TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Iran Bebaskan Aktris Pemenang Oscar yang Dukung Protes Anti-Pemerintah

Ditahan selama hampir tiga minggu

Bendera Iran. (Pexels.com/Anna Tis)

Jakarta, IDN Times - Iran telah mebebaskan Taraneh Alidoosti, aktris yang ditahan pada 17 Desember karena mendukung pengunjuk rasa dalam protes anti-pemerintah, pada Rabu (4/1/2023).

Dia dibebaskan dari penjara Evin di Teheran dengan jaminan. Dalam pembebasannya, Alidoosti tidak mengenakan jilbab dan disambut oleh teman-temannya.

Alidoosti merupakan salah satu aktris terbaik Iran. Dia pernah membintangi film The Salesman, yang memenangkan Piala Oscar pada 2016. Dia sebelumnya sudah pernah mengkritik pemerintah Iran dan dijatuhi hukuman lima bulan penjara yang ditangguhkan pada Juni 2020.

Baca Juga: Inggris Akan Labeli Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

1. Dukungan terhadap protes

Melansir BBC, media pemerintah mengatakan, Alidoosti ditangkap karena mengunggah konten penghasutan. Beberapa hari sebelum ditangkap, Alidoosti di Intagram telah menyerukan agar orang-orang angkat bicara menanggapi eksekusi mati pengunjuk rasa pertama terhadap Mohsen Shekari pada bulan lalu.

"Setiap organisasi internasional yang menyaksikan pertumpahan darah ini dan tidak mengambil tindakan adalah aib bagi kemanusiaan," tulisnya di akun Instagram-nya, yang memiliki jutaan pengikut sebelum dinonaktifkan.

Pada November, dia telah mengunggah sebuah foto tanpa jilbab dan memegang kertas bertuliskan "Wanita, hidup, kebebasan", yang merupakan salah slogan utama dalam protes.

Alidoosti telah menghentikan karirnya saat ini untuk mendukung keluarga pengunjuk rasa yang tewas dalam penumpasan dan berjanji akan tetap berada di Iran.

Dua aktris Iran lainnya, Hengameh Ghaziani dan Katayoun Riahi, juga telah ditangkap pada November karena solidaritas terhadap protes tersebut. Mereka juga telah dibebaskan dengan jaminan.

2. Iran telah menangkap lebih dari 19 ribu pengunjuk rasa

Ilustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)

Melansir Associated Press, protes besar-besaran yang terjadi di Iran meletus pada pertengahan September, yang dipicu akibat kematian Mahsa Amini setelah ditangkap oleh polisi moral Iran diduga melanggar aturan berpakaian wanita.

Protes tersebut menandai salah satu tantangan terbesar bagi Iran sejak Revolusi pada 1979. Wanita telah memainkan peran utama dalam protes ini, dengan banyak yang secara terbuka menanggalkan jilbab mereka.

Para pengunjuk rasa menyerukan salah satu slogan utama adalah "Matilah diktator", mengacu pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, untuk membubarkan demonstran, pasukan keamanan telah menggunakan peluru tajam, tembakan burung, gas air mata, dan pentungan.

Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia Iran mengatakan, sejauh ini sudah ada setidaknya 516 pengunjuk rasa tewas, termasuk 70 anak-anak, dan 19.250 lainnya telah ditangkap.

Kelompok itu juga mengatakan, ada 68 personel keamanan yang meninggal. Otoritas Iran belum memberikan hitungan resmi tentang mereka yang terbunuh atau ditahan.

Aktivis mengatakan, saat ini setidaknya selusin orang telah dijatuhi hukuman mati dalam sidang atas tuduhan diadakan secara tertutup. Dua pengunjuk rasa telah dijatuhi hukuman mati pada bulan lalu, termasuk Shekari.

Baca Juga: Dukung Demonstrasi, Ratu Catur Iran Bertanding Tanpa Jilbab

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya