TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Demi Nol Emisi, 600 PLTU Batu Bara Tiongkok Harus Tutup

Konsumsi batu bara di Tiongkok menjadi perhatian dunia

Ilustrasi batu bara. (Pixabay.com/adonyig)

Beijing, IDN Times - Demi mencapai target nol emisi gas rumah kaca dalam 10 tahun ke depan, Tiongkok harus menutup 600 pembangkit listrik tenaga batu bara dan menggantinya dengan energi yang terbarukan. Tiongkok sendiri telah mengkonsumsi batu bara dengan jumlah yang sangat banyak selama ini telah menjadi perhatian internasional. Bagaimana awal ceritanya?

1. Dengan menggunakan energi terbarukan, Tiongkok diprediksi dapat menghemat sebesar 1,6 triliun dolar AS atau setara dengan Rp23.440 triliun

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga batu bara. (Pixabay.com/denfran)

Dilansir dari The Guardian, Tiongkok harus menutup sekitar 600 pembangkit listrik tenaga batu bara demi mencapai target nol emisi gas rumah kaca pada tahun 2060 ini. Tetapi, menggantikan 364GW pembangkit batu bara dengan tenaga terbarukan akan mencapai penghematan bersih sekitar 1,6 triliun dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp23.440 triliun selama periode tersebut, karena tenaga angin dan surya saat ini lebih murah dibandingkan batu bara. Tiongkok telah meningkatkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara dalam upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi setelah resesi yang disebabkan oleh pandemi virus COVID-19.

Pada bulan September 2020 lalu, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mengejutkan dunia dengan berjanji bahwa Tiongkok akan mencapai nol emisi bersih pada tahun 2060 ini dan emisinya akan mencapai puncaknya sebelum tahun 2030 ini. Namun, meski para ahli iklim memuji tujuan jangka panjang, mereka khawatir bahwa peningkatan emisi selama 10 tahun ke depan akan merusak anggaran karbon global. Co-Chief Executive TransitionZero, Matthew Grey, mengatakan jika Tiongkok gagal pada batubara, seluruh dunia akan gagal dalam menahan perubahan iklim yang berbahaya, tetapi kini agak sejalan untuk menghentikan kecanduan Tiongkok terhadap batu bara.

Baca Juga: Perang Dagang Australia-Tiongkok Memanas, Harga Batu Bara Terkerek

2. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebelumnya mendesak Tiongkok untuk segera jauh dari batu bara

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. (Instagram.com/antonioguterres)

Tiongkok sedang bersiap untuk mengajukan rencana iklim baru, yang disebut kontribusi yang ditentukan secara nasional, atau Nationally Determined Contributions (NDC). Rencana tersebut merupakan persyaratan untuk semua negara di bawah Perjanjian Iklim Paris 2015 lalu dan akan menjadi bagian penting dari Cop26, pembicaraan iklim penting Inggris yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia pada bulan November 2021 ini. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebelumnya telah mendesak Tiongkok untuk segera menjauh dari batu bara, tetapi Badan Energi Internasional telah memperingatkan bahwa konsumsi batu bara Tiongkok meningkat tajam setelah pandemi COVID-19.

Gray mengatakan transisi dari batu bara masih akan sulit secara politis karena bahan bakar tertanam kuat dalam ekonomi dan masyarakat Tiongkok. Infrastruktur dalam jumlah besar, mulai dari rel kereta api yang membawa batu bara dari tambang di seluruh negeri, hingga pabrik baja dan semen, saat ini bergantung pada batu bara. Berdasarkan laporan baru, Gray menjelaskan bahwa transisi dari batu bara ke energi bersih di Tiongkok kemungkinan akan menciptakan banyak, jika tidak lebih, pekerjaan seperti yang telah hilang di industri batu bara tradisional.

Baca Juga: 5 Negara Penghasil Batu Bara Terbesar di Dunia

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya