TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PM Jepang Tetap Ingin Buang Air Kontaminan Fukushima ke Laut

Beberapa negara tetangga sekitar menentang rencana tersebut

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. (Twitter.com/kishida230)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dalam pernyataannya pada Minggu (17/10) waktu setempat tetap melanjutkan rencana pembuangan air yang terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi ke laut. Rencana tersebut telah mendapatkan kecaman dari negara-negara tetangga di sekitar.

1. Kishida telah meyakinkan masyarakat bahwa membuang air ke Samudera Pasifik aman

Dilansir dari The Guardian, Kishida mengatakan tidak ada penundaan rencana untuk melepaskan air yang terkontaminasi untuk dibuang ke laut.

Kishida telah melakukan perjalanan pertamanya ke pabrik pada akhir pekan lalu sejak menjadi Perdana Menteri Jepang bulan September 2021 lalu, dengan mengatakan segala upaya akan dilakukan untuk meyakinkan masyarakat setempat bahwa membuang air di Samudera Pasifik aman.

Air limbah, yang dipompa dari ruang bawah tanah reaktor dan diolah untuk menghilangkan semua kecuali satu bahan radioaktif, telah menumpuk di lokasi sejak pabrik mengalami tiga kali kehancuran pada Maret 2011 lalu.

"Saya sangat yakin bahwa masalah air adalah masalah penting yang tidak boleh ditunda,"
ungkap pernyataan dari Kishida seperti yang dilansir dari The Guardian.

Lebih dari 1 juta ton air disimpan dalam 1.000 tangki di lokasi tersebut dan perusahaan
Tokyo Electric Power Company Holdings (Tepco) telah memperingatkan bahwa ruang akan habis akhir tahun 2022 ini.

Pemerintah dan Tepco pada bulan April 2021 lalu mengatakan bahwa pekerjaan untuk melepaskan air yang sangat encer akan dimulai pada musim semi 2023 ini dan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan.

Baca Juga: Cara Tepat Mencuci Baju Pasien COVID-19 di Rumah, Cegah Kontaminasi

Langkah ini ditentang oleh komunitas nelayan terdekat yang mengatakan itu akan membatalkan kerja keras bertahun-tahun untuk membangun kembali reputasi industri mereka sejak pabrik itu dilanda tsunami besar pada Maret 2011 lalu, segera setelah pantai timur laut Jepang diguncang gempa berkekuatan 9 skala richter.

Keputusan itu mengakhiri perdebatan bertahun-tahun tentang apa yang harus dilakukan dengan air, dengan opsi lain termasuk penguapan atau pembangunan lebih banyak tangki penyimpanan di lokasi lain.

Negara tetangga Korea Selatan, yang masih melarang impor makanan laut dari wilayah tersebut, telah berulang kali menyuarakan keprihatinan, mengklaim bahwa membuang air merupakan ancaman besar bagi lingkungan laut.

Bahkan, pihak Komite Olimpiade Korea Selatan membuat pengaturan katering terpisah untuk para atlet negaranya selama Olimpiade Tokyo 2020 beberapa waktu lalu di tengah kekhawatiran bahwa makanan yang disajikan terkontaminasi dari Fukushima, meskipun produk dari wilayah tersebut menjalani pemeriksaan keamanan yang ketat.

Pemerintah Jepang menilai melepaskan air ke laut adalah pilihan yang paling realistis dan
akan memungkinkan pekerja di lokasi untuk melanjutkan dengan menonaktifkan pabrik, operasi mahal yang diperkirakan akan memakan waktu sekitar 40 tahun.

"Kami akan memmberikan penjelasan mengenai keselamatan dari sudut pandang ilmiah dan transparansi untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat," ungkap pernyataan dari Kishida yang dilansir dari The Guardian.

2. Pemerintah Jepang menilai keputusan tersebut adalah keputusan yang paling realistis

Baca Juga: Kementan: Di Indonesia Belum Ditemukan KLB Kontaminasi Jamur Enoki

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya