TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Momen Bersejarah, Mantan Presiden Taiwan Akan Kunjungi China

Kunjungan eks presiden Taiwan pertama sejak perang saudara

bendera Taiwan (unsplash.com/Roméo A.)

IDN Times, Jakarta - Mantan presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, dilaporkan akan mengunjungi China pada minggu depan. Ia dijadwalkan akan berada di China dari 27 Maret hingga 7 April.

Melansir Associated Press, Ma yang merupakan anggota senior partai oposisi Kuomintang (KMT) akan memimpin delegasi akademisi, mahasiswa, dan mantan staf kepresidenannya, sekaligus memberi penghormatan kepada leluhurnya di provinsi Hunan barat daya.

Direktur Yayasan Ma Ying-jeou, Hsiao Hsu-tsen, mengatakan pada Senin (20/3/2023) bahwa kunjungan itu diharapkan dapat meredakan ketegangan antara kedua negara.

“Dia sangat percaya, karena kedua sisi Selat (Taiwan) telah memasuki situasi beku ini dalam beberapa tahun terakhir, mengizinkan orang muda untuk bertukar pikiran akan membantu mengurangi ketegangan,” kata Hsiao. 

Ma menjabat sebagai presiden Taiwan untuk periode 2008-2016. Ia akan menjadi mantan pemimpin Taiwan pertama yang mengunjungi China sejak pemerintah nasionalis pindah ke Taipei pada akhir perang saudara 1949. 

Baca Juga: Pekerja Migran Nelayan di Taiwan Minta Kapal Harus Dilengkapi Wi-Fi 

1. Ma datang saat hubungan kedua negara makin tidak bersahabat

Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan, Ma telah menginformasikan rencananya ke Presiden Tsai Ing-wen. Kunjungan Ma diharapkan dapat menegaskan nilai demokrasi dan kemerdekaan Taiwan.

"Kami berharap Ma, dalam perannya sebagai mantan kepala negara, dapat menunjukkan nilai demokrasi dan kebebasan Taiwan serta posisi kesetaraan dan martabat dalam pertukaran lintas selat," kata kantor kepresidenan. 

Kunjungan bersejarah Ma terjadi ketika hubungan kedua negara makin menegang. Pemerintah China yang berkuasa mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, tetapi Partai Progresif Demokratik (DPP) Taiwan mengatakan negaranya sudah berdaulat dan bukan bagian dari China. 

Pemimpin China, Xi Jinping, telah meningkatkan tekanan ekonomi, diplomatik, dan militer di Taiwan sejak DPP mengambil alih kekuasaan pada 2016. Beijing juga memutus komunikasi resmi dengan pemerintah Taiwan yang dipimpin Tsai.

2. Partai KMT punya hubungan hangat dengan Beijing

Melansir CNN, hubungan antara KMT dan China makin menghangat sejak beberapa dekade terakhir. Meski partai itu telah lama menolak dicirikan sebagai pro-Beijing, namun kebijakannya, termasuk saat pemerintahan Ma, sering mendorong perbaikan hubungan antara kedua negara.

Di masa kepemimpinan Ma, ia bahkan menjalin hubungan ekonomi yang lebih kuat dengan negara tersebut, meski tetap menentang reunifikasi.

Kedekatan KMT dengan Beijing, terutama di bidang ekonomi, telah memicu protes dan reaksi pemilih yang besar di Taiwan. Akibatnya, KMT kalah dalam dua pemilihan terakhir dari DPP yang jauh lebih skeptis terhadap Beijing.

Pada 2015, Ma dan Xi mengadakan pertemuan bersejarah di Singapura. Pertemuan itu menjadi yang pertama antara pemimpin Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok sejak berakhirnya Perang Saudara China.

Namun, yayasan Ma mengatakan pertemuan antara Xi dan Ma tidak direncanakan untuk perjalanan kali ini.

Baca Juga: Menteri Pendidikan Jerman Kunjungi Taiwan, Perdana Sejak 26 Tahun

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya