TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Taliban: Marwah Perempuan Akan Hilang Jika Wajahnya Dilihat Laki-laki

Ulama disebut sepakat bahwa wajah perempuan harus ditutupi

perempuan Afghanistan (pixabay.com/ArmyAmber)

Jakarta, IDN Times - Pejabat Taliban mengatakan pada hari Kamis (17/8/2023) bahwa perempuan akan kehilangan marwah jika pria dapat melihat wajah mereka di depan umum. Menurutnya, wajah perempuan yang tidak ditutupi juga berpotensi menimbulkan fitnah dan merupakan sebuah dosa.

Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, menyebut kegagalan perempuan dalam mematuhi pemakaian jilbab yang sesuai syariat adalah alasan mengapa mereka dilarang dari sebagian besar ruang publik, termasuk taman, pekerjaan, dan universitas.

“Sangat buruk melihat perempuan (tanpa hijab) di beberapa daerah (kota besar), dan para ulama kita juga sepakat bahwa wajah perempuan harus disembunyikan,” ujar juru bicara Kementerian Wakil dan Kebajikan Taliban, Molvi Mohammad Sadiq Akif, dalam sebuah wawancara dengan Associated Press.

“Bukannya wajahnya akan dicelakai atau rusak. Seorang wanita memiliki nilainya sendiri dan nilai itu berkurang saat pria memandangnya. Allah menghormati perempuan berhijab dan ada nilai dalam hal ini," lanjutnya.

Baca Juga: Buntut Kekerasan Beragama Pakistan, UU Penistaan Agama Harus Dicabut 

1. Taliban jauh terisolasi dari komunitas Muslim lainnya

Sementara itu, Tim Winter, yang merupakan Dosen Syekh Zayed dalam Studi Islam di Fakultas Ketuhanan di Universitas Cambridge, mengatakan tidak ada mandat dalam Al-Qur'an yang menyuruh perempuan untuk menutupi wajah mereka.

Menurutnya, Taliban akan berusaha untuk menemukan apa pun dalam kitab suci umat Islam yang bisa mendukung interpretasi mereka tentang aturan jilbab.

“Nama mereka menyiratkan bahwa mereka bukan ahli agama senior. Kata Taliban berarti pelajar," kata Winter kepada Asscicated Press.

Dia mengatakan kebijakan yang diambil Taliban selama ini mengacu pada buku teks yang digunakan di madrasah desa dan sekolah-sekolah agama. Adapun para cendekiawan Muslim yang pernah ke Afghanistan selama dua periode pemerintahan Taliban juga telah diremehkan oleh tingkat pengetahuan agama mereka.

“Mereka begitu terisolasi dari komunitas Muslim yang lebih luas.”

2. Tindakan Taliban terhadap perempuan merupakan apartheid gender

Pembatasan hak perempuan secara besar-besaran di Afghanistan, khususnya dalam hal pendidikan dan pekerjaan, telah menyebabkan kemarahan global, termasuk beberapa negara mayoritas Muslim. Hal ini juga membuat komunitas internasional enggan mengakui Taliban sebagai pemerintah resmi negara itu.

"Jalan menuju hubungan yang normal antara Taliban dan negara-negara lain akan ditangguhkan kecuali dan sampai hak wanita dan anak perempuan, antara lain, benar-benar didukung," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dikutip dari CNA.

Menurut laporan PBB bulan lalu, kondisi perempuan di Afghanistan sebagai yang terburuk di dunia dan kebijakan pemerintah Taliban bisa dikategorikan sebagai apartheid gender.

Pada hari Rabu (16/8/2023), utusan khusus PBB Gordon Brown mengatakan Pengadilan Kriminal Internasionaln (ICC) harus mengadili para pemimpin Taliban atas kejahatan terhadap kemanusiaan karena melarang perempuan Afghanistan untuk bersekolah dan bekerja.

Baca Juga: Terbaru, Taliban Larang Partai Politik Beroperasi di Afghanistan

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya