang berada dalam zona merah dan dilarang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk keadaan darurat medis. Pemerintah Kamboja sedang berjuang untuk mengirimkan pasokan makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Hal ini juga telah memblokir kelompok bantuan untuk memasuki daerah tersebut serta kepolisian juga menggunakan taktik agresif, terkadang menggunakan kekerasan untuk menegakkan aturan lockdown. Direktur Regional Amnesty International Asia-Pasifik, Yamini Mishra, mengatakan bahwa pihak berwenang perlu segera mengizinkan organisasi non-pemerintah dan badan-badan PBB untuk membantu mengirimkan bantuan ke zona merah. Dia juga mengatakan kesalahan penanganan yang keterlaluan dari pemerintah atas lockdown yang menyebabkan pelanggaran HAM dan penderitaan warga yang tak terhitung.

Baca Juga: Setahun Pandemik, Kamboja Baru Laporkan Kematian COVID-19 Pertama

2. Sebagian besar pekerja di Kamboja paling terpengaruh atas dampak lockdown ini

Beberapa orang tertangkap melanggar aturan lockdown di Kamboja. (Twitter.com/RainsySam)

Sebagian besar pekerja di Kamboja, termasuk pekerja konstruksi, pabrik garmen, tanah, dan pekerjaan informal lainnya paling terdampak oleh aturan lockdown, yang memaksa penutupan semua pasar di Phnom Penh, di mana kebanyakan orang biasa membeli makanan mereka sehari-hari. Presiden Future Forum, Ou Virak, mengatakan pemerintah Kamboja dapat mengurangi kekurangan dengan membuat rantai pasokan COVID-19 yang bersifat aman, alih-alih menutupnya. Dengan begitu, pemerintah tidak hanya membantu masyarakat yang membutuhkan pangan, tetapi juga para petani yang berjuang mencari pasar untuk hasil bumi mereka.

Juru bicara Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa saat ini, Sok Eysan, menolak kritik bahwa pemerintah Kamboja telah salah menanganai tindakan lockdown, dengan mengatakan persediaan sudah mencukupi. Ia juga mengklaim sampai saat ini belum ada yang meninggal karena kelaparan atau karena kekurangan makanan sejak pemerintah Kamboja, Palang Merah, dan orang-orang dermawan secara aktif membantu masyakarat di berbagai tempat, terutama yang berada di zona merah. 

Baca Juga: Setahun Pandemik, Kamboja Baru Laporkan Kematian COVID-19 Pertama

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya