TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kecam Kerja Sama Korut-Rusia, Ketua Partai Korsel: Kesepakatan Iblis!

Kesepakatan keduanya disebut akan mengancam dunia

bendera Korea Selatan (unsplash.com/Stephanie Nakagawa)

Jakarta, IDN Times - Ketua partai yang berkuasa di Korea Selatan menyebut Korea Utara dan Rusia melakuan kesepakatan iblis, usai pemimpin kedua negara itu dilaporkan mencapai kesepakatan mengenai kerja sama militer.

“Kim Jong-un mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin, dan laporan mengatakan mereka menyetujui kerja sama militer secara menyeluruh. Korea Utara diharapkan memberi Rusia senjata konvensional seperti peluru artileri sebagai imbalan atas teknologi militer canggih,” kata ketua Partai Kekuatan Rakyat, Kim Gi-hyeon, pada pertemuan pimpinan partai pada Kamis (14/9/2023), dikutip The Korea Herald.

“Perdagangan iblis ini sangat mengancam perdamaian tidak hanya di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut, namun juga seluruh dunia," tambahnya. 

Baca Juga: Kim Jong Un Mampir ke Pabrik Jet Tempur Sukhoi Rusia, Ngapain?

Baca Juga: Presiden Korsel: Kami Lahir dari Abu Perang dan Kini Jadi Negara Besar

1. Korsel disarankan pasok bantuan militer ke Ukraina demi mencegah Rusia membuat kesepakatan dengan Korut

Lebih lanjut, Kim mengatakan pertukaran senjata dan teknologi militer yang dilakukan Rusia dengan Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB dan tidak dapat dimaafkan.

Dia lantas meminta Rusia untuk segera menghentikan semua perjanjian senjata dengan Korea Utara, dan bertindak secara bertanggung jawab sebagai anggota tetap Dewan Keamanan.

Perwakilan dari partai yang berkuasa, Sung Il-jong dan Ha Tae-keung, pada Kamis juga menyarankan Korea Selatan untuk memasok bantuan militer ke Ukraina demi mengerem kesepakatan yang diambil oleh pemimpin Korea Utara dan Rusia itu.

“Kami mempunyai banyak senjata canggih yang dapat kami berikan kepada Ukraina, yang akan menjadi pukulan besar bagi Rusia,” kata Sung, yang merupakan anggota komite pertahanan Majelis Nasional, dalam sebuah wawancara radio.

“Saya pikir sangat penting bagi pemerintah kita untuk mempertimbangkan semua pilihan, karena Korea Utara mungkin memiliki akses terhadap… teknologi canggih… setelah pertemuan puncak dengan presiden Rusia.”

Ha juga mengatakan bahwa pemerintah harus mencoba menghalangi Moskow untuk membantu Pyong Yang dengan cara menunjukkan bahwa Seoul mampu memasok senjata mematikan ke Ukraina.

2. Pemerintahan Presiden Yoon dinilai keras terhadap Korut

Sementara itu, ketua umum Partai Demokrat Korea, Park Kwang-on, menyalahkan pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol atas pertemuan Kim dengan Putin.

“Sikap keras pemerintahan Yoon terhadap Korea Utaralah yang mendorong situasi hingga ke titik ini,” kata Park.

“Meskipun demikian, kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, yang merupakan ancaman terhadap keamanan regional di Asia Timur Laut, patut dikritik.”

Presiden Yoon dijadwalkan memulai kunjungan enam hari ke New York mulai Senin (18/9/2023), untuk menghadiri Majelis Umum PBB ke-78. Dalam kunjungannya itu, Yoon kemungkinan akan mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan aktivitas militer antara Korea Utara dan Rusia, serta ambisi nuklir Pyongyang yang terus berkembang.

Baca Juga: Kim Jong Un Perintahkan Militer Korut Siaga Gagalkan Invasi AS 

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya