TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Taiwan: Kami Ingin Hidup Berdampingan dengan China

Demi kebaikan bersama di Selat Taiwan

bendera Taiwan (unsplash.com/Roméo A.)

Jakarta, IDN Times - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa negaranya mengupayakan hidup berdampingan secara damai dengan China melalui interaksi yang bebas. Hal itu disampaikannya dalam pidato hari nasional pada Selasa (10/10/2023). 

Tsai juga mengungkapkan bahwa dukungan internasional terhadap Taiwan telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Karena inilah saatnya kita bisa menghadapi dunia dengan percaya diri dan tekad, kita juga bisa tenang dan percaya diri dalam menghadapi China, menciptakan kondisi untuk hidup berdampingan secara damai dan pembangunan di masa depan di Selat Taiwan,” katanya di depan kantor kepresidenan, dikutip Reuters.

China telah lama memandang Taiwan, yang diperintah secara demokratis, sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Tsai dengan tegas menolak klaim kedaulatan Beijing, dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.

Akibatnya, China pun meningkatkan tekanan militer dan politiknya terhadap Taiwan, termasuk dua rangkaian latihan perang besar-besaran di dekat pulau itu sejak Agustus tahun lalu.

Baca Juga: Taiwan Kejar Target Jadi 5 Besar Investor di Indonesia

1. Perbedaan antara Taiwan dan China harus diselesaikan secara damai

Dalam pidato tersebut, Tsai mengatakan sudah menjadi tugasnya untuk menjaga kedaulatan dan demokrasi negaranya serta mengupayakan interaksi yang bebas, tidak terbatas, dan tidak terbebani antara rakyat Taiwan dan rakyat China.

"Perbedaan antara Taiwan dan China harus diselesaikan secara damai, dan mempertahankan status quo adalah hal yang penting untuk menjamin perdamaian," tambahnya.

Tsai, sebelumnya telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan China, namun Beijing menolaknya karena terlanjur memandang Tsai sebagai separatis.

2. Beijing lakukan latihan militer skala besar di sekitar Taiwan

Dilansir Al Jazeera, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) telah melakukan 225 serangan ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan selama 18 hari pada September. Selain itu, Beijing juga melakukan latihan angkatan laut skala besar pada awal bulan ini.

Meskipun latihan ini dilakukan di perairan dan wilayah udara internasional, namun peristiwa tersebut dimaksudkan untuk mengintimidasi Taiwan. China juga ingin mengirim pesan bahwa Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mengambil kendali atas wilayah tersebut.

Menurut perkiraan, kampanye modernisasi militer besar-besaran itu dapat membuat PLA mampu melakukan invasi pada 2027.

Dengan populasi hanya 23 juta jiwa dan kekuatan militer sebanyak 169 ribu personel aktif, Taiwan kalah jumlah dibandingkan China dalam hal populasi dan kekuatan militer.

Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), wadah pemikir yang berbasis di London, PLA adalah militer tetap terbesar di dunia dengan jumlah 2 juta anggota dan memiliki kekuatan udara, angkatan laut, serta senjata yang jauh lebih kuat daripada Taiwan.

Baca Juga: Perdana, Taiwan Luncurkan Kapal Selam Buatan Sendiri

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya