TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Irlandia: Keluarga Korban dan Penyintas Peringati 30 Tahun Bom IRA

Tidak ada yang dihukum atas serangan

Kerabat korban dan Penyitas peristiwa pengeboman Teebane di Tyrone, Irlandia Utara, mengenang 30 tahun peristiwa pada 16 Januari 2022. (Twitter.com/conor macauley)

Jakarta, IDN Times - Keluarga korban dan penyintas dari peristiwa pengeboman yang dilakukan Pasukan Tentara Irlandia (IRA) pada 17 Januari 1992 di persimpangan Teebane di Tyrone, Irlandia Utara, pada hari Minggu (16/1/2022), berkumpul mengenang 30 tahun insiden tersebut, yang dikenal sebagai Pembantaian Teebane. Serangan bom IRA itu menewaskan delapan orang pekerja kontruksi dan enam orang lainnya berhasil selamat.

1. Peringatan 30 tahun pengeboman

Melansir dari BBC, dalam peringatan peristiwa itu dihadiri 200 orang yang mengenang para korban dan pada malam hari mereka melakukan himne dan doa yang berlangsung di batu peringatan pinggir jalan bertuliskan nama-nama para korban. 

Para korban yang tewas adalah Gary Bleeks, Cecil Caldwell, Robert Dunseath, Oswald Gilchrist, David Harkness, Bobby Irons, Richard McConnell, dan Nigel McKee. Nama-nama mereka yang tewas itu dibacakan oleh Pendeta Ivor Smith.

Mantan anggota parlemen, yang merupakan orang bernama Pendeta William McCrea, dia ikut melakukan kebaktian dan menganggap serangan itu sebagai tindakan yang kejam yang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki keberanian.

Selama kebaktian singkat, sebuah karangan bunga ditinggalkan oleh Cedric Blackbourne, kepala eksekutif Karl Construction, perusahaan tempat para korban bekerja.

Baca Juga: Irlandia Terbitkan Akta Kelahiran untuk Anak Adopsi

Melansir dari BBC, serangan IRA sengaja menargetkan minibus yang membawa para pekerja kontruksi itu. Para pekerja itu dilaporkan menjadi sasaran karena mereka bekerja untuk perusahaan kontruksi yang menerima pekerjaan konstruksi untuk pasukan keamanan.

Bom tersebut meledak di persimpangan Teebane, di jalan antara Omagh dan Cookstown, saat para pekerja itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bekerja di Lisanelly Army Barracks.

Berdasarkan temuan Tim Penyelidik Sejarah yang melakukan penelusuran atas serangan tersebut mengungkap bahwa pada hari serangan itu IRA tidak menyerang pada saat orang-orang itu baru berangkat kerja karena cuaca buruk menghalangi aksi mereka, sehingga baru beraksi saat para pekerja itu dalam perjalanan kembali ke rumah.

Terkait peristiwa itu tidak ada seorang pun yang dihukum. Mereka yang tewas semuanya adalah Protestan. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu kekejaman terburuk dalam periode konflik di Irlandia Utara yang berlangsung pada 1968-1998.

2. Menjadi sasaran pengeboman karena mengerjakan kontruksi untuk pasukan keamanan

Ilustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Baca Juga: Irlandia Perketat Aturan COVID-19 Selama Nataru

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya