TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Roket Jatuh di Eritrea, Ketegangan di Ethiopia Makin Meningkat

PBB telah memperingatkan terjadi bencana kemanusiaan

Situasi pemandangan di Eritrea. (Pixabay.com/12019)

Asmara, IDN Times - Konflik sekitar 12 hari antara pemerintah Ethiopia dengan pasukan militer setempat semakin meningkat setelah sebuah roket ditembakkan ke wilayah Eritrea. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan terjadi bencana kemanusiaan jika konflik terus terjadi. Bagaimana situasi saat ini?

1. Perdana Menteri Ethiopia menyangkal tuduhan bahwa pasukannya bekerja sama dengan Eritrea

Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, saat sedang mengadakan rapat pemerintahan pada akhir Oktober 2020 lalu. (Twitter.com/AbiyAhmedAli)

Dilansir dari BBC, peristiwa yang berlangsung hari Sabtu, 14 November 2020, malam waktu setempat membuat para penduduk di kota Asmara, Eritrea, melaporkan adanya ledakan keras di tengah penembakan roket di dekat bandara kota setempat. Sampai saat ini, belum ada laporan korban jiwa akibat peristiwa ini. Pemimpin Tigrayan, Debretsion Gebremichael, mengatakan bahwa pasukannya telah memerangi 16 divisi tentara Eritrea di beberapa front selama beberapa hari terakhir.

Para pasukan Tigray menuduh pasukan Eritrea menyeberang ke Ethiopia untuk mendukung pasukan federal. Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, telah menyangkal tuduhan dari pasukan Tigray bahwa pasukan militer Ethiopia telah bekerja sama dengan pasukan militer Eritrea dan mengatakan bahwa Ethiopia dianggap lebih dari mampu dalam mencapai tujuan dari operasi itu sendiri. Pihak pejabat Eritrea sendiri belum memberikan komentar terkait peristiwa ini.

Baca Juga: 5 Fakta Roket N1, Roket Soviet yang Gagal Kirim Manusia ke Bulan

2. Sekitar 25.000 penduduk Tigray telah mengungsi ke wilayah Sudan akibat konflik di wilayahnya

Para penduduk di sekitar wilayah Ethiopia. (Pixabay.com/12019)

PBB sebelumnya telah memperingatkan adanya bencana kemanusiaan jika konflik ini terus berlanjut karena sekitar 25.000 penduduk Tigray telah memilih pindah ke Sudan akibat kelaparan dan ketakutan di sekitar wilayahnya. Infrastruktur komunikasi dan transportasi dengan wilayah Tigray hampir sepenuhnya terputus dan jutaan orang akan menghadapi resiko kelangkaan makanan, bahan bakar, dan beberapa persediaan lainnya.

Di area perbatasan yang ada di Sudan, total pengungsi sekitar setengah dari mereka yang merupakan anak-anak telah berkumpul di tenda darurat yang terbuat dari seprai dan payung. Salah seorang anggota badan pengungsi PBB di kota Hamdayet, Sudan, Jens Hesemann, mengatakan situasi saat ini sudah sangat buruk dan sebagian besar diantara mereka sangat terbebani. Beberapa pengungsi bahkan ada yang mengaku telah diserang meski sedang melarikan diri ke tempat yang lebih aman. 

Baca Juga: Angkasa dalam Lensa: Peluncuran Roket SpaceX yang Mengukir Sejarah

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya