TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Facebook Hapus Akun Jaringan dari Rusia yang Anti-Vaksin

AstraZeneca diklaim bisa ubah orang menjadi simpanse

Ilustrasi layar ponsel yang menampilkan Facebook. (Unsplash.com/Firmbee.com)

California, IDN Times - Jaringan media sosial asal Amerika Serikat (AS), Facebook pada hari Selasa (10/8/2021) memberitahu bahwa mereka telah menghapus akun di Facebook dan Instagram yang terkait dengan jaringan di Rusia. Akun ditutup Facebook karena jaringan itu diketahui mencoba merekrut mereka yang populer di media sosial untuk menyebarkan disinformasi mengenai vaksin COVID-19, berupaya membuat orang jadi anti-vaksin.

1. 65 akun Facebook dan 243 akun Instagram dihapus

Ilustrasi logo 3D Facebook dan Messenger. (Unsplash.com/Alexander Shatov)

Dilansir Reuters, dari hasil penyelelidikannya Facebook menemukan bahwa ada ada 65 akun Facebook dan 243 akun Instagram yang ditutup. Penghapusan akun itu dilakukan karena terhubung dengan Fazze, sebuah anak perusahaan yang bagian dari perusahaan dari Rusia, AdNow. Jaringan itu ditemukan telah menyebarkan informasi anti-vaksin yang menyesatkan.

Fazze kini telah dilarang oleh Facebook untuk terhubung dengan akun di jaringan media sosialnnya.  Jaringan itu menggunakan pengaruhnya dalam menyebarkan pesan palsu mengenai vaksin, yang menargetkan pengguna di India, Amerika Latin, dan di AS pada tingkat yang lebih kecil.

Perusahaan media sosial, termasuk Facebook telah menghadapi kritikan tajam dari Presiden AS, Joe Biden karena gagal mengatasi penyebaran informasi palsu terkait vaksinasi, sehingga upaya di seluruh dunia untuk melakukan program vaksinasi jadi terhambat.

Baca Juga: 12 Sejarah Gulag, Sistem Kamp Kerja Paksa Diktator Rusia

Dilansir Reuters, berdasarkan penelusuran Facebook tindakan menyebarkan berita palsu tentang vaksin itu dimulai dengan membuat sejumlah akun palsu pada tahun 2020, yang kemungkinan berasal dari Bangladesh dan Pakistan, tapi sebenarnya berada di India. Jaringan itu diketahui menyebarkan berita palsu bahwa vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dapat mengubah orang menjadi simpanse.

Lalu pada 2021 jaringan itu kemudian menyebarkan informasi palsu tentang vaksin buatan Pfizer-BioNTech, dengan mengklaim bahwa vaksin tersebut tidak aman. Facebook menyampaikan bahwa penyebaran informasi palsu itu beretepat dengan beberapa pemerintah yang sedang membahas otorisasi darurat untuk penggunaan vaksin.

Dilansir Associated Press, Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan di Facebook, menyampaikan bahwa upaya penyebaran informasi palsu Fazze telah gagal. Dia mengatakan bahwa upaya yang dilakukan itu ceroboh dan tidak menyadari bahwa meminta mereka yang memiliki banyak pengikut di media sosial bisa menjadi bumerang seperti yang terjadi di Prancis.

Youtuber Prancis Leo Grasset yang dihubungi Fazze mengatakan bahwa dia diminta untuk membuat video dengan durasi sekitar 45 dan 60 detik untuk diunggah di Instagram, TikTok, atau YouTube, yang isinya mengkritik tingkat kematian dari vaksin buatan Pfizer. Grasset tidak langsung membuat video dia meminta Fazze untuk mengidentifikasi klien mereka, tapi perusahaan itu menolak karena itu Grasset menolak tawaran itu, dia khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan.

2. Menyebarkan disinformasi vaksin Pfizer dan AstraZeneca

Ilustrasi vaksin COVID-19. (Pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Baca Juga: Pejabat Korut Hadiri Pameran Kedubes Rusia di Pyongyang

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya